Hasil Determinasi Tanaman Infusa Daun Iler Coleus atropurpureus L. Benth dan Infusa Bunga Telang Clitoria ternatea L.

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga telang Clitoria ternatea L. Sebelum kedua tanaman ini digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dilakukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar tanaman Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria ternatea L. yang biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai bahan obat untuk mengobati beberapa penyakit. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi ini adalah bagian batang, daun dan bunga. Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan hingga kategori jenis spesies untuk membuktikan bahwa batang, daun dan bunga yang dideterminasi adalah benar Coleus atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L. Hasil determinasi yang dilakukan berdasarkan buku Flora of Java Backer and Brink, 1965 yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma, maka daun iler yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman iler Coleus atropurpureus L. Benth. Hasil determinasi yang dilakukan pada bunga telang berdasarkan buku acuan “Flora untuk Sekolah di Indonesia” yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman telang Clitoria ternatea L.. Bukti hasil determinasi dari kedua tanaman tersebut dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Infusa Daun Iler Coleus atropurpureus L. Benth dan Infusa Bunga Telang Clitoria ternatea L.

Infusa daun iler dan bunga telang dibuat dengan cara merebus daun iler dan bunga telang segar dalam aquades. Daun iler dan bunga telang direbus dengan suhu 90 o C selama 15 menit. Pemilihan pelarut aquades dalam penelitian ini adalah berdasarkan penggunaan obat di masyarakat dengan merebus tanaman ini dengan air dan langsung menggunakannya. Suhu 90 o C dan selama 15 menit dimaksudkan supaya zat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi tidak rusak atau mengalami gangguan akibat pemanasan tinggi. Penggunaan metode infusa ini dipilih karena penggunaannya praktis, tidak membutuhkan waktu lama dan bahan yang digunakan masih segar. Namun kelemahan dari metode infusa ini adalah cairan hasil infusa tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama lebih dari 24 jam. Hasil infusa daun iler berupa cairan berwarna merah muda dan tidak berbau. Hasil infusa bunga telang berupa cairan berwarna ungu dan tidak berbau. Untuk kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang pada penelitian ini digunakan tiga peringkat dosis. Untuk dosis daun iler sendiri hanya digunakan satu peringkat dosis yaitu sebesar 140 mgkgBB. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amitjitraresmu 1995, bahwa pada dosis terendah 100 mgkgBB pada tikus telah memberikan persen inhibisi radang sebesar 59,81. Kemudian dosis tersebut dikonfersikan untuk dosis mencit. Untuk dosis infusa bunga telang dibuat tiga peringkat dosis, yaitu 328; 655; dan 1310 mgkgBB. Dosis ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Manurung 2013, bahwa pada peringkat dosis tersebut belum mencapai persentase penghambatan inflamasi sebesar 50. Maka dengan menambahkan infusa daun iler diharapkan dapat mempengaruhi atau menambah persentase penghambatan inflamasi infusa bunga telang jika dikombinasikan. C. Efek Antiinflamasi Infusa Daun Iler Coleus atropurpureus L. Benth dan Bunga Telang Clitoria ternatea L. Penelitian uji efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler Coleus atropurpureus L. Benth. dengan bunga telang Clitoria ternatea L. dilakukan untuk mengetahui apakah kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang dapat meningkatkan efek antiinflamasi dan sekaligus mengetahui besarnya kemampuan kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang sebagai antiinflamasi. Efek antiinflamasi ditandai dengan penurunan udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1 secara subplantar akibat pemberian infusa daun iler dan infusa bunga telang secara peroral. Untuk mengukur ketebalan udema pada kaki mencit digunakan metode pengukuran menggunakan jangka sorong. Jangka sorong yang digunakan adalah jangka sorong Digital Caliper merk Wipro. Metode pengukuran efek antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Mahmood, Aorahman, Tariq, and Hussain 2009, di mana pengukurannya terletak pada ketebalan kaki mencit dari telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal. Metode pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu metode yang seringkali digunakan dalam uji antiinflamasi di samping metode potong kaki atau metode pengukuran volume udema dengan pletismometer. Alasan pemilihan metode ini dalam penelitian ini adalah karena metode ini relatif sederhana, baik dari instrument yang dibutuhkan, proses perlakuan, pengamatan, pengukuran sampai dengan pengolahan data. Keuntungan dari metode pengukuran menggunakan jangka sorong dibandingkan dengan potong kaki adalah tidak perlu mengorbankan hewan uji yang digunakan, penggunaannya sederhana, dan dapat mengurangi kesalahan pengukuran. Pada penelitian ini, sebagai penginduksi inflamasi digunakan karagenin 1 karena karagenin merupakan salah satu zat inflamatogen udema pada kaki mencit yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapetik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari golongan steroid maupun non steroid. Karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit. Adapun mekanisme kerja dari karagenin yaitu senyawa akan menginduksi inflamasi dalam dua fase, fase pertama terjadi sekitar 60 menit setelah induksi karagenin, dimana terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase kedua berlangsung sekitar 60 menit sampai kurang lebih tiga jam setelah injeksi. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida, superoksida, radikal hidroksil serta prostaglandin Suleyman, Demircan, Karagoz, Oztasan, and Suleyman, 2004. Menurut Baghdikian et al., 1997, karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel yang cedera melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi. Setelah pelepasan mediator inflamasi, terjadi edema yang mampu bertahan selama enam jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi. Dalam penelitian ini, tebal edema diukur selama enam jam yang dimulai pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300 dan 360. Setelah itu dihitung nilai AUC tiap menit yang ditentukan kemudian dirata-rata, maka didapat profil seperti pada gambar 2. Gambar 2. Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin 1 selama 6 jam pengamatan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 100 200 300 400 R at a- rat a e d e m a m m Waktu pengukuran menit Kurva Waktu Pengukuran VS Rata-rata Edema Kaki Mencit Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kelompok aquades 25 mgkgBB tidak terjadi penurunan udema yang signifikan sampai pada menit ke 360. Hal ini dapat dikatakan bahwa aquades tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat inflamasi. Penurunan udema pada awal pengamatan mungkin disebabkan oleh respon dari tubuh yang berupaya untuk mempertahankan dan memulihkan tubuh dari adanya peradangan. Pada kelompok II kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB terlihat penurunan udema yang signifikan dan tidak terjadi peningkatan udema sampai jam keenam. Hal ini menunjukkan bahwa kalium diklofenak yang merupakan OAINS memang memiliki aktivitas antiinflamasi. Pada kelompok III infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dan IV infusa bunga telang dosis 1310 mgkgBB terjadi penurunan udema dan selang beberapa jam terjadi peningkatan udema kembali. Masing-masing infusa daun iler dan infusa bunga telang terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi, tetapi kemampuannya untuk menghambat inflamasi lebih rendah dibandingkan dengan kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB. Kelompok V, VI dan VII merupakan kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengamatan semakin turun sampai selang beberapa jam mengalami kenaikan sedikit kemudian turun lagi. Hal ini mungkin disebabkan karena dosis infusa daun iler dan infusa bunga telang hanya memiliki efek untuk menurunkan inflamasi sampai jam tertentu saja dan kemungkinan akan terjadi peningkatan udema kembali karena karagenin sendiri sebagai penginduksi udema mampu bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi. Grafik kelompok V dan VII hampir berhimpitan dengan kelompok II yang dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi dari kelompok V dan VII hampir sama dengan kontrol positif kalium diklofenak dalam menurunkan tebal edema kaki mencit. Hal ini semakin diperkuat lagi dengan melihat hasil perhitungan statistiknya pada tabel I dan diagram batang yang menunjukkan perbedaan AUC antar kelompok perlakuan disajikan dalam gambar 3. Tabel I. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95 dengan uji Mann- Whitney Kel Rata-rata AUC mm.menit X ± SE Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII I 302,16 ± 16,55 - B B B B B B II 143,61 ± 2,23 B - B B TB B TB III 234,35 ± 7, 95 B B - B TB B B IV 217,71 ± 3,16 B B B - TB B B V 138,62 ± 21,74 B TB TB TB - TB TB VI 136,61 ± 0,68 B B B B TB - TB VII 143,13 ± 3,46 B TB B B TB TB - Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB X = Mean Rata-rata SE = Standard Error SD√n Dari hasil statistik dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok II dengan kelompok V dan VII. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mgkgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mgkgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak dalam menurunkan edema kaki mencit. Gambar 3. Diagram batang rata-rata AUC tiap kelompok perlakuan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Rata-rata AUC kelompok VI sebesar 136,61 mm.menit, dari uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok II. Hal ini dapat dikatakan bahwa kombinai infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mgkgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang tidak sebanding dengan kalium diklofenak. Rata-rata AUC kelompok I yaitu kontrol negatif lebih besar daripada semua kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 302,16 mm.menit. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak mempunyai aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menurunkan tebal udema kaki mencit dengan rata-rata AUC sebesar 143,61 mm,menit. Masing-masing kelompok kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang mempunyai AUC yang besar jika dibandingkan dengan kontrol kalium diklofenak, yaitu 234,35 dan 217,71 mm.menit. Dari hasil statistik menunjukkan berbeda bermakna dengan kalium diklofenak. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang tidak sama dengan kalium diklofenak. Sebagai kontrol negatif digunakan aquades. Dasar pemilihan aquades adalah karena pelarut yang digunakan untuk bahan infusa daun C. atropurpureus dan bunga C. ternatea adalah aquades dan juga untuk membuktikan apakah pelarut yang digunakan tidak berpengaruh pada perlakuan. Aquades juga digunakan sebagai pembanding aktivitas antiinflamasi. Sebagai kontrol positif digunakan Cataflam ® D-50. Cataflam ® D-50 berisi kalium diklofenak 50 mg. Cataflam ® D-50 dipilih karena termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid OAINS dengan mekanisme utama menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat tidak dapat diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi oleh karagenin, Cataflam ® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam ® D-50 terjadi dengan menghambat produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk asam arakidonat Ari, 2001. Digunakan merk Cataflam ® D-50 karena hampir semua sediaan yang mengandung diklofenak yang beredar di pasaran merupakan tablet salut enterik yang ditujukan untuk mengurangi resiko iritasi pada lambung Padmadisastra, Abdassah, and Wijanarko, 2007. Desain salut enterik bertujuan agar obat baru akan dilepaskan saat sudah mencapai usus halus. Oleh karena itu, pada sediaan tersebut selain kalium diklofenak juga terdapat bahan lain yang menyusun penyalut dari tablet tersebut yang tidak memungkinkan tablet untuk digerus, sedangkan dalam penelitian ini tablet harus digerus agar dapat dilarutkan dalam aquades. Cataflam ® D-50 merupakan tablet dispersible D tanpa salut sehingga memungkinkan tablet ini untuk digerus dan didispersikan dalam aquades untuk diberikan pada mencit secara peroral. Dosis Cataflam ® yang digunakan adalah 9,1 mgkg BB mencit. Dasar pemilihan dosis ini adalah berdasarkan penggunaan dosis pada manusia sebesar 50 mg untuk rata-rata 50 kg BB manusia dan untuk berat badan 70 kg digunakan dosis 70 mg. Dari dosisi pada manusia 70 kg kemudian dikonfersikan pada hewan mencit dengan berat badan rata-rata 20 gram sehingga diperoleh dosis untuk mencit sebesar 9,1 mgkgBB mencit. Dari hasil orientasi yang dilakukan oleh Kurniawaty 2010, selang waktu pemberian Diklofenak adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin. Selang pemberian 15 menit telah dapat menimbulkan efek secara maksimal untuk menurunkan udema. Pada penelitian ini selang waktu pemberian semua perlakuan adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin 1. Penghambatan inflamasi ditunjukkan dengan penurunan udema kaki mencit setelah pemberian suspensi karagenin 1. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang, maka dihitung persen penghambatan inflamasi dari AUC total yang sebelumnya telah dihitung. Data persen penghambatan inflamasi dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. . Hasil analisis rata-rata nilai PI total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95 dengan uji Mann- Whitney Perla- kuan PI X±SE Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII Kel I 0,00 ± 5,47 - B B B B B B Kel II 52,47 ± 0,74 B - B B TB B TB Kel III 22,44 ± 2,63 B B - B TB B B Kel IV 27,95 ± 1,04 B B B - TB B B Kel V 54,13 ± 7,19 B TB TB TB - TB TB Kel VI 54,79 ± 0,22 B B B B TB - TB Kel VII 52,63 ± 1,14 B TB B B TB TB - Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB X = Mean Rata-rata PI = Penghambatan Inflamasi SE = Standard Error SD√n Gambar 4. Diagram batang rata-rata persen penghambatan inflamasi tiap kelompok perlakuan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa infusa daun iler, infusa bunga telang maupun kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang memiliki efek anti inflamasi yang dinilai dari penghambatan inflamasi yang diperoleh dengan membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata kelompok kontrol negatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu 1995, bahwa infusa daun iler dosis 100 mgkgBB tikus memiliki persentase penghambatan inflamasi sebesar 59,81. Sementara dalam penelitian ini, nilai persen penghambatan inflamasi infusa daun iler dosis 100 mgkgBB tikus yang dikonfersikan ke mencit tidak mencapai persen penghambatan inflamasi sebesar 59,81, tetapi yang diperoleh hanya sebesar 22,44. Adanya perbedaan persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu 1995, kemungkinan karena metode yang digunakan untuk mengukur udema berbeda. Persen penghambatan inflamasi dari kelompok infusa bunga telang dosis tertinggi yang dilakuan pada penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Manurung 2013, yaitu sebesar 27,95. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa data persen penghambatan inflamasi kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB sebesar 52,47, sedangkan untuk kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mgkgBB masing- masing menunjukkan persen penghambatan inflamasi sebesar 54,13; 54,79; dan 52,63. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok II dan VI p0,05. Jika dilihat dari penghambatan inflamasi masing-masing perlakuan yang paling tinggi adalah kelompok VI sebesar 54,79. Nilai penghambatan inflamasi ini lebih tinggi daripada nilai penghambatan inflamasi kalium diklofenak yang menunjukkan bahwa kombinasi infusa daun iler dosis dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mgkgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih bagus daripada kontrol kalium diklofenak. Antara kelompok II dengan kelompok V dan VII menunjukkan bahwa ada perbedaan yang tidak bermakna p0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa efek antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mgkgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mgkgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak. Bila dilihat dari hasil statistik bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga telang dosis 328; 655 dan 1310 mgkgBB adalah sama besar.

D. Daya Antiinflamasi