BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan umum pembangunan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia merupakan
kebutuhan yang penting bagi peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pend idikan
yang rendah di Indonesia membuat pembangunan bangsa menjadi terganggu. Agar dapat mencapai hal tersebut perlu penyempurnaan sistem pendidikan
yang mencakup peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang
memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Untuk mewujudkan tujuan ini,
pemerintah melakukan berbagai perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah serangkaian suatu proses berkelanjutan yang mengarahkan anak
dengan metode- metode tertentu sehingga anak memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai yang kesemuanya menunjang
perkembangan anak Winkel, 2004:29. Guru memiliki andil yang besar pada berhasil dan tidaknya suatu
pendidikan. Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan berada di titik sentral dalam setiap usaha reformasi pendidikan ke arah
perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif. Setiap upaya peningkatan
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melalui pembaruan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, penyediaan fasilitas pendidikan, dan hal- hal yang sejenisnya hanya akan
berarti jika melalui keterlibatan guru dan juga kreatifitas guru tersebut. Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang
pendidikan, perlu dikembangkan sebagai tenaga pendidik yang berpotensi dan ahli dalam bidangnya. Guru yang berpotensi berarti guru yang bersangkutan
mampu menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Tidak
hanya itu saja, tanggung jawab perlu lebih ditekankan dan dikedepankan karena pada saat ini banyak lulusan pendidikan yang cerdas dan terampil,
tetapi tidak memiliki tanggung jawab dala m menyumbangkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Oleh karena itu seringkali menimbulkan
masalah bagi masyarakat dan bangsa. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya standar kompetensi dan sertifikasi guru, agar guru-guru memenuhi
standar dan lisensi sesuai dengan profesinya. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi
guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian
portofolio. Uji kompetensi merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mencerminkan kompetensi guru. Portofolio adalah bukti fisik dokumen yang menggambarkan pengalaman berkaryaprestasi yang dicapai dalam
menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komponen penilaian portofolio mencakup: 1 kualifikasi akademik, 2 pendidik dan pelatihan, 3 pengalaman mengajar, 4 perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, 5 penilaian dari atasan dan pengawas, 6 prestasi akademik, 7 karya pengembangan profesi, 8 keikutsertaan dalam forum
ilmiah 9 pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan 10 penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Departemen Pendidikan
Nasional,2007:1. Uji sertifikasi pendidik merupakan kontrol kualitas calon pendidik,
sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta
didik. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap profesi guru di tanah air. Selain meningkatkan kualitas guru, sertifikasi menunjukkan
pengakuan dari pemerintah terhadap profesi guru. Sertifikasi mengajar ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikasi ini
guru dan dosen bisa mendapatkan berbagai fasilitas terutama yang berhubungan dengan tunjangan yang akan diperoleh. Dengan demikian guru
akan lebih termotivasi dalam kerja yang berkembang, dan produktif karena kesejahteraan mereka meningkat. Namun sekarang ini ada perbedaan dalam
pemahaman terhadap program sertifikasi, terlebih- lebih dalam penyusunan porfolio. Oleh sebab itu muncul dan berkembang pemahaman yang berbeda
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Hal ini disebabkan adanya ketentuan- ketentuan administrasi dan uji kompetensi yang harus dipenuhi seorang guru.
Penelitian ini akan memfokuskan identifikasi berdasarkan tingkat pemahaman guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.
Di Kabupaten Kulon Progo, khususnya di Kecamatan Kalibawang, banyak guru masih kurang memahami penilaian portofolio sertifikasi guru
dalam jabatan. Program sertifikasi ini telah disosialisasikan kepada guru-guru, terutama yang akan mengikuti sertifikasi. Tetapi dengan adanya komponen-
komponen portofolio yang cukup banyak, hal itu menyebabkan guru lebih fokus dalam menyusunmempersiapkan komponen-komponen tersebut.
Dengan kata lain, sosialisasi program sertifikasi tidak begitu diperhatikan. Hal inilah yang menyebabkan banyak guru kurang memahami bagaimana
penilaian portofolio dan mereka tidak paham berapa skor yang harus dicapai untuk dapat lulus dalam penilaian portofolio.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pemahaman Guru Terhadap Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan”,
Penelitian
merupakan studi kasus pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo.
B. Batasan Masalah