Bahan atau Materi Penelitian Alat atau Instrumen Penelitian Tata Cara Analisis Hasil

6. Daya antiinflamasi adalah kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1 secara subplantar dan dibandingkan dengan kalium diklofenak 7. AUC Area Under Curve ditentukan dengan menggunakan rumus trapezoid di mana selisish udema antara kaki kiri dan kanan dikali dengan selisih waktu pengukuran mm.menit

D. Bahan atau Materi Penelitian

Bahan-bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Daun iler Coleus atropurpureus L. Benth yang digunakan adalah daun segar dan tidak terserang hama serta bunga telang Clitoria ternatea L. yang digunakan adalah bunga segar yang mekar dan tidak terserang hama. Bahan diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dipanen pada waktu pagi hari setiap kali akan melakukan penelitian. 2. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss dengan umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Zat inflamatogen : Karagenin tipe I Sigma Chemical Co., yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4. Tablet Cataflam ® D 50 Novartis Indonesia yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek K24. 5. Larutan NaCl fisiologis 0,9 Otsuka sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek Kimia Farma 6. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Alat atau Instrumen Penelitian

1. Jangka sorong Digital Caliper merk Wipro 2. Satu set panci infusa 3. Termometer 4. Seperangkat alat gelas berupa gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, corong, pipet tetes, batang pengaduk Pyrek Iwaki Glass 5. Penangas 6. Spuit injeksi 1 mL yang digunakan untuk pemberian peroral memiliki jarum yang ujungnya berbentuk bulat dan berlubang di bagian tengah merk Terumo 7. Spuit injeksi 1 mL yang memiliki ujung runcing yang digunakan untuk pemberian secara subplantar merk Terumo 8. Kamera digital 9. Timbangan 10. Stopwatch

F. Tata Cara Penelitian 1.

Determinasi tanaman Determinasi tanaman iler dan telang menggunakan batang, daun dan bunga yang dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan

Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan April. Daun iler yang diambil adalah daun segar dan tidak terserang hama dipanen sebelum berbunga pada bagian tengah batang, tidak terlalu kepucuk dan tidak terlalu kepangkal. Bunga telang yang diambil adalah bunga segar yang sedang mekar dan tidak terserang hama. Daun iler dan bunga telang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada saat pagi hari.

3. Pembuatan infusa daun iler dan infusa bunga telang

a. Pembuatan infusa daun iler Pembuatan infusa daun iler yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk meniadakan air pada daun. Daun yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g. Selanjutnya daun direbus menggunakan aquadest sebanyak 100 mL pada suhu 90 o C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan daun disaring menggunakan kertas saring sampai diperoleh cairan infusa daun iler sebanyak 100 mL. b. Pembuatan infusa bunga telang Pembuatan infusa bunga telang yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk meniadakan air pada bunga. Bunga yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g. Selanjutnya bunga direbus menggunakan aquadest 100 mL pada suhu 90 o C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan bunga disaring menggunakan kertas saring sampai diperoleh cairan infusa bunga C. ternatea sebanyak 100 mL.

4. Penetapan konsentrasi infusa daun iler dan infusa bunga telang

a. Penetapan konsentrasi infusa daun iler Sejumlah 5 g daun iler dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh adalah infusa daun iler dengan konsentrasi 5 g100 mL. b. Penetapan konsentrasi infusa bunga telang Sejumlah 5 g bunga telang dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh adalah infusa bunga telang dengan konsentrasi 5 g100 mL.

5. Penetapan dosis infusa daun iler dan infusa bunga telang

a. Penetapan dosis infusa daun iler Perhitungan dosis infusa daun iler berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan sebelumnya oleh Amitjitraresmu 1995, penulis menggunakan dosis infusa daun iler pada tikus sebesar 100 mgkg bb yang akan dikonversikan pada mencit untuk penelitian berikutnya. Konversi berat badan tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14. Dosis infusa daun iler 100 mgkgBB adalah 20 mg untuk 200 g tikus. Dosis untuk mencit 20 g = 0,14 x 20 mg = 2,8 mg20g BB = 0,14 mgg BB Dalam penelitian ini, infusa daun iler dibuat hanya satu peringkat dosis yaitu 140 mgkg BB. b. Penetapan dosis infusa bunga telang Perhitungan dosis infusa bunga telang dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung 2013. Dalam penelitian ini, infusa bunga telang dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu 328; 655; 1310 mgKg BB mencit.

6. Pembuatan larutan karagenin 1

Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat peradang dibuat dengan cara melarutkan 1 g karagenin dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 hingga volume 100 mL, akan diperoleh larutan karagenin 1 bv yang setara dengan dosis 25 mgkgBB. Perhitungan karagenin adalah sebagai berikut: ܦ݋ݏ݅ݏ݇ܽݎܽ݃݁݊݅݊ = ቀ0,05ݔ ଵ଴଴௠௚ ଵ଴௠௅ ቁ 0,02 ݇݃ = 25 ݉݃݇݃ܤܤ

7. Pembuatan larutan Diklofenak dan Penentuan Dosis

Tablet Cataflam ® D 50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebanyak 20 tablet diuji keseragaman bobotnya. Diambil 1 tablet Cataflam ® D 50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg yang telah diuji keseragaman bobotnya tersebut, digerus dalam mortar, lalu dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 2,04 mgml. Dosis untuk manusia dengan berat badan 50 kg adalah 50 mg, maka dosis untuk manusia 70 kg adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g sebesar 0,0026, sehingga dosis untuk mencit 20 g = 70 mg x 0,0026 = 0,182 mg20 gBB mencit = 9,1 mgkg BB mencit

8. Penentuan waktu pemberian kalium diklofenak

Kalium diklofenak Cataflam ® D 50 sebagai kontrol positif diberikan 15 menit sebelum induksi udema dengan injeksi karagenin 1 secara subplantar berdasarkan penelitian Gunawan 2010.

9. Penentuan kontrol negatif

Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian digunakan aquades sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan infusa bunga telang. Aquades diinjeksikan dosis 25 gkgBB secara peroral.

10. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan adalah sebanyak 35 ekor mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g. Sebelum digunakan, hewan uji sebelumnya dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum saja. Kemudian hewan uji diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor.

11. Perlakuan hewan uji

Hewan uji yang digunakan sebanyak 35 ekor mencit betina galur Swiss. Mencit dibagi secara acak menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut: Keterangan : Kelompok I = Kontrol Aquades dosis 25 gkgBB Kelompok II = Kontrol kalium iklofenak dosis 9,1 mgkgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mgkgBB Kelompok VI = Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mgkgBB Kelompok VII =Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mgkgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mgkgBB Hewan uji sejumlah 35 ekor Kel I Kel Kel III Kel VI Kel IV Kel V Kel Mencit diberikan senyawa uji beserta 15 menit kemudian kaki kiri mencit diinjeksi subplantar dengan karagenin dan kaki kanan disuntik dengan spuit Tebal kedua kaki diukur mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360, kemudian dibandingkan tebal kedua kaki AUC setiap mencit dihitung dengan metode trapezoid

12. Penentuan persen penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi

Metode penentuan persen penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung luas area dibawah kurva AUC-Area Under Curve untuk setiap mencit dengan metode trapezoid menggunakan rumus: ܲ݁݊݃ℎܾܽ݉ܽݐ݂݈ܽ݊݅݊ܽ݉ܽݏ݅ = AUC ଴ି୶ ଴ – AUC ଴ି୶ ୬ AUC ଴ି୶ ଴ x 100 ܦܽݕܽܽ݊ݐ݅ − ݂݈݅݊ܽ݉ܽݏ݅ = AUC ଴ି୶ ୷ – AUC ଴ି୶ ୬ AUC ଴ି୶ ୷ x 100 Keterangan : AUC ଴ି୶ ଴ = AUC ଴ି୶ rata-rata kelompok kontrol negatif AUC ଴ି୶ ୷ = AUC ଴ି୶ rata-rata kelompok kontrol positif AUC ଴ି୶ ୬ = AUC ଴ି୶ masing-masing hewan uji yang diberi senyawa uji dosis sebesar n Ikawaty, Suparjan, Asmara, 2007. Untuk menghitung luas area dibawah kurva AUC -Area Under Curve untuk setiap mencit pada setiap rentang waktu pengukuran dengan metode trapezoid digunakan rumus: ܣܷܥ ଴ି௫ = ൬ ܥ ଵ − ܥ ଴ 2 ݔݐ ଵ − ݐ ଴ ൰ + ൬ ܥ ଶ − ܥ ଵ 2 ݔݐ ଶ − ݐ ଵ ൰ + ⋯ + ൬ ܥ ௡ − ܥ ௡ିଵ 2 ݔݐ ௡ − ݐ ௡ିଵ ൰ Keterangan : ܣܷܥ ଴ି௫ = Area Under Curve dari menit ke-0 sampai menit ke-330 ܥ ௡ − ܥ ௡ିଵ = besarnya tebal udem dari menit ke-0 sampai menit ke-330 ݐ ௡ − ݐ ௡ିଵ = lamanya waktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-330 Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk menemukan kombinasi dosis infusa daun C. atropurpureus dan infusa bunga C. ternatea yang dapat menurunkan tebal edema kaki mencit yang sebanding dengan kontrol positif kalium diklofenak.

G. Tata Cara Analisis Hasil

1. Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Jika data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan analisis Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95. Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan pada tiap kelompok perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Mann-Whytney untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. 2. Jika terdapat nilai p0,05 yang menandakan adanya perbedaan yang bermakna dan jika nilai p0,05 yang menandakan adanya perbedaan tidak bermakna. 3. Data kuantitatif penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi disajikan dalam nilai rata-rata ± standard error X±SE Dahlan, 2012. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga telang Clitoria ternatea L. Sebelum kedua tanaman ini digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dilakukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar tanaman Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria ternatea L. yang biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai bahan obat untuk mengobati beberapa penyakit. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi ini adalah bagian batang, daun dan bunga. Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan hingga kategori jenis spesies untuk membuktikan bahwa batang, daun dan bunga yang dideterminasi adalah benar Coleus atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L. Hasil determinasi yang dilakukan berdasarkan buku Flora of Java Backer and Brink, 1965 yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma, maka daun iler yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman iler Coleus atropurpureus L. Benth. Hasil determinasi yang dilakukan pada bunga telang berdasarkan buku acuan “Flora untuk Sekolah di Indonesia” yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman telang Clitoria ternatea L.. Bukti hasil