Deskripsi konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri siswa.

(1)

  viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN

KONSEP DIRI SISWA

Lenytha Puri Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri yang sangat kurang positif. Peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif. 

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Program bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa-siswi kurang positif (yang tergolong cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif).


(2)

  ix

   

   


(3)

  i

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL

UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Lenytha Puri Puspitasari NIM: 081114019

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

(5)

(6)

  iv

MOTTO

“Mereka yang memuja Aku sendiri

Merenungkan Aku selalu,

Kepada mereka akan kubawakan segala apa yang mereka

tidak punya

Dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki”.


(7)

  v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Sang Hyang Widhi Wasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Keluarga: Bapak Tugimin S,Ag

Saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan harapan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini


(8)

  vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 November 2013 Penulis

Lenytha Puri Puspitasari

                   


(9)

  vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

PUBLIKASI KARYA ILAMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lenytha Puri Puspitasari

Nomor Mahasiswa: 081114019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN

IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI

SISWA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 13 November 2013

Yang menyatakan


(10)

  viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN

KONSEP DIRI SISWA

Lenytha Puri Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri yang sangat kurang positif. Peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif. 

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Program bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa-siswi kurang positif (yang tergolong cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif).


(11)

  ix

   

   


(12)

  x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rakhmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup.


(13)

  xi

5. Karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling: Stefanus Priyatmoko atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Yulianus,S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Dra. Siswinarni., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam melaksanakan penelitian.

8. Para siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Bopkri 2 Yogyakarta atas waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.

9. Keluarga Tugimin S.Ag yang telah memberikan kasih sayang, cinta kasih dan harapan serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus semangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga Gunadi yang senatiasa selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Teman terdekatku, Gregorius Yanuar Anggryawan yang penuh cinta kasih menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12.Sahabat tersayang dan terkasih Paskalia Sri Norvita Dewi dan Wilhelmina

Maran yang telah setia dari awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.

13.Teman-teman: Moshe, Lena, Apay dan Yeti yang sudah dengan tulus memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis.


(14)

  xii

14.Teman-teman prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Karyawan perpustakaan USD dan UGM atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penulis

 


(15)

  xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Hakekat Konsep Diri ... 6

1. Pengertian konsep diri ... 6

2. Jenis-jenis konsep diri ... 8

3. Perkembangan konsep diri ... 9

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diri ... 10


(16)

  xiv

B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja ... 16

1. Remaja ... 16

a. Pengertian remaja ... 16

b. Ciri-ciri remaja ... 17

2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja ... 20

C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri... 21

1. Pengertian bimbingan ... 21

2. Syarat-syarat program bimbingan ... 22

3. Bimbingan klasikal ... 23

a. Pengertian bimbingan klasikal ... 23

b. Tujuan bimbingan klasikal ... 23

c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri .. 24

D. Tinjauan Peneliti Lain Yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Populasi Penelitian ... 26

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

1. Jenis instrumen ... 27

2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan skor ... 28

3. Uji coba kuesioner ... 30

D. Pengumpulan Data ... 33

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian ... 33

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data ... 34


(17)

  xv

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN

VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 45

C. Usulan Program Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta ... 48

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(18)

  xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Tabel Rincian Subyek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 27 Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 29 Tabel 3: Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford ... 33 Tabel 4: Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 36 Tabel 5 : Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII

BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 38 Tabel 6: Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 40 Tabel 7: Item-Item Kuesioner Yang Menunjukkan kurang positifnya

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 42 Tabel 8: Usulan Program Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta ... 49


(19)

  xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Uji Coba) .. 59 Lampiran 2 : Data Uji Coba ... 62 Lampiran 3 : Data Perhitungan Validitas Kuesioner ... 63 Lampiran 4 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII Dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Final) ... 72 Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Taraf Reliabilitas ... 75 Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian Seluruh Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 76 Lampiran 7 : Hasil Kategori Skor Azwar ... 77 Lampiran 8 : Surat Keterangan Ijin Uji Coba dan Ijin Melakukan

Penelitian ... 80  


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi Operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lainnya. Perbedaan individual ini bersifat alami. Dalam rentang kehidupannya, manusia akan melalui fase-fase perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Pada masa ini remaja menuju ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial dan psikologisnya.

Remaja tidak lagi dipandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak-kanakan. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh sebagai orang dewasa. Pada fase ini remaja menghadapi berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kondisi yang dihadapi tersebut membuat remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya dan apa yang membuatnya berbeda dengan orang lain. Lingkungan turut membantu remaja menemukan identitasnya dan mempengaruhi perkembangannya. Erikson (Gunarsa dan Gunarsa, 1981) menegaskan bahwa identitas remaja sangat dipengaruh oleh lingkungan sosialnya. Cara orang lain


(21)

2 memperlakukan remaja akan mempengaruhi pandangan remaja tentang dirinya sendiri.

Pendapat orang lain dapat berpengaruh pada bagaimana remaja memahami dirinya sendiri. Dalam memahami dirinya, individu mencoba memandang dan menilai dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri dinamakan konsep diri. Konsep diri terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.

Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya, ia mengalami berbagai macam perubahan dalam kehidupannya termasuk perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula halnya dengan para siswa SMP yang mencari jati dirinya. Mereka juga mengalami perubahan yang tidak hanya menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga perubahan yang lebih halus seperti konsep diri. Konsep diri yang dibutuhkan remaja adalah konsep diri yang positif. Apabila remaja memiliki konsep diri yang positif, individu akan menjalani kehidupannya dengan baik. Sebaliknya, jika individu memiliki konsep diri yang negatif, individu akan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Konsep diri yang positif sangat penting dalam perkembangan hidup remaja.

Siswa-siswi remaja di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya anak-anak berasal dari keluarga yang broken home, tinggal hanya dengan ayah atau ibu.


(22)

3 Ada yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Selain itu kebanyakan dari mereka tinggal di pinggiran kali Code yang penduduknya mayoritas pengemis dan ada anak-anak jalanan yang tidak sekolah, sehingga ikut mempengaruhi perilaku dan pola pikir anak-anak yang tinggal di pinggiran kali Code. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi, korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; pertumbungan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti penting dari pribadi seseorang.

Dari hasil pengamatan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta muncul kesan bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul ketika praktikan menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif. Tetapi tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Kesan ini timbul sesudah memperhatikan cara guru memperlakukan siswa. Ada guru yang tindakan, kata-kata, dan sikapnya terhadap siswa yang terlambat datang ke sekolah rasanya kurang tepat; guru cenderung memarahi dan memberi skorsing ketika siswa melakukan pelanggaran. Ada guru yang komentar-komentarnya dapat membuat siswa kurang percaya diri. Ada siswa yang menjadi takut tampil di muka kelas. Berdasarkan kesan tersebut, dianggap perlu dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kalau ternyata konsep


(23)

4 diri siswa negatif, dapatlah direncanakan program yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini pertanyaan yang mau dijawab adalah sebagai berikut:

1. Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

2. Program bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk mengembangkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.


(24)

5 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai kepositifan konsep diri siswa siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru pembimbing untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan konsep diri siswa.

b. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber inspirasi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konsep diri.

E. Definisi Operasional

1. Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan tentang dirinya, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Siswa- siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta adalah semua anak

didik yang terdaftar sebagai siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

3. Usulan program bimbingan klasikal merupakan pokok-pokok bahasan yang diusulkan untuk diberikan kepada siswa saat bimbingan di kelas dalam waktu tertentu untuk meningkatkan konsep diri siswa.  


(25)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hakekat Konsep Diri (pengertian konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, perkembangan konsep diri, jenis-jenis konsep diri, Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja); (2) Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja (remaja, konsep diri siswa SMP sebagai remaja); (3) Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri; (4) Tinjauan Peneliti Lain yang Relevan.

A. Hakekat Konsep Diri

1. Pengertian konsep diri

Pengertian konsep diri telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang psikologi, antara lain:

a. Allport (Schultz, 1991) menyinggung konsep diri, namun istilah yang digunakan adalah proprium. Allport mendefinisikan proprium sebagai hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi, yang menentukan keunikan individu. Konsep diri dikatakan sebagai bagian penting karena terdapat proses pencarian jati diri untuk mengetahui individu tersebut memiliki konsep diri positif atau negatif. Dengan begitu individu mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Dapat dipahami bahwa konsep diri juga dapat menjadi suatu refleksi terhadap diri sendiri yang akan menunjang individu dalam menjalani hidupnya.


(26)

7 b. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan bagaimana

individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa tentang dirinya sendiri dan individu menginginkan dirinya menjadi manusia yang bagaimana. Konsep diri merupakan pandangan individu mengenai dirinya sendiri (Centi, 1993).

c. Konsep diri menurut Burns (Sinurat, 2005: 16) adalah keseluruhan gambaran dan penghargaan seseorang tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri terdapat elemen deskriptif dan elemen evaluasi. Elemen deskriptif kerap disebut potret diri atau gambaran diri dan elemen evaluatif sering disebut harga diri.

d. Konsep diri (self concept) menurut peneliti adalah keseluruhan gambaran, pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya.


(27)

8 2. Jenis-jenis konsep diri

Terdapat berbagai pandangan, gambaran, keyakinan dan sikap orang terhadap diri sendiri. Karena itu ada berbagai konsep diri. Konsep diri dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif terbentuk antara lain karena ada kasih sayang, penerimaan dan penghargaan dari tokoh-tokoh signifikan dalam lingkungan hidup individu (Burns, 1993: 72). Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja antara lain orang tua, guru, teman sebaya. Jika orang tua, guru dan teman sebaya mendukung dan mendorong remaja maka konsep dirinya akan positif. Orang yang memiliki konsep diri yang positif adalah orang yang memiliki gambaran, pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan yang positif tentang dirinya.


(28)

9 b. Konsep diri yang negatif

Remaja dengan konsep diri yang negatif biasanya berfikir tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menemukan hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena dipengaruhi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja seperti, orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain. Jika orang tua, guru, teman sebaya ataupun orang lain cenderung merendahkan, meremehkan, mempermalukan, dan menolak remaja maka sikap remaja itu terhadap dirinya akan negatif.

Orang yang konsep dirinya negatif cenderung memusatkan perhatian pada hal yang negatif dalam dirinya. Konsep diri negatif juga mendorong remaja untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain sehingga remaja yang bersangkutan merasa rendah diri. Misalnya remaja yang memiliki konsep diri yang negatif biasanya cenderung pasif dan tidak percaya pada dirinya sendiri dan memiliki pemikiran yang buruk tentang dirinya, serta selalu mengganggap orang lain lebih unggul atau lebih baik dari pada dirinya.

3. Perkembangan konsep diri

Konsep diri tidak terbentuk secara instan. Sewaktu individu baru lahir, individu belum memiliki pengetahuan tentang dirinya, belum memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai serta belum memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Peran orang tua menjadi sangat dominan dalam proses perkembangan konsep diri


(29)

10 remaja karena lingkungan pertama tempat individu berinteraksi adalah keluarga. Sikap dan respons orangtua akan menjadi informasi untuk menilai dirinya. Dalam keluarga yang tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai remaja, remaja dapat memandang dirinya secara positif. Jika seseorang ditolak atau diabaikan, maka dia akan cenderung menolak dirinya. Konsep diri yang telah terbentuk dalam lingkungan keluarga selanjutnya mengalami perubahan sewaktu berinteraksi dengan orang lain, seperti teman sebaya, guru serta orang dewasa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial dengan orang-orang sekitar turut mempengaruhi perkembangan konsep diri. Konsep diri berkembang seiring dengan pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis dalam arti selalu mengalami perubahan. Orang yang memasuki usia remaja mengalami masa yang sangat potensial untuk perkembangan konsep dirinya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Konsep diri dapat terus berkembang. Remaja dituntut untuk dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja menurut Hurlock (1996) adalah:

a. Usia kematangan

Masa remaja merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi yang dewasa (Masidjo, 2003). Masa remaja meliputi masa remaja awal yaitu


(30)

11 usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja tengah yaitu usia 15 sampai 18 tahun dan masa remaja akhir yaitu usia 18 sampai 21 tahun.

Remaja yang berada pada usia tertentu yang matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam kematangan dan yang diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia akan cenderung menarik diri dari lingkungannya tersebut, sehingga cenderung memiliki konsep diri yang negatif.

b. Penampilan diri

Di masa remaja penampilan diri yang berbeda membuat remaja akan merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik bagi masing-masing remaja. Penampilan diri akan berhubungan dengan perkembangan fisik dan perkembangan seksual.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan dalam tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak daripada anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan rata-rata laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami peningkatan, tetapi peningkatan tersebut lebih mudah dipengaruhi diet dan gaya hidup.

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri- ciri kelamin primer laki-laki yaitu


(31)

12 ditandai pada alat vital yang mengalami mimpi basah sedangkan ciri-ciri kelamin primer pada perempuan ditandai dengan menstruasi, pembesaran pinggul dan bahu. Untuk ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki terlihat pada tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat, tumbuh bulu-bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder pada perempuan terlihat pada pinggul yang membesar, bahu yang melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak menarik secara fisik akan timbul konsep diri yang negatif sehingga cenderung menarik diri dan sulit bergaul dengan teman sebaya ataupun lingkungannya. c. Kepatutan seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai seksualitasnya yang berisikan informasi mengenai seks. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.

Media masa seperti surat kabar, televisi dan media lainnya memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks ialah memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan dapat menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas.


(32)

13 Jika seorang individu mempunyai cara pandang yang luas serta informasi yang cukup mengenai kehidupan seks, individu akan memiliki konsep diri yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor yaitu semakin sering nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain semakin nama itu dapat berpengaruh terhadap dirinya. Semakin kuat rasa menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya maka remaja memiliki konsep diri yang positif terhadap nama yang dimiliki. Sedangkan jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja merasa minder atau khawatir jika di cemooh temannya sehingga remaja mempunyai konsep diri yang negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh sikap orang tua yang bersikap positif terhadap anak, misalnya memberikan perhatian dan kasih sayang yang adil. Sikap orang tua akan mempengaruhi hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap pembentukan konsep diri yang positif pada remaja.


(33)

14 Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota keluarga. Jika satu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak akan terjadi kecenderungan perhatian yang terbagi dan kurangnya komunikasi, sehingga remaja yang bersangkutan kurang mendapatkan perhatian yang maksimal. Untuk itu keharmonisan keluarga harus didukung oleh pola komunikasi di rumah. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga akan memberi pengaruh positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada pola kepribadian remaja, antara lain konsep diri. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

Jika remaja mempunyai teman sebaya yang mempunyai pola pikir yang rasional, mempunyai perilaku yang positif, menimbulkan pengaruh yang baik terhadap individu tersebut maka remja yang bersangkutan memiliki konsep diri positif.

g. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak masa kanak-kanak


(34)

15 kreatif dapat memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Semakin remaja kreatif, semakin berprestasi, prestasinya dihargai dan diterima oleh orang lain berarti konsep dirinya positif.

h. Cita-cita

Bila seorang remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri yang negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya. Besar kemungkinannya dia berhasil, jika memang berhasil, konsep dirinya akan positif. Kalau remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan konsep dirinya pun akan berpengaruh secara positif.

Faktor-faktor tersebutlah dijadikan sumber inspirasi dalam menyusun kisi-kisi dan item-item kuesioner.

5. Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja

Menurut Sinurat (2005) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor sekolah dalam membantu mengembangkan konsep diri para remaja (siswa) yaitu:

a. Menjadi konselor sekoah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi orang yang memiliki konsep diri yang positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming a reinforcing person)


(35)

16 c. Membantu siswa akan segi-segi positifnya.

d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mnegembangkan konsep diri siswa.

B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja

1. Remaja

a. Pengertian remaja

Piaget (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa; remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkat yang sama. Remaja mulai menyadari dirinya tumbuh menjadi orang dewasa secara bertahap. Masa remaja disebut juga masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut terjadi perubahan-perubahan antara lain perubahan secara fisik, emosional, sosial.

Masa remaja meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal bisa disebut sebagai masa negatif. Masih kurangnya pengendalian terhadap ego menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa yang membuat remaja cenderung menarik diri dari lingkungannya atau menarik diri dari lingkungan masyarakat. Masa remaja tengah adalah masa dimana remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja mulai mencari teman yang dapat memahaminya namun lebih menyukai teman-teman yang mempuyai sifat-sifat


(36)

17 yang sama dengan dirinya. Masa remaja akhir merupakan masa penemuan identitas diri dan perubahan pandangan yang lebih realistis. Remaja diharapkan dapat berpikir secara obyektif terhadap sesuatu yang dihadapi.

b. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock (1996), ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut: 1) Masa remaja sebagai periode penting.

Pada periode ini remaja mengalami berbagai perkembangan seperti perkembangan fisik dan perkembangan emosi. Di awal masa remaja ketegangan emosi meningkat. Oleh sebab itu remaja dalam perkembangannya membutuhkan penyesuaian.

Jika remaja mampu menerima segala perubahan fisik yang ada pada dirinya dan mampu mengelola emosinya dengan baik maka remaja yang bersangkutan akan mempunyai konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika remaja cenderung tidak menerima perubahan fisik dan tidak mampu mengontrol emosinya remaja dapat mempunyai konsep diri yang negatif. 2) Masa remaja sebagai masa peralihan.

Pada masa peralihan status remaja bukan sebagai anak-anak lagi namun belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Pada masa ini remaja mencoba-coba hal baru yang berbeda dan


(37)

18 menemukan yang paling sesuai, sekaligus menentukan perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai untuknya.

Jika pada masa ini remaja mampu menentukan perilaku yang baik, mengetahui norma dan patokan yang sesuai dengan dirinya maka remaja akan membentuk dirinya menjadi remaja yang mempunyai konsep diri yang positif.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua, bahkan terkadang merasa mandiri dan menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua terjadi perbedaan pendapat, sehingga seringkali masalah muncul.

Pada masa ini remaja cenderung egois dan tidak mau diatur oleh orang lain. Remaja menganggap apa yang diputuskannya adalah yang paling benar. Jika remaja selalu terbawa dengan emosinya tanpa memikirkan pertimbangan-pertimbangan lain dari orang lain maka remaja cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mau meminta pendapat orang lain, selalu berfikir ulang untuk setiap hal yang diambil, menimbang segala konsekuensi yang di ambilnya maka remaja akan mempunyai konsep diri yang positif.


(38)

19 4) Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya. Mereka mulai mendambakan diri yang sesuai baginya, yakni identitas dirinya sendiri.

Jika remaja menyadari segala kelebihannya, minat dan bakatnya serta mampu mengembangkannya secara maksimal, maka konsep dirinya akan positif.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali mengembangkan pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya yang berpengaruh pada konsep dirinya.

Jika remaja mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep dirinya akan positif.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada periode ini remaja sering melihat sesuatu menurut keinginannya dan bukan seperti apa adanya. Remaja kurang mampu bersikap rasional dan kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungan. Hal ini sering menyebabkan remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan sehingga akan timbul konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mampu bersikap rasional dan realistik terhadap diri dan lingkungannya serta mampu menerima kegagalan dalam hidupnya maka remaja akan mempunyai konsep diri yang positif.


(39)

20 7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Pada periode ini remaja mulai menunjukkan perilaku yang dianggap sebagai tanda dewasa, seperti merokok dan melibatkan diri dalam kegiatan organisasi tertentu di masyarakat. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.

Jika remaja mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif, maka konsep dirinya akan positif. Tetapi jika remaja cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep dirinya negatif.

2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja

Siswa SMP berada pada masa remaja. Masa remaja adalah suatu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja dikatakan berada pada masa transisi karena terjadi perubahan-perubahan sangat menonjol yang dialami oleh remaja. Perubahan-perubahan ini terjadi, baik dalam aspek jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial, sehingga terjadi perubahan pada tingkah laku remaja yang bersangkutan. Dengan perubahan-perubahan tersebut remaja mulai menyadari akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Masa remaja

merupakan masa transisi yang penuh dengan berbagai macam perubahan (Gunarso, 1996: 236). Pada masa ini remaja mengalami perubahan tidak hanya perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan fisik dan tingkah laku, akan tetapi juga perubahan yang lebih halus seperti konsep diri.


(40)

21 Konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Cara perlakuan orang lain terhadap siswa tersebut sangat mempengaruhi konsep diri siswa, jika siswa diterima dengan baik dlingkungannya, diperlakukan secara baik di lingkungannya maka siswa akan merasa senang dan konsep diri siswa akan positif tetapi jika siswa sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif dari orang lain, lingkungan sekitarnya maka akan menimbulkan konsep diri yang negatif.

Sekolah sebagai lingkungan di luar keluarga, turut berperan penting dalam perkembangan konsep diri siswa. Sekolah dapat mengubah konsep diri siswa yang sudah terbentuk di keluarganya. Bila guru menerima, menghargai, mencintai, memberi peneguhan serta membantu dalam mewujudkan dan mengembangkan kemampuannya, maka siswa akan mengembangkan konsep diri yang positif. Tetapi jika guru bersikap meremehkan, merendahkan, menolak, tidak memberi perhatian, maka siswa akan mengembangkan konsep diri yang negatif. Siswa yang memiliki konsep diri yang negatif akan sulit menerima diri apa adanya dan memiliki pengharapan yang tidak realistis.

C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri

1. Pengertian bimbingan

Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan potensinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Kegiatan bimbingan di


(41)

22 sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang harus mengembangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja memang sangat memerlukan bimbingan, terutama dalam pengembangan konsep dirinya. Mereka merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan klasikal.

2. Syarat-syarat program bimbingan

Program bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan orang yang akan dilayani. Prayitno dkk (1997) mengemukakan bahwa dalam menyusun suatu program bimbingan hendaknya diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta tugas-tugas perkembangannya.

b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.

c. Sistematis, dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.


(42)

23 d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk

mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.

e. Memungkinkan kerjasama dengan pihak yang terkait.

f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk penyempurnaan program.

3. Bimbingan klasikal

a. Pengertian bimbingan klasikal

Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang menjadi bahan bimbingan secara terencana selama periode tertentu. Suatu program yang disusun berdasarkan suatu kebutuhan para siswa tertentu yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan.

Salah satu kegiatan bimbingan adalah bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal adalah salah satu usaha untuk membantu para siswa di kelas dengan topik-topik tertentu yang sudah disusun berdasarkan survei kebutuhan siswanya (Winkel, 1997:520). Bimbingan klasikal ini merupakan sarana untuk menunjang para siswa berkembang secara optimal, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri.

b. Tujuan bimbingan klasikal

Menurut Sukardi (1998), tujuan program bimbingan klasikal adalah sebagai berikut:


(43)

24 1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri

siswa dalam kemajuannya di sekolah.

2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dari informasi yang disampaikan pada bimbingan klasikal.

3) Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain.

4) Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

5) Mengenal dan memahami lingkungan sekolah, pribadi, keluarga, dan masyarakat.

6) Membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri siswa sangatlah diperlukan. Dengan program bimbingan klasikal mengenai konsep diri yang telah disusun, para guru dapat membantu para siswa dan mengenali segi-segi positif yang ada dalam diri mereka dengan cara memberikan pengarahan dan pemahaman mengenai konsep diri positif, manfaat konsep diri dan ciri-ciri pribadi yang memiliki konsep diri positif sehingga para siswa dapat berkembang secara utuh dan optimal sesuai dengan perkembangan mereka.


(44)

25 D. Tinjauan Peneliti Lain yang Relevan

Marcella Iqnatia (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa SMP (studi deskriptif pada siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap pembuatan satuan pelayanan bimbingan). Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitiannya adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh populasi adalah 97 siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner Konsep Diri pada siswa kelas VII dan siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengacu pada pedoman Aswar (2012: 108). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII dan VII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 tergolong baik karena 34 siswa (36,17%) memiliki konsep diri ditingkat sangat baik, 48 siswa (51,06%) memiliki konsep diri ditingkat tinggi, 5 siswa (5,32%) memiliki konsep diri ditingkat sedang, 7 siswa (7,45%) memiliki konsep diri ditingkat rendah.

kelas XI SMA Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa


(45)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Jenis Penelitian, (2) Populasi Penelitian, (3) Instrumen Pengumpulan Data, (4) Pengumpulan Data dan (5) Teknik Analisis Data. A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

B. Populasi Penelitian

Peneliti mengambil seluruh siswa/siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subyek penelitian; jumlahnya 45 siswa. Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Peneliti memilih SMP BOPKRI 2 Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan alasan: 1) SMP BOPKRI 2 Yogyakarta memiliki jam pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan secara klasikal dan secara individual; 2) peneliti melakukan PPL di sekolah tersebut sehingga mempunyai kesempatan secara langsung mengamati keseharian siswa di sekolah; 3) peneliti diharapkan dan diijinkan mengadakan penelitian di sekolah tersebut, dengan harapan hasilnya dapat ditindaklanjuti. Rincian jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian disajikan dalam tabel 1.


(46)

27 Tabel 1

Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013

Kelas Jumlah

VII A 14

VII B 8

VIII 23

Total 45

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dirancang oleh peneliti atas arahan dosen pembimbing. Peneliti membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dan sub aspek atribut yang akan diukur. Kemudian peneliti membuat sejumlah item (pernyataan) berdasarkan aspek dan sub aspek yang sudah dibuat.

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian:

1. Jenis instrumen

Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap konsep diri SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner bersifat tertutup, artinya kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pengalaman masing-masing individu (Arikunto, 2002: 129).


(47)

28 2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan Skor

a. Kisi-kisi kuesioner

Kuesioner ini memuat 60 butir item pernyataan; ada item yang positif dan ada item yang negatif. Item yang positif mengungkap konsep diri yang positif dan item negatif yang mengungkap konsep diri yang negatif. Dalam kuesioner ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kisi kisi kuesioner disajikan dalam tabel 2.


(48)

29 Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner

No

Unsur-unsur

konsep diri Indikator

Item-item

Favorabel Unfavorabel Usia Kematangan a. Pembawaan 4, 35, 38,

58, 59

5, 6, 29 8

b. Perlakuan lingkungannya 7 41 2

Penampilan diri a. Tinggi badan 60 34 2

b. Berat badan 8, 46 - 2

c. Perubahan pubertas 23, 27 42, 50 4

d. Perubahan proporsi tubuh 14, 20 - 2

Kepatutan seksual a. Media massa 30 47 2

Pendidikan seks dari orang tua 13 9 2

Nama dan julukan a. Semakin seringnya nama yang digunakan

- 10, 31 2

b. Kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama itu

56 44 2

Teman sebaya a. Membantu berintreraksi dengan orang lain

1 11 2

b. Mampu mengontrol tingkah laku sosial.

57 2 2

c. Mengembangkan ketrampilan yang sesuai dengan usianya

55 3 2

d. Saling bertukar masalah 51 12 2

Hubungan keluarga a. Sikap orang tua 15, 43 - 2

b. Ukuran dalam keluarga terhadap siswa

16, 52 18, 37 4

c. Mampu mengembangkan hubungan keluarga

- 19, 26 2

d. Keadaan rumah 17, 54 - 2

e. Peran dalam keluarga 49 21 2

Kreativitas a. Usia 25 39 2

b. Tingkat pendidikan orang tua 32 53 2

c. Penggunaan waktu luang 22 48 2

d. Tersedianya fasilitas 36 28 2

Cita-cita a. Teman sebaya 40 24 2

b. Minat 33 45 20

JUMLAH 33 27 60

Unsur-unsur konsep diri dan indikatornya yang dikemukakan dalam Tabel 2 dijadikan sumber inspirasi untuk merumuskan item-item kuesioner yang digunakan.


(49)

30 b. Penentuan Skor

Untuk pernyataan positif dalah sebagai berikut: untuk alternatif jawaban sangat sesuai adalah empat, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3, untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban sangat tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk masing-masing alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif.

3. Uji coba kuesioner

Kuesioner diuji cobakan pada tanggal 17 Januari 2013 pada siswa/siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner yang terkumpul berjumlah 31 lembar (31 siswa). Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner dilakukan sesuai dengan jam bimbingan dan konseling klasikal. Kuesioner ini diuji coba dengan maksud agar kuesioner valid dan reliabel.

a. Validitas

Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Rancangan kuesioner yang dibuat peneliti dikonsultasikan kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.

Kuesioner juga dikoreksi oleh tenaga bimbingan dan konseling sekolah yang bersangkutan yaitu guru pembimbing SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Beberapa kata dalam rumusan kalimat item pernyataan dikoreksi antara lain: ”perubahan organ vital” sebaiknya memakai ”perubahan fisik atau penampilan diri”, kata “ jelek” sebaiknya diganti


(50)

31 dengan “ tidak sesuai”. Kemudian kuesioner dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing.

Setelah melaksanakan uji coba selanjutnya peneliti melaksakan pengolahan seleksi item. Proses penghitungannya menggunakan komputer program SPSS for windows dengan memakai rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment. Dalam alat ukur ini setiap item diberikan skor (Azwar, 2009: 19). Rumus koefisien korelasi Product-Moment:

rix =

∑ ∑

− ] / ) ( ][ / ) ( [ / ) )( ( 2 2 2 2 n X X n i i n X i iX keterangan :

i = Skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

rix = Koefisien korelasi item total

Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan komputer program SPSS for windows yang dilakukan terhadap 60 item, diperoleh 47 item yang valid. Peneliti selanjutnya berkonsultasi kepada dosen pembimbing mengenai item-item yang gugur yang berjumlah 9 item; ada 4 item diloloskan karena menunjukkan koefesien korelasi sama dengan atau lebih dari 0,25. Peneliti menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 atas kesepakatan bersama dosen pembimbing sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Azwar (2009: 86) menyatakan bahwa


(51)

32 batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0,25 dengan pertimbangan agar jumlah item yang mewakili tiap aspek dapat tercapai. Item kuesioner yang final berjumlah 60 item.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau instrumen misalnya dipakai dua kali untuk mengukur hal yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen reliabel. Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Rumus koefisien reliabilitas adalah:

α =

2[1-

S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil penghitungan koefisien reliabilitas yang akurat, peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang menghasilkan angka

' xx

r

= 0,830. Dengan hasil yang demikian alat ukur yang digunakan termasuk reliabel.


(52)

33 Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas alat penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90). Kesimpulan tersebut sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Masidjo, 1995:209) seperti yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3

Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah

Negatif -0,20 Sangat Rendah

D. Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu:

a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dari prodi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma. b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan. c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian.

d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga bimbingan dan konseling dan peneliti untuk mengambil data penelitian.


(53)

34

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Kuesioner yang telah diujicobakan dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada seluruh siswa/siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2013. Pada tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Dalam pengambilan data, peneliti tetap mendampingi siswa di kelas, agar peneliti dapat menjelaskan secara langsung jika ada siswa yang bertanya tentang item yang dianggap kurang jelas. Suasana kelas ketika siswa mengisi kuisioner tersebut sangat kondusif. Siswa sangat serius dalam memperhatikan peneliti dalam memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memberi skor pada masing-masing item pada setiap kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban.

2. Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan memasukan data kedalam komputer dengan bantuan Microsoft Excel.


(54)

35 3. Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi skor

pada masing-masing item. Untuk pernyataan yang positif; skor untuk jawaban sangat sesuai (SS) adalah 4, sesuai (S) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 2 dan sangat tidak sesuai (STS) adalah 1. Untuk penyataan negatif; skor jawaban sangat sesuai (SS) adalah 1, sesuai (S) adalah 2, tidak sesuai (TS) adalah 3 dan sangat tidak sesuai (STS) adalah 4.

4. Membuat pengelompokan tingkat konsep diri subjek penelitian secara umum dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108) yang mengelompokkan tingkat konsep diri siswa ke dalam lima kategori yaitu sangat kurang positif, kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun norma pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

5. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X maksimun teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean teoritik. Untuk menggolongkan konsep diri siswa kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta digunakan perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : Skor teringgi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum


(55)

36 X maksimum teoritik : 60 x 4 = 240

X minimum teoritik : 60 x 1 = 60

Range : 240 – 60 = 180

σ (standar deviasi teoritik) : 180 : 6 = 30

µ (mean teoritik) : (240 + 60) : 2 = 150

Pengelompokan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Pengelompokan Konsep diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 150 – 45

X ≤ 105 Sangat Kurang Positif

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 105 < X ≤150- 15

105 < X ≤ 135 106 < X ≤ 135

Kurang Positif µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ

135 < X ≤ 150+15

135 < X ≤ 165 136 < X ≤ 165

Cukup Positif µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ

165 < X ≤ 150+45

165< X ≤ 195 166 < X ≤ 195

Positif µ + 1,5 σ < X

150 + 45 < X

195 < X X 196


(56)

37 6. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat konsep diri siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini ditempuh untuk mengetahi item mana saja yang sudah menunjukkan konsep diri yang positif dan item mana saja yang menunjukkan konsep diri yang kurang positif. Norma pengelompokan skor item berpedoman pada Azwar (2007: 18) yang mengelompokkan skor ke dalam lima kelompok yaitu sangat kurang positif, kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun norma item konsep diri dapat dilihat pada tabel 5.

7. Pengelompokan skor item yang sangat kurang positif, kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif dengan menggunakan N = 202. Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Xitem maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin dicapai item dalam skala. Xitem minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin

diperoleh item dalam skala. Sb (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi

dalam 6 satuan deviasi standar. µ (item teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor item

maksimum teoritik dan minimum teoritik.


(57)

38 Xitem minimum teoritik : 45 x 1 = 45

Range : 180 – 45 = 135

σ (standar deviasi) : 135 : 6 = 22,5

µ (item teoritik) : (180+ 45) : 2 = 112,5

Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Pengelompokan Skor Item Konsep diri Siswa

Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

8. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti tabel 5, langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukaan item-item dalam kelompok-kelompok sesuai dengan hasil pemberian skor pada masing-masing item. Dari pengelompokan item-item tesebut kemudian dapat diketahui item-item mana saja menunjukkan konsep diri yang positif dan item-item menunjukkan kurang positifnya konsep diri.

Perhitungan Skor Kategori

Xitem≤ µ - 1,5 σ

Xitem≤ 112,5 – 33,75

Xitem≤ 78,75

Xitem≤ 79

Sangat Kurang Positif µ - 1,5 σ < Xitem≤ µ - 0,5 σ

78,75 < Xitem≤ 112,5-11,25

78,75 < Xitem≤ 101,25

80 < Xitem≤ 102

Kurang Positif µ - 0,5 σ < Xitem≤ µ + 0,5 σ

101,25 < Xitem≤ 112,5+11,25

102,25 < Xitem≤ 123,75

103 < Xitem≤ 124

Cukup Positif µ + 0,5 σ < Xitem≤ µ + 1,5 σ

123,75 < Xitem≤ 112,5+33,75

123,75< Xitem≤ 146,25

125 < Xitem≤ 147

Positif µ + 1,5 σ < Xitem

112,5+33,75 < Xitem

Xitem> 146,25

Xitem > 147


(58)

39 9. Setelah mengetahi hasil skor item konsep diri, maka item-item yang

menunjukkan kurang positifnya konsep diri (kategori cukup positif, kurang positif, dan sangat kurang positif) akan dibahas dan dibuat usulan program bimbingan klasikal.


(59)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang merupakan jawaban atas masalah penelitian yaitu “Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?” dan “Usulan program bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta?”.

A. Hasil Penelitian

1. Konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

Berdasarkan data yang diolah didapatlah gambaran dari konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 seperti yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentangan Skor Jumlah Siswa Presentase Kategori

1 –196 0 0% Sangat Positif

2 166 – 195 0 0% Positif

3 136 – 165 12 26,7% Cukup Positif

4 106 – 135 29 64,4% Kurang Positif

5 –105 4 8,89% Sangat Kurang

Positif 40


(60)

41 Dari tabel 6 tampak bahwa:

1. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif. 2. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif.

3. Ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif. 4. Ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif. 5. Ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri sangat yang kurang positif.

Dapat disimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif.

2. Pengelompokan item-item konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

Untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, peneliti membuat usulan program bimbingan klasikal. Penentuan usulan program bimbingan klasikal dilakukan berdasarkan item-item yang menunjukkan kurang positifnya konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 seperti yang disajikan dalam tabel 7.


(61)

42 Tabel 7

Item-item Kuesioner yang Menunjukkan Kurang Positifnya Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Rentangan

Skor

No. Item dan Pernyataan

Kategori Jumlah

Item

– 147 - Sangat

Positif 0 item 125 – 147 9. Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada

orang tua saya.

13. Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya. 48. Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu

belajar dan bermain.

59. Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.

Positif 4 item

103 – 124 2. Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman 4. Saya yakin warna kulit saya membuat penampilan saya

menarik.

5. Saya sadar bahwa saya mudah marah.

6. Saya sadar bahwa saya lambat dalam menerima pelajaran.

12. Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

30. Saya memiliki informasi yang tepat tentang seksualitas. 38. Saya memiliki rambut yang bagus.

39. Saya belum mengembangkan bakat saya dengan baik. 46. Berat badan saya ideal.

47. Saya kurang mengetahui informasi yang tepat mengenai kehidupan seksual.

50. Saya terganggu dengan tumbuhnya bulu-bulu halus pada tubuh saya.

Cukup Positif

11 item

80 – 102 3. Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan-ketrampilan yang perlu bagi saya.

7. Saya dihargai di lingkungan tempat tinggal saya. 10. Nama julukan yang diberikan oleh teman-teman

membuat saya malu.

14. Saya menyukai bentuk tubuh saya saat ini. 16. Saya merasa kurang mampu bergaul. 20. Saya senang dengan keadaan tubuh saya. 21. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.

Kurang Positif


(62)

43 22. Saya meluangkan waktu untuk mengembangkan bakat

saya.

23. Untuk laki-laki, saya menyukai bentuk jakun yang saya miliki.

Untuk perempuan, saya menyukai bentuk bibir saya. 24. Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai

cita-cita saya.

25. Saya memiliki kesempatan yang baik untuk mengembangkan bakat yang saya miliki.

26. Hubungan antar pribadi dalam keluarga saya kurang harmonis.

28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

29. Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.

31. Nama saya sering diejek teman-teman, sehingga saya kurang suka bergaul.

32. Orang tua saya selalu mendorong saya untuk mengembangkan bakat saya.

33. Minat saya sesuai dengan bakat saya.

34. Keadaan tubuh saya yang kurang ideal membuat saya malu bergaul.

35. Saya merasa kesehatan saya baik.

36. Fasilitas yang tersedia di keluarga saya, membuat saya semakin mampu mengembangkan kreativitas saya. 37. Orang tua saya sering memaksa kehendak pada saya. 41. Saya tidak mempunyai teman sebaya untuk bergaul

dilingkungan saya.

42. Perubahan yang terjadi pada tubuh saya membuat saya kurang nyaman.

43. Orang tua saya memberikan kesempatan bagi saya untuk membuat pilihan saya sendiri.

44. Saya kurang senang dengan nama saya sendiri. 45. Rasanya saya tidak memiliki keinginan yang kuat

untuk mencapai cita-cita saya.

49. Saya merasa dihargai dalam keluarga saya.

51. Saya memiliki teman akrab dengan siapa saja dapat menceritakan masalah pribadi saya.

52. Saya dan anggota-anggota keluarga saya saling memahami.

53. Pendidikan orangtua saya rendah.

54. Saya betah berada di rumah karena situasi keluarga yang nyaman.

57. Saya tidak mudah terpengaruh oleh ajakan teman. 58. Saya mengelola emosi saya dengan baik.


(63)

44 Rentangan

Skor

No. Item dan Pernyataan

Kategori Jumlah

Item

79 – 1. Saya selalu bisa berinteraksi dengan teman-teman. 8. Saya mengetahui cara-cara yang tepat untuk menjaga

kesehatan saya.

11. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.

15. Saya bersyukur memiliki orang tua yang bersikap adil kepada saya.

17. Suasana hidup di dalam keluarga saya menyenangkan. 18. Saya berprasangka buruk kepada saudara saya yang

lebih pandai.

19. Komunikasi antar anggota keluarga saya kurang baik. 27. Saya selalu menjaga penampilan saya.

40. Saya merasa mendapatkan dukungan dari teman-teman untuk mewujudkan cita-cita saya.

55. Saya terus berusaha meningkatkan keterampilan saya yang akan menjadi bekal saya di masa depan.

56. Saya senang dengan nama saya.

Sangat Kurang Positif

11 item

Dari tabel 7, tampaklah item-item yang menunjukkan kurang positifnya konsep diri siswa (kategori cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif). Berdasarkan isi item-item tersebutlah dibuat usulan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa.


(64)

45

B. Pembahasan

Supaya tidak terjadi tumpang tindih dan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, dalam pembahasan ini peneliti menggabungkan kategori sangat positif, positif menjadi satu dan disebut positif. Kategori cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif digabung menjadi satu, dan disebut kurang positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang positif.

Pada awal penelitian, peneliti menduga bahwa konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 negatif. Dugaan berdasarkan apa yang di amati peneliti di sekolah tersebut: 1) Siswa pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya anak-anak berasal dari keluarga yang broken home, tinggal hanya dengan ayah atau ibu, sehingga kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya; 2) Kebanyakan siswa mengalami kesulitan ekonomi, korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; 3) Pengalaman peneliti saat menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Idealnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif. Tetapi guru-guru umumnya lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal peneliti yaitu konsep siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk negatif.


(65)

46 Negatifnya konsep diri siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman yang negatif di keluarga, perlakuan guru di sekolah, pengaruh pergaulan teman sebaya, status sosial ekonomi keluarga, dan intelegensi siswa. Pertama, di dalam keluarga siswa boleh jadi mempunyai pengalaman yang negatif seperti: sering dicela, dipersalahkan, dipermalukan di depan umum, kurang percaya, diejek, sering dibanding-bandingkan dengan orang yang memiliki kelebihan, terlalu dimanja, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak ada keserasian antara hubungan ayah dan ibu dan kurang merasa diterima oleh orang tua.

Kedua, konsep diri siswa negatif dapat disebabkan oleh perlakuan guru yang negatif terhadap siswa yang boleh jadi negatif di sekolah, seperti: bersikap meremehkan, mencemooh atau menyindir siswa di depan kelas, merendahkan, menolak, tidak memberikan perhatian, membandingkan siswa dengan siswa lain dan memberi “ label atau cap bodoh, nakal atau pemalas“.

Ketiga, konsep diri siswa yang negatif dapat dipengaruhi oleh pergaulan siswa dengan sebayanya yang negatif, seperti: ditolak, direndahkan, dipermalukan, tidak diterima dan disingkirkan oleh teman-temannya, tidak dihargai, tidak disukai.

Keempat, status sosial ekonomi keluarga yang kiranya rendah. Siswa dari kelas sosial ekonomi yang rendah cenderung minder, tidak percaya diri, menarik diri dari pergaulan, tidak bangga dengan dirinya dan keluarga, tidak berani mengungkapkan pendapat dan perasaannya.

Kelima, intelegensi siswa kemungkinan cenderung rendah. Siswa boleh jadi memandang dirinya tidak mempunyai kemampuan karena prestasi belajarnya rendah.


(66)

47 Usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan konsep diri siswa untuk menjadi positif, antara lain: 1) guru pembimbing harus memberikan semangat atau motivasi siswa dan membesarkan hati siswa supaya membantu siswa untuk memahami dirinya secara realistis, 2) tidak memberi cap atau label yang negatif pada siswa, agar siswa merasa berharga dan memandang dirinya secara positif, 3) melakukan kegiatan atau latihan yang membantu siswa menyadari segi-segi positifnya, 4) menghargai setiap usaha siswa, 5) meningkatkan kesadaran bahwa siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, 6) berkomunikasi secara empatik, agar siswa tidak merasa disudutkan atau dipermalukan, 7) membuat siswa merasa bertangung jawab.

Selain guru pembimbing perlu juga upaya oleh pihak lain agar konsep diri siswa positif, seperti orang tua. Yang perlu dilakukan orang tua antara lain: 1) menerima anak apa adanya sehingga anak juga akan dapat menerima dirinya sendiri, 2) meluangkan waktu untuk berkumpul dan berbagi cerita bersama, 3) memperlihatkan kasih sayang dalam semua ucapan dan tindakan, 4) memberikan kebebasan bagi anak untuk mengambil keputusan sendiri sesuai dengan kehendaknya tetapi tetap perlu didampingi.

Pihak lainnya yang perlu terlibat adalah siswa itu sendiri. Upaya yang dapat dilakukan siswa antara lain: 1) Belajar tentang diri sendiri yaitu belajar dari pengalaman hidup baik dari keberhasilan maupun kegagalan; siswa perlu menyadari bahwa pengalaman berhasil dan pengalaman gagal dapat menjadi guru yang baik untuk mengembangkan konsep diri yang positif; 2) menerima diri apa adanya, artinya siswa perlu sadar bahwa dalam dirinya ada berbagai hal yang positif dan


(67)

48 terus berusaha memperbaiki diri; 3) terus berusaha mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin; 4) menyadari hal-hal positif dalam dirinya dan berusaha mengatasi hal-hal yang negatif dalam dirinya.

C. Usulan Program Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

Usulan program bimbingan klasikal yang diusulkan mengacu pada hasil penelitian tentang tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, yaitu berdasarkan item-item yang menunjukkan kurang positifnya konsep diri siswa. Dengan program bimbingan klasikal tersebut, konselor sekolah diharapkan mampu meningkatkan konsep diri siswa.

Usulan program ini hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan di lapangan. Untuk pelaksanaan usulan program ini dibutuhkan keterlibatan dan kerjasama serta dukungan dari berbagai pihak. Diharapkan program ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Usulan program bimbingan klasikal yang dimaksudkan disajikan pada tabel 8.


(68)

49 No Tujuan

Pelayanan Bimbingan

Klasikal

Materi Bimbingan Bulan

Pelaksanaan Kegiatan Metode Alat/ Sarana Sumber

topik Sub topik 1 2 3 4 5 6 7 pustaka Nara

sumber

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12 13 14 15

1 Siswa semakin mampu menjalin persahabatan yang akrab. Persahabatan (Item no 1,2,10,11,12, 16,21,31,41, 51,57). a. Makna persahabatan b. Harapan-harapan dalam persahabatan c. Persahabatan dengan lawan jenis. d. Kesulitan-kesulitan dalam bersahabat. e. Hal-hal yang

perlu dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan persahabatan. 2 2 2 2 2 Ceramah. Ceramah , tanya jawab. Ceramah. Diskusi, tanya jawab. Tanya jawab, sharing. Alat tulis, lembar kegiatan. Komisi pendidikan KWI. 1991. Berkembang Bersama Orang Lain. Yogyakarta: Kanisius. Konselor.


(69)

50 No Tujuan Pelayanan Bimbingan Klasikal

Materi Bimbingan Bulan

Pelaksanaan Kegiatan Metode Alat/ Sarana Sumber

topik Sub topik 1 2 3 4 5 6 7 pustaka Nara

sumber

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12 13 14 15

2 Siswa menyadari berbagai hal positif dalam dirinya. Kelebihan saya. (Item no 4,6,8,14,20,29, 34,35,38,42,44, 46,5056,60). Mengidentifi- kasi kelebihan pada diri.

2 Ceramah, diskusi, tanya jawab, refleksi diri. Alat tulis, angket/ Kuesioner. Gea, Antonius Atosokhi, S.Th. MM., dkk, 2002, Relasi Dengan Diri Sendiri, Jakarta: Elex Media Komputindo. Konselor.


(70)

51 No Tujuan

Pelayanan Bimbingan

Klasikal

Materi Bimbingan Bulan

Pelaksanaan Kegiatan Metode Alat/ Sarana Sumber

topik Sub topik 1 2 3 4 5 6 7 pustaka Nara

sumber

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12 13 14 15

3 Siswa semakin mampu mengenal dan menerima emosinya dan mampu mengelola serta mengungkapkan- nya dengan baik.

Ketrampilan mengelola emosi (Item no 5,58). a. Mengenali emosi sendiri dan orang lain. b. Pentingnya mengelola emosi. c. Tujuan mengelola emosi. d. Manfaat mengelola emosi dengan baik. e. Cara-cara mengatasi emosi (usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mengelola emosinya). 1 1 1 1 1 Ceramah, tanya jawab. Ceramah. Tanya jawab. Ceramah. Diskusi, tanya jawab. Alat tulis, lembar diskusi.

• Alex, L.1983. Menemukan Diri.

Yogyakarta: Kanisius.

• Segel Jeane. 2002. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Penerbit Kaifa. Konselor.


(71)

52 No Tujuan

Pelayanan Bimbingan

Klasikal

Materi Bimbingan Bulan

Pelaksanaan Kegiatan Metode Alat/ Sarana Sumber

topik Sub topik 1 2 3 4 5 6 7 Pustaka Nara

sumber

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12 13 14 15

4 Siswa dapat memahami seksualitas secara benar dan proporsional sehingga dapat berperilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Perkembangan seksualitas remaja (Item no 30,47,23). a. Pengertian seksualitas remaja. b. Menjelaskan sikap positif remaja terhadap seksualitas. 2 2 Ceramah, tanya jawab. Diskusi, refleksi diri.

Alat tulis. Imran Irawati. Perkembangan Seksual

Remaja. BKKBN.


(72)

53 No Tujuan

Pelayanan Bimbingan

Klasikal

Materi Bimbingan Bulan

Pelaksanaan Kegiatan Metode Alat/ Sarana Sumber

topik Sub topik 1 2 3 4 5 6 7 pustaka Nara

sumber

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12 13 14 15

5 Siswa semakin mampu mengembangkan kreatifitasnya. Potensi diri (Item no3,22,25,28, 33,36,39,55).

a. Mengetahui dan menjelaskan minat dan bakatnya. b. Mengenali potensinya. c. Mengembangkan potensinya. 1 1 1 Ceramah. sharing. Tanya jawab. Lembar kerja siswa. Wishnubroto Widarso. 2002. Berfikir dan Bertindak positif. Yogyakarta: Kanisius. Konselor.

6 Siswa dapat merencanakan masa depan nya secara realistis. Cita-cita (Item no 24,45,40). a. Menjelaskan pentingnya cita-cita.

b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai cita-cita. 2 2 Ceramah, diskusi. Tanya jawab, pemberian tugas. Alat tulis, buku pribadi.

Friel, J. 2003. Teens on 7: 7 Hal terbaik yang dilakukan Remaja Top. Bandung: KAIFA.


(1)

Lampiran 5

 

75

HASIL PERHITUNGAN TARAF RELIABILITAS

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .830 60


(2)

TABULASI DATA PENELITIAN SELURUH KELAS VII dan VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lam

p

ir

an 6

76


(3)

Hasil Kategori Skor Azwar

77

Pengelompokan Konsep diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 150 – 45

X ≤ 105 Sangat Kurang Positif

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 105 < X ≤150- 15

105 < X ≤ 135

106 < X ≤ 135

Kurang Positif µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ

135 < X ≤ 150+15

135 < X ≤ 165

136 < X ≤ 165

Cukup Positif µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ

165 < X ≤ 150+45

165< X ≤ 195

166 < X ≤ 195

Positif µ + 1,5 σ < X

150 + 45 < X

195 < X

X 196

Sangat Positif

No.

Siswa Jumlah Kategori

1 140 CP

2 126 KP

3 136 CP

4 115 KP

5 112 KP

6 127 KP

7 120 KP

8 143 CP

9 123 KP

10 121 KP

11 121 KP

12 87 SKP

13 119 KP

14 108 KP

15 137 CP

16 103 SKP

17 163 CP

18 132 KP

19 108 KP

20 135 KP

21 115 KP

22 127 KP

23 139 CP

24 146 CP

25 144 CP

26 111 KP

27 110 KP

28 109 KP

29 123 KP

30 147 CP

31 101 SKP

32 136 CP

33 133 KP

34 121 KP

35 99 SKP

36 128 KP

37 120 KP

Lampiran 7


(4)

Hasil Kategori Skor Azwar

78

38 120 KP

39 124 KP

40 129 KP

41 128 KP

42 116 KP

43 131 KP

44 137 CP

45 140 CP

Skor Item Skala Konsep diri Siswa

Kelas VII dan VIII SMP Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

No.

Item Jumlah Total Kategori

1 71 SKP

2 120 CP

3 101 KP

4 108 CP

5 123 CP

6 118 CP

7 85 KP

8 74 SKP

9 134 P

10 93 KP

11 79 SKP

12 113 CP

13 133 P

14 96 KP

15 57 SKP

16 88 KP

17 71 SKP

18 77 SKP

19 79 SKP

20 89 KP

21 94 KP

22 87 KP

23 95 KP

24 87 KP

Perhitungan Skor Kategori

Xitem ≤ µ - 1,5 σ Xitem ≤ 112,5 – 33,75

Xitem ≤ 78,75 Xitem≤ 79

Sangat Kurang Positif µ - 1,5 σ < Xitem ≤ µ - 0,5 σ

78,75 < Xitem ≤ 112,5-11,25

78,75 < Xitem ≤ 101,25 80 < Xitem≤ 102

Kurang Positif µ - 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 0,5 σ

101,25 < Xitem ≤ 112,5+11,25

102,25 < Xitem ≤ 123,75 103 < Xitem≤ 124

Cukup Positif µ + 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 1,5 σ

123,75 < Xitem ≤ 112,5+33,75

123,75< Xitem ≤ 146,25 125 < Xitem≤ 147

Positif µ + 1,5 σ < Xitem

112,5+33,75 < Xitem

Xitem> 146,25 Xitem > 147

Sangat Positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Hasil Kategori Skor Azwar

79

25 80 KP

26 92 KP

27 77 SKP

28 101 KP

29 100 KP

30 121 CP

31 91 KP

32 80 KP

33 86 KP

34 85 KP

35 92 KP

36 90 KP

37 83 KP

38 112 CP

39 107 CP

40 78 SKP

41 91 KP

42 88 KP

43 85 KP

44 86 KP

45 83 KP

46 103 CP

47 110 CP

48 130 P

49 90 KP

50 105 CP

51 88 KP

52 82 KP

53 98 KP

54 84 KP

55 65 SKP

56 68 SKP

57 90 KP

58 96 KP

59 145 P

60 86 KP


(6)

  80

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI