1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai 1 Latar Belakang Masalah, 2 Rumusan Masalah, 3 Tujuan Penelitian, 4 Manfaat Penelitian, dan 5 Definisi
Operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang terletak di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Tahap ini dimulai dari
usia 1011 tahun sampai dengan 25 tahun. Seseorang dianggap sebagai remaja, sejak individu yang bersangkutan mengalami kematangan seksual
sampai individu tersebut dianggap relatif mandiri. Transisi dari masa kanak- kanak ke masa remaja melibatkan sejumlah perubahan biologis, kognitif, dan
sosio-emosional Santrock, 2007: 22. Perubahan-perubahan itu terkadang membuat sebagian remaja tidak nyaman dengan dirinya. Ketidaknyamanan
yang dialami dapat membuat remaja cenderung bersikap menyendiri ataupun agresif. Sikap-sikap tersebut tentunya berawal dari pikiran dan perasaan
mereka yang negatif terhadap diri mereka sendiri. Pikiran dan perasaan remaja akan dirinya merupakan bagian dari
penilaian remaja terhadap dirinya sendiri. Penilaian remaja memang tidak selalu negatif. Ada juga remaja yang memiliki harga diri yang tinggi. Remaja
yang memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki kualitas hidup yang lebih
baik daripada remaja dengan harga diri yang rendah. Remaja dengan harga diri yang tinggi biasanya bertanggung jawab, mandiri, produktif, lincah, ceria,
berprestasi dan memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi. Menurut Baron dan Byrne 2003: 174, memiliki harga diri yang tinggi
berarti yang bersangkutan menyukai dirinya sendiri. Perasaan suka pada diri sendiri ini menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki penilaian yang
positif tentang dirinya. Penilaian dan pandangan yang positif ini sebagian dipengaruhi oleh pendapat orang lain dan sebagian berdasarkan pengalaman
yang spesifik. Sikap tokoh-tokoh di sekitar remaja significant others rupanya mampu mempengaruhi penilaian dan sikap seorang remaja terhadap
dirinya sendiri. Jika orang-orang di sekitarnya mengatakan bahwa mereka termasuk remaja yang sopan, maka remaja tersebut akan menganggap bahwa
dirinya termasuk pribadi yang sopan. Sikap significant others yang seperti ini yang mampu membuat remaja merasa dihargai, dicintai, dan diterima.
Remaja yang memiliki perasaan senang dan bangga akan dirinya biasanya akan merasa senang dalam menjalankan hidupnya. Mereka mampu
bertanggung jawab atas hidupnya sendiri bahkan mereka mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan penuh keyakinan diri.
Siswa-siswa SMP kelas VIII berada pada masa remaja. Masa ini merupakan saat remaja mulai mempertanyakan identitas dan mulai menilai
dirinya. Pada umumnya mereka mencari identitas diri dengan bertanya pada orang-orang sekitarnya tentang dirinya atau bergabung dalam kelompok-
kelompok teman sebaya. Remaja akan selalu berusaha mencari tempat
ataupun kelompok yang mau menerima dirinya apa adanya. Apabila remaja mampu menemukan lingkungan yang tepat, maka mereka akan memiliki
penghargaan yang positif pula terhadap dirinya, namun apabila remaja tidak menemukan tempat atau kelompok yang tepat kemungkinan besar mereka
akan memiliki sikap negatif seperti, agresif, pendiam, dan penyendiri. Robins, dkk Santrock, 2007: 65 mengatakan bahwa penelitian terakhir
menunjukkan bahwa harga diri akan tinggi pada masa kanak-kanak, menurun pada masa remaja, meningkat lagi pada masa dewasa sampai masa dewasa
akhir. Menurunnya harga diri pada masa remaja tentunya memberikan banyak akibat. Hasil penelitian Septrina, dkk mampu menunjukkan bahwa harga diri
yang rendah dapat membuat remaja melakukan tindakan yang negatif seperti tindakan bulliying. Septrina dkk 2009: http:repository.gunadarma.ac.id
bitstream12345678926831Psi-14.pdf menunjukkan bahwa self esteem dengan bullying memiliki hubungan yang signifikan. Jika seorang remaja
memiliki harga diri tinggi, maka tingkat bulliying akan rendah. Peneliti mendapatkan kesan bahwa sebagian siswa SMP Joannes Bosco
Yogyakarta tahun ajaran 20122013 sebagai remaja awal memiliki harga diri yang rendah. Peneliti melihat ada gejala-gejala yang menunjukkan bahwa
cukup banyak siswa kelas VIII memiliki harga diri rendah, antara lain kurang mampu mengelola emosi dengan baik, adanya tindakan bullying, tidak berani
berbicara di depan kelas, bersikap pasif ketika diskusi dalam kelompok, menjadi pemurung dan penyendiri. Kesan ini peneliti dapatkan ketika
melakukan Program Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling PPL
BK di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Kesan peneliti juga didukung dengan hasil wawancara antara peneliti dengan seorang guru BK SMP
Joannes Bosco Yogyakarta. Guru BK tersebut mengatakan bahwa sebagian siswa kelas VIII tampak merasa rendah diri.
Mengingat pentingnya memiliki harga diri yang tinggi, maka perlu diketahui seberapa jauh siswa-siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco
Yogyakarta tahun pelajaran 20122013 menghargai dirinya sendiri. Dengan mengetahui harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta,
dapat disusun sebuah program untuk mengembangkan harga diri siswa.
B. Rumusan Masalah