Metode
Filament winding
dan
Fiber Placement
merupakan metode pembuatan yang lebih kompleks dan biasanya digunakan untuk membuat material dengan
bentuk tabung, salah satunya adalah tabung bertekanan
pressure vesel
. Metode
filament winding
menggunakan gerakan
penggulungan dalam
proses pencetakannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7. Untuk
Fiber Placement
mirip dengan
filament winding
akan tetapi menggunakan perangkat tambahan dalam proses penggulungannya Gambar 2.8.
Gambar 2.7 Metode
Filament Winding
Principles Of The Manufacturing Of Composite Materials., 2009
Gambar 2.8 Metode
Fiber Placement
Principles Of The Manufacturing Of Composite Materials., 2009
2.1.1.5 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kekuatan Komposit Polimer
Material komposit merupakan material yang sama dengan material-material lainnya metal dan keramik, yaitu mempunyai kerentanan terhadap suatu keadaan
yang dapat mempengaruhi sifat-sifat mekaniknya dan pada akhirnya berdampak
pada penurunan kekuatan.
Hal penting yang dapat mempengaruhi kekuatan komposit adalah sifat material penyusunnya. Selain penyusunnya, hal-hal eksternal dapat juga mempengaruhi
kekuatan komposit. Hal-hal tersebut diantaranya adalah :
void
rongga udara,
interfacial debonding
, paparan sinar ultra violet dan orientasi penyusunan serat.
Void
atau rongga udara merupakan salah satu kecacatan komposit yang terbentuk oleh karena proses pembuatan yang kurang sempurna.
Void
ini dapat menggangu proses transfer tegangan. Tegangan yang diterima oleh komposit
harusnya diterima terlebih dahulu oleh matriks lalu disalurkan pada material penguat. Namun oleh karena adanya
void
, tegangan itu tidak dapat disalurkan dan mengakibatkan kegagalan pada material komposit tersebut.
Selain
void
, kekuatan material komposit dapat dipengaruhi oleh adanya
interfacial debonding
. Untuk mentransfer tegangan yang diterima matriks ke penguat diperlukan ikatan yang baik antar permukaan serat dengan matriks, hal ini
disebut
bonded
. Sedangkan,
debonding
adalah keadaan saat ikatan tersebut tidak terjadi dengan baik. Faktor utama terjadinya
debonding
adalah sifat kimia serat, seperti
lignin, fat
maupun
wax
yang masih dimiliki serat hingga proses pencetakan dilakukan. Selain itu, penumpukkan serat juga dapat menjadi penyebab
debonding
. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain
void
dan
debonding
, orientasi penyusunan serat juga dapat menjadi faktor penentu kekuatan komposit. Namun, orientasi serat dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan dan fungsi benda yang dibuat. Oleh karena itu, faktor ini harus diperhitungkan sebelum dilakukan pencetakan.
Sedikit berbeda dengan
void
dan
debonding,
paparan sinar
ultraviolet
pada komposit polimer mengakibatkan degradasi pada matriksnya tidak pada penguat.
Menurut Mahmood M 2007, paparan sinar
ultra violet
UV pada polimer resin
polyester
mengakibatkan penurunan kekuatan tarik rata-rata hingga 30 dan menurunkan hingga 18 modulus elastisitas dalam waktu 100 jam. Akan tetapi,
pengaruh sinar UV dapat diatasi dengan penggunaan pelapis berupa
ultraviolet absorber
UVA. 2.1.2
Serat Pinang Serat pinang merupakan salah satu bagian yang terdapat pada buah dari pohon
pinang, dengan presentase 60-80 dari seluruh bagian buahnya. Pinang memiliki nama latin
Areca Palm Areca catechu L
, dan masih termasuk dalam spesies palem
palm
.
Bentuk buah pinang cenderung oval dengan warna yang beragam sesuai dengan jenis dan tingkat kematangannya, namun secara umum warna dari buah pinang
adalah hijau saat masih belum matang mentah, kuning keemasan setelah matang dan akan menjadi kecoklatan setelah mulai memasuki proses pembusukan. Pada
penelitian kali ini, serat yang digunakan sebagai penguat komposit diambil dari buah pinang yang masih berwarna hijau mentah dengan melalui berbagai
perlakuan agar serat pinang terhindar dari zat pengotor. Contoh bentuk buah pinang yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Tahap-tahap perlakuan pada serat pinang hingga siap digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama, pinang direndam pada air bersih selama 7 hari agar serat terlepas
dari biji. 2.
Tahap kedua, pencucian dengan air bersih dan pengeringan selama kurang lebih 14 hari.
3. Tahap ketiga, perlakuan alkalisasi dan pengeringan selama kurang lebih 2 hari
pada suhu ruang ± 27ºC. Serat pada buah pinang secara umum merupakan bagian terluar dari buah
pinang akan tetapi secara khusus buah pinang dapat diklasfikasi menjadi tiga bagian. Bagian terluar adalah
kutikula
, lapisan kedua adalah serat, sedangkan bagian terdalam merupakan bagian biji. Struktur buah pinang tersaji pada Gambar
2.10. Gambar 2.9 Buah Pinang