Teknik Pembuatan Material Komposit

perlakuan agar serat pinang terhindar dari zat pengotor. Contoh bentuk buah pinang yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.9. Tahap-tahap perlakuan pada serat pinang hingga siap digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama, pinang direndam pada air bersih selama 7 hari agar serat terlepas dari biji. 2. Tahap kedua, pencucian dengan air bersih dan pengeringan selama kurang lebih 14 hari. 3. Tahap ketiga, perlakuan alkalisasi dan pengeringan selama kurang lebih 2 hari pada suhu ruang ± 27ºC. Serat pada buah pinang secara umum merupakan bagian terluar dari buah pinang akan tetapi secara khusus buah pinang dapat diklasfikasi menjadi tiga bagian. Bagian terluar adalah kutikula , lapisan kedua adalah serat, sedangkan bagian terdalam merupakan bagian biji. Struktur buah pinang tersaji pada Gambar 2.10. Gambar 2.9 Buah Pinang Biji buah pinang mengandung 8-12 lemak yang karakteristiknya mirip dengan minyak kelapa terhidrogenasi . Kandungan minyak ini dapat mempengaruhi komposisi kimia bagian buah pinang yang lain. Sehingga terdapat pula minyak yang sama pada bagian seratnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Namun selain lemak terdapat juga komposisi yang lainnya seperti a-cellulose, hemmicellulose , lignin , pectin , protopectin , ash serta material lainnya Hassan et al ., 2010 : 7. Kandungan-kandungan tersebut sangat berperan penting terhadap sifat fisik serta mekanik dari serat buah pinang itu sendiri. Salah satu sifat fisik dari serat buah pinang yaitu densitas atau massa jenis dapat dihitung dengan cara sederhana mengikuti rumus dari massa jenis yang adalah Gambar 2.10 Struktur Buah Pinang L Yusriah et aI., 2012 Tabel 2.3 Komposisi Kimia Serat Pinang Hassan et al ., 2010 massa dibagi dengan volume. Serat buah pinang pada penelitian kali ini diperoleh nilai densitasnya adalah 0,373 gcm 3 . Massa jenis dapat dipengaruhi oleh beragam factor salah satunya adalah kandungan air. Kandungan air serat dipengaruhi oleh kemampuan serat dalam menyerap air. Hal terebut dapat dihitung dengan rumus yang sama dengan perhitungan massa jenis namun dengan metode eksperimen yang sedikit berbeda. Kandungan air dan kemampuan serap air dari betel nut husk BNH dengan bentuk ra w mentahhijau, ripe matangkuning, dried kering telah diteliti oleh Yusriah et al., 2012 . Ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan 2.12. Gambar 2.11 Grafik kadar air serat pinang dengan kondisi mentah ra w , matang ripe dan kering dried L Yusriah et al., 2012

2.1.3 Perlakuan Alkalisasi NaOH Pada Serat

Perlakuan alkalisasi NaOH merupakan salah satu cara yang dilakukan pada serat terlebih khusus serat alam sebelum digunakan sebagai penguat untuk material komposit dengan fungsi agar serat terhidar dari zat-zat pengotor yang tidak perlu. Fungsi alkalisasi pada serat adalah memutus ikatan kimia lignin dengan cellulose , lignin merupakan kandungan kimia yang menyerupai lilin dan dapat menggangu ikatan serat dengan matriks pada material komposit, oleh sebab itu digunakannya NaOH sebagai pemutus ikatan tersebut. Menurut Nirmal et al 2010 perlakuan alkali pada serat pinang mengakibatkan daya rekat permukaan atara serat dan matriks poliester menjadi lebih baik daripada serat yang tidak diberi perlakuan alkali. Perlakuan alkali yang tepat dapat mencegah terjadinya kerusakan fiber pull out pada komposit. Hasil dari perlakuan alkali dapat dilihat pada Gambar 2.13. Gambar 2.12 Grafik kemampuan serap air serat pinang dengan kondisi mentah ra w , matang ripe , dan kering dried L Yusriah et al., 2012