Perkembangan Emosi Perkembangan Remaja

dipandang menurut kegunaannya. Menurut Wallas Solso dkk, 2007: 445, ada empat tahapan dalam proses kreatif, yaitu: 1 Persiapan. Memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya. 2 Inkubasi. Masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya. 3 Iluminasi. Memperoleh insight pemahaman yang mendalam terhadap masalah tersebut. 4 Verifikasi. Menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi. Ormrod 2008: 98 menjelaskan dengan kemampuan berpikir abstrak dan simbolis manusia sering menarik kesimpulan tentang siapa mereka sebagai warga masyarakat. Jawaban atau kesimpulan atas pertanyaan tentang diri menjadi jendela untuk masuk ke dalam perasaan diri sense of self. Perasaan diri berhubungan dengan persepsi, keyakinan, penilaian, dan perasaan seseorang tentang identitas dirinya sebagai pribadi.

3. Perkembangan Emosi

Salovey Goleman, 2009: 57 menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima wilayah, yaitu: a. Mengenali diri sendiri Dasar kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri. Kesadaran diri yang dimaksudkan adalah kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Goleman 2009: 63 mengatakan bahwa Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan apa yang dicerap. Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi-diri bahkan di tengah badai emosi. b. Mengelola emosi Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat adalah kecakapan yang bergantung juga pada kesadaran diri. Orang-orang yang tidak memiliki kemampuan atau ketrampilan dalam mengelola perasaan, seperti rasa cemas, murung, dan tersinggung akan selalu berusaha secara terus-menerus bertarung dengan perasaan-perasaan yang bersangkutan, sedangkan orang yang pintar akan cepat untuk bangkit dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. c. Memotivasi diri sendiri Menata emosi merupakan cara untuk dapat memotivasi, menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat menata emosi adalah berpikir positif. Harapan akan muncul jika seseorang mampu berpikir postif. Peneliti-peneliti modern Goleman, 2009: 121 mengatakan bahwa harapan memiliki manfaat dalam kehidupan. Harapan mampu memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang yang begitu beragam, seperti prestasi belajar dan keberhasilan memikul tugas- tugas yang berat. Snyder Goleman, 2009: 122 mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki harapan tinggi memiliki ciri-ciri tertentu, misalnya mampu memotivasi diri, merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan, tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa mampu mengatasi segala masalah meskipun dalam tahap yang sulit, cukup luwes untuk menemukan cara alternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit untuk dijangkau dan mempunyai keberanian untuk memecah-mecah tugas amat berat menjadi tugas kecil-kecil yang mudah ditangani. Goleman 2009: 122 menjelaskan bahwa dari sudut pandang kecerdasan emosional, mempunyai harapan berarti seseorang tidak akan mudah terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah, ataupun depresi dalam menghadapi tantangan dan kemunduran. d. Mengenali emosi orang lain Empati merupakan kemampuan untuk mengenali emosi orang lain. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri; semakin terbuka seseorang terhadap emosinya sendiri, semakin terampil orang tersebut membaca perasaan. Goleman 2009: 136 menjelaskan bahwa “kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain”. e. Membina hubungan Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan mengelola emosi membutuhkan dua ketrampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan memiliki dua ketrampilan ini, ketrampilan untuk mampu menjalin hubungan dengan orang lain akan matang. Kecakapan sosial ini mendukung keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain; tidak dimilikinya kecakapan ini kan membawa pada ketidakcakapan dalam dunia sosial. Kemampuan sosial ini juga mampu membuat seseorang membentuk kedekatan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa nyaman.

4. Perkembangan Sosial

Dokumen yang terkait

Studi tentang konsep diri siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan program pengembangan konsep diri.

0 0 105

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 93

Deskripsi harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program pengembangan harga diri.

0 7 112

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 115

Deskripsi konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri siswa.

0 0 100

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan klasikal

0 0 91

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 4 113

DESKRIPSI KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

0 1 150

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA SKRIPSI

0 0 98

Deskripsi kemandirian belajar pada siswa/siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap layanan bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 120