2. Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang diformulasikan dapat mengiritasi kulit atau tidak. Uji iritasi yang dilakukan
menggunakan metode Hen’s Egg Test- Chorioallantoic Membrane Test HET-
CAM. Metode ini menggunakan Chorioallantoic Membrane yang berasal dari embrio ayam, di mana embrio ayam memiliki jaringan yang lengkap termasuk
arteri, kapiler dan vena. Adanya jaringan tersebut dapat digunakan untuk melihat respon inflamasi ketika diberikan bahan kimia yang diprediksi memiliki potensi
mengiritasi Loprieno, 1995. Metode HET-CAM dapat digunakan untuk memprediksi potensi iritasi
bahan kimia untuk jaringan konjungtiva kelinci, seperti yang diamati dalam uji Draize
. Parameter yang diukur dalam melakukan uji iritasi menggunakan HET- CAM ini adalah hemoragi, lisis dan koagulasi Gilloti et al, 2000.
F. Komposisi Krim
1. Emulsifying agent
Emulsifying agent adalah suatu molekul yang memiliki rantai
hidrokarbon polar dan nonpolar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulsifying agent
dapat menurunkan tegangan permukaan fase air dan fase minyak Friberg et al
., 1996.
Gambar 4. Struktur sorbitan monooleat Span 80 Aulton, 2002
Emulsifying agent yang digunakan adalah sorbitan monooleat Span 80
yang termasuk jenis surfaktan nonionic dan memiliki nilai HLB 4,3 Iro, 2012. Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak berdisosiasi dalam air,
kelarutannya diperoleh dari sisi polarnya. Surfaktan jenis ini tidak membawa muatan electron tetapi mengandung heteroatom yang menyebabkan terjadinya
momen dipole. Konsentrasi Span 80 sebagai emulsifying agent untuk tipe emulsi ow adalah 1-10 Rowe et al., 2006.
Gambar 5. Struktur polysorbate 80 Tween 80 Nair et al., 2003
Polysorbate 80 Tween 80 termasuk surfaktan hidrofilik non-ionik yang mengandung 20 unit oksietilena. Penggunaan Tween 80 secara kombinasi sebagai
emulsifying agent memiliki range konsentrasi sebesar 1-10 Rowe et al., 2006.
Tween 80 berbentuk cairan kental berwarna kuning. Tween 80 bersifat nontoksik
dan mudah larut dalam air, etanol, minyak tumbuhan, etil asetat, metanol, tetapi tidak larut dalam minyak mineral. Tween 80 memiliki nilai HLB 15 Iro, 2012.
2. Cetyl alcohol
Gambar 6. Struktur cetyl alcohol Rowe et al., 2006
Cetyl alcohol merupakan surfaktan nonionic dari golongan alkohol yang
berfungsi sebagai emollient agent. Pada sediaan semisolid, cetyl alcohol dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air untuk membentuk fase
luar yang kental. Kombinasi ini membentuk barrier monomolecular pada antarmuka minyak-air, dimana barrier ini mencegah koalesen droplet. Titik leleh
cetyl alcohol antara 45-52°C Boyland, 1986.
3. Gelling agent
Gelling agent merupakan bahan untuk membentuk gel dimana dapat
terdispersi dalam air dan bisa mengembang serta meningkatkan viskositas Mahalingam et al., 2008.
Gambar 7. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol Rowe et al.,
2006
Carbopol digunakan dalam sediaan semisolid sebagai agen pengental dan pensuspensi. Kelebihan carbopol, yaitu merupakan pengental yang baik dan
efisien bahkan pada konsentrasi rendah sehingga digunakan agen pensuspensi pengental dan penstabil pada emulsi Mahalingam et al., 2008.
Carbopol mudah mengembang pada air dan mengental juga stabil pada temperatur tinggi dan bersifat antimikroba. Konsentrasi carbopol sebagai gelling
agent adalah 0.5-2.0 Rowe et al, 2006.
Carbopol 940 adalah tipe carbopol yang paling efisien karena viskositasnya yang tinggi, yaitu 40.000-60.000 cps pada kadar 0,5 dengan pH
7,5 dan menghasilkan gel dengan penampilan yang jernih Allen, 1999. Carbopol larut dalam air, alkohol, dan gliserin. Gel dengan carbopol akan
lebih kental pada pH 6-11 dan viskositasnya berkurang bila pH kurang dari 3 atau lebih dari 12. Carbopol bersifat higroskopis Barry, 1983.
4. Trietanolamina