C. Tenure Audit
Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit-unit usahaperusahaan atau instansi
Wijiastuti,2012. Di Indonesia masa pemberian jasa audit diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nmor:17PMK.012008
tentang jasa akuntan publik Pasal 3 Ayat 1 membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP
paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut.
Menurut Kartika, masa perikatan audit tenure audit adalah jangka waktu seorang auditor secara berturut turut dalam melaksanakan tugasnya
mengaudit laporan keuangan kliennya. Jadi dapat disimpukan bahwa jangka waktu seorang auditor dalam
mengaudit laporan keuangan klien disebut tenure audit dan di Indonesia ketentuannya telah dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan.
D. Skeptisme Profesional Auditor
1. Pengertian Skeptisme Profesional Auditor
Skeptisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu. Menurut Tuanakota
2013:321 skeptisme profesional adalah kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisme profesional, sepanjang
periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.
Menurut Tuanakota 2013:321 ada beberapa petunjuk ringkas mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan
kecurangan yaitu: a.
Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan 1
Manajemen berada dalam posisi meniadakan override pengendalian intern yang baik.
2 Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinankepercayaan
mereka bahwa manajemen dan those charged with governance TCWG jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam
audit yang lalu menunjukan mereka jujur dan punya integritas. b.
Sikap berfikir yang senantiasa mempertanyakan Buat penilaian kritis critical assesment tentang sah atau
validnya bukti audit yang diperoleh. c.
Waspada 1
Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan keandalan?
2 Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor?
3 Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen?
d. Terapkan kehati-hatian
Jangan: 1
Abaikansepelekan situasi anehluar biasa.
2 Menggeneralisasi kesimpulan mengenai mengamatan audit.
3 Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelakanaan
dan luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil atau temuannya.
4 Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan atau
kepercayaan manajemen jujur dan punya integritas. 5
Terima representasi dari manajemen sebagai substitusipengganti dari bukti audi yang cukup dan tepat yang seharusnya diperoleh.
E. Kualitas Audit
Menurut Soekrisno 2008: 43, Ikatan Akuntan Indonesia IAI menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang
prinsip-prinsip profesi. Ada 8 delapan prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia yang harus dipatuhi yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mrngungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan
publik juga harus berpedoman pada Standar Auditing dalam Standar Profesi Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh IAPI. Menurut SPAP
Seksi 150.1 2011. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
a. Standar Umum
1 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan. 3
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan
1 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. 2
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN unsur-unsur kualitas laporan adalah sebagai berikut:
a Tepat waktu
b Lengkap
c Akurat
d Objektif
e Meyakinkan
f Jelas
g Ringkas
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya
dalam mengaudit dan melaporkan laporan keuangan dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab pada kepercayaan masyarakat.
Kualitas ini sangat penting dalam hasil audit karena hasil dari audit akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu