7. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari krim sunscreen untuk
mengalir yang diukur dengan menggunakan Viscotester seri VT 04 Rion- Japan dan dinyatakan dalam satuan d.Pas.
8. Pergeseran viskositas adalah perubahan viskositas krim sunscreen selama
penyimpanan dan dikatakan stabil jika selama 30 hari pergeseran viskositas 10.
9. Efek adalah perubahan yang muncul akibat variasi faktor dan level.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan meliputi fraksi etil asetat daun jambu biji Psidium guajava L., Span 80 kualitas farmasetis, paraffin cair kualitas
farmasetis, gliserin kualitas farmasetis, Carbopol 940 kualitas farmasetis, trietanolamin kualitas farmasetis, metal paraben kualitas farmasetis, etanol
70 kualitas farmasetis dan aqua demineralisata.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat gelas, mixer, neraca analitik Mettler-Toledo AB204, hot plate Cenco, waterbath, stopwatch,
termometer, pH meter Merck, vortex Cenco, viscotester seri VT 04 RION-Japan, Spektrofotometer UV.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji
Daun jambu biji segar dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari dan ditutupi kain hitam. Setelah kering lalu di oven selama 1 jam untuk
memastikan benar-benar kering selanjutnya serbuk simpilia dibuat dengan mesin penggiling. Serbuk simplisia daun jambu biji sebanyak 100 g diekstrak dengan
menggunakan 1 L etanol 70 dalam maserator selama tiga hari dengan sesekali dikocok dan dua kali remaserasi. Lalu dilanjutkan dengan penguapan
menggunakan rotary evaporator dan waterbath. Ekstrak yang didapatkan lalu dilarutkan dengan aquadest 100 mL lalu ditambah 100 mL, 75 mL dan 50 mL n-
heksana dipisahkan dengan ekstraksi cair-cair pada corong pisah hingga didapat fraksi n-heksana atas dan fraksi air bawah. Fraksi air ditambah 100 mL, 75 mL
dan 50 mL etil asetat dan dipisahkan hingga mendapat fraksi etil asetat atas dan fraksi air bawah. Fraksi etil asetat atas ditambahkan ke dalam formula krim
sunscreen .
2. Pembuatan krim
a. Formula
Tabel I. Formula standar Vlaiva, 2009 Bahan
Persentase dalam formula WO
Emulsi Utama
Piroksikam 1
Fase Minyak Span 80
Parafin cair 3,2
16
Fase air dalam Magnesium sulfat hidrat
Aquadest 0,56
ad 80
WOW Emulsi
Fase minyak Emulsi utama WO
80
Ganda Fase air luar
Tagat S
2
Karbopol 940 Trietanolamina
Aquadest 1
0,057 0,04
ad 100
Tabel II. Formula modifikasi Bahan
Persentase dalam formula WO
Emulsi Utama
Fraksi etil asetat daun jambu biji 10
Fase Minyak Span 80
Parafin cair 5
16
Fase air dalam Tween 80
Gliserin Cetyl Alcohol
Aquadest 5
5 4
ad 80
WOW Emulsi
Ganda Fase minyak
Emulsi utama WO 80
Fase air luar Carbopol 940
Trietanolamina Nipagin
Aquadest 0,5
q.s 0,1
ad 100 Rancangan percobaan
Tabel III. Formula krim sunscreen
Formula Span 80
Carbopol 940 1
5,0 0,5
a 10,0
0,5 b
5,0 0,75
ab 10,0
0,75 Tabel IV. Level tinggi dan rendah dari Span 80 dan Carbopol 940
Bahan Persentase dalam formula
1 a
b ab
WO Emulsi
Utama
Fraksi etil asetat daun jambu biji
10 10
10 10
Fase Minyak Span 80
Parafin cair
5
16
10 16
5
16
10 16
Fase air dalam Tween 80
Gliserin Cetyl Alcohol
5 5
4 5
5 4
5 5
4 5
5 4
Aquadest ad 80
ad 80 ad 80
ad 80
WOW Emulsi
Ganda Fase minyak
Emulsi utama WO
80 80
80 80
Fase air luar Carbopol 940
Trietanolamina Nipagin
Aquadest
0,5
q.s 0,1
ad 100
0,5
q.s 0,1
ad 100
0,75
q.s 0,1
ad 100
0,75
q.s 0,1
ad 100
b. Cara kerja pembuatan formula
I. Preparasi
Untuk persiapan pembuatan fase air internal pada emulsi WOW fraksi etil asetat daun jambu biji dicampur dengan gliserin, lalu untuk fase air eksternal
WOW surfaktan hidrofilik berupa Carbopol 940 dilarutkan dalam air di atas
penangas air hingga terbentuk gel. II.
Pembuatan emulsi WO
Campuran Span 80 dan paraffin cair dipanaskan pada suhu 80°C. Sebagai fase air internal Tween 80 dan gliserin dipanaskan pada suhu yang sama.
Selanjutnya campuran Span 80 dan paraffin cair, campuran Tween 80 dan gliserin yang sudah ditambahkan fraksi etil asetat daun jambu biji serta cetyl alcohol yang
telah dicairkan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 menit.
III. Pembuatan emulsi WOW
Emulsi WO yang sudah jadi sebanyak 80 gram kemudian dicampur dengan fase air eksternal Carbopol 940, nipagin dan trietanolamina sebanyak 20
gram. Lalu di mixer pada kecepatan 600 rpm selama 40 menit.
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya krim apabila
diberikan pada kulit. Krim yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
4. Penetapan SPF kuersetin
a. Fraksi etil asetat daun jambu biji
Fraksi etil asetat sebanyak 2mL, 3 mL, 10 mL daun jambu biji diambil dan dituang dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan dengan etanol 70
hingga tanda. Kemudian fraksi etil asetat tersebut diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Vis. Serapan diukur tiap 5 nm pada rentang panjang
gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu diatas 290 nm yang mempunyai nilai serapan 0,050. Dihitung luas daerah dibawah kurva AUC
antara dua panjang gelombang yang berurutan menggunakan rumus :
= Ap
= serapan pada panjang gelombang yang lebih tinggi diantara dua panjang gelombang yang berurutan
A
p-a
= serapan pada panjang gelombang yang lebih rendah diantara dua panjang gelombang yang berurutan
λp = panjang gelombang yang lebih tinggi diantara dua panjang gelombang berurutan
λ
p-a
= panjang gelombang yang lebih rendah diantara dua panjang gelombang berurutan
Harga SPF dapat dihitung dengan rumus : Log SPF=
Petro, 1981 Panjang
gelombang λn adalah panjang gelombang terbesar diantara panjang gelombang 290 nm hingga diatas 290 nm yang mempunyai nilai serapan
0,050; panjang gelombang I λ
1
adalah panjang gelombang terkecil 290nm.
b. Krim sunscreen
Sebanyak ±1,0 g krim ditimbang seksama kemudian dilarutkan dalam 200,0 mL aquadest kemudian dipanaskan menggunakan hot platehingga suhu
±100°C selama 50 menit. Larutan yang diperoleh setelah pemanasan di masukkan dalam labu takar 100,0 mL dan diencerkan dengan aquades hingga
tanda. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat 2 x 50,0 mL. Diambil fase etil asetat yang berada dibagian atas dan dimasukkan dalam
labu takar 50,0 mL. Ambil 5,0 mL larutan tersebut lalu dimasukkan dalam labu takar 25,0 mL dan diencerkan dengan etanol 70 hingga tanda. Nilai SPF
dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur. Spektrum serapan sampel diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 290-400 nm. Blanko yang digunakan etanol : etil asetat 4:1. Nilai serapan yang dicatat setiap interval 5 nm dari panjang gelombang 290-320 nm.
Cara perhitungan SPF:
Dimana : EE
= spektrum efek eritemal I
= intensitas spektrum sinar Abs
= serapan produk tabir surya CF
= faktor koreksi
5. Uji viskositas dan daya sebar krim
a. Uji viskositas dan pergeseran viskositas
Pengukuran viskositas mengunakan alat viscometer seri VT 04 RION- JAPAN dengan cara : krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester digunakan rotor nomor 1 dan 2. Viskositas krim diketahui dengan
mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali yaitu yang pertama segera setelah krim selesai dibuat dan yang kedua setelah disimpan
selama 30 hari.
b. Uji daya sebar
Uji daya sebar krim dilakukan segara setelah pembuatan dengan cara menimbang krim seberat 1 g, diletakkan ditengah horizontal double plate. Diatas
krim diletakkan horizontal double plate lain dan pemberat50 g diamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.
6. Uji keamanan krim dengan metode Hen’s Egg Test-Chorioallantoic
Membrane HET-CAM
Ambil sejumlah sampel krim dilarutkan dengan aquadest. Telur ayam kampung fertil yang sudah diinkubasi selama 10 hari dipilih lalu buka cangkang
pada bagian yang punya rongga udara. Lalu ambil larutan krim yang sudah disiapkan dengan spuit sebanyak 0,5 mL dan suntikkan pada membran yang dekat
dengan pembuluh darah. Diamati perubahan pembuluh darah yang terjadi. Lakukan pengujian pada masing-masing formula dan digunakan etanol sebagai
pembanding dimana etanol bersifat iritan jika diaplikasikan pada kulit.Parameter yang diukur dalam melakukan uji iritasi menggunakan HET-CAM yaitu koagulasi
pendarahan dari pembuluh darah Chorioallantoic Membrane dengan titik-titik darah merah disekitar pembuluh darah, lisis hilangnya pembuluh darah
Chorioallantoic Membrane dan hemoragi adanya pembekuan darah di sekitar
pembuluh darah Chorioallantoic Membrane.
G. Analisis Hasil
Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa uji sifat fisik meliputi daya sebar dan viskositas serta stabilitas krim berupa pergeseran viskositas.
Analisis data dilakukan dengan aplikasi program R-2.14.1 dengan berbagai uji statistik, antara lain : uji Shapiro-Wilk digunakan untuk mengetahui normalitas
distribusi data dan uji Levene untuk mengetahui kesamaan varians. Apabila data terdistribusi normal dan ada kesamaan varians maka dilanjutkan dengan Uji
ANOVA karena data yang diuji memenuhi persyaratan uji statistik parametrik. Uji
ANOVA digunakan untuk melihat signifikansi efek Carbopol 940, Span 80 dan interaksi keduanya sehingga dapat diketahui faktor yang dominan untuk
menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik krim. Faktor dikatakan berpengaruh jika nilai p probability value kurang dari 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95.
Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon karena tidak memenuhi
persyaratan uji parametrik. Uji ini membandingkan dua formula yang memiliki satu nilai variabel Carbopol 940 atau Span 80 yang berbeda. Dikatakan bahwa
terdapat perbedaan antara dua formula apabila nilai p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95. Adanya pengaruh dari nilai variabel yang berbeda dapat
ditunjukkan dari perbedaan kedua formula.
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji
1. Pengumpulan bahan dan pembuatan serbuk simplisia
Tahap awal pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji yaitu pengumpulan daun jambu biji yang diperoleh dari Minomartani, Sleman.
Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan Juni 2013 dari pohon yang sama untuk mendapatkan hasil yang seragam. Dipilih daun yang masih segar, utuh dan
berwarna hijau untuk menghindari kemungkinan kerusakan atau berkurangnya kandungan kimia yang diakibatkan adanya serangan hama.
Kemudian dilakukan sortasi basah, yaitu dengan mencuci daun menggunakan air mengalir untuk menghilangkan pengotor seperti serangga, debu,
tanah, dan bahan-bahan asing lainnya yang dapat mengganggu perolehan hasil penelitian. Daun yang telah disortasi kemudian di jemur dibawah sinar matahari
dengan ditutupi kain hitam agar tidak terkena sinar matahari langsung yang kemungkinan dapat merusak aktivitas senyawa pada daun. Kemudian dimasukkan
ke dalam oven pada suhu 30°-40°C untuk mendapatkan daun yang benar-benar kering. Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan air dalam daun
sehingga mencegah tumbuhnya jamur, mikroba atau pembusukan daun karena terjadinya reaksi enzimatis. Daun yang sudah kering ditandakan dengan daun
dapat dipatahkan dengan mudah. Setelah proses pengeringan dilakukan sortasi kering untuk memastikan tidak ada pengotor yang tertinggal. Simplisia kering
kemudian diserbuk dengan grinder sehingga didapatkan ukuran partikel yang