terhadap kualitas audit sehingga semakin lama tenure audit KAP maka kualitas auditnya semakin buruk dan sikap skeptisme audior pun bisa
berkurang.
G. Kerangka Pemikiran
1. Hubungan Fee Audit dengan Kualitas Audit
Menurut Soekrisno 2012: 46 menyatakan bahwa besarnya fee yang diterima oleh akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit
yang dinyatakan dalam kalimat berikut. “Anggota Kantor Akuntan Publik tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi”.
Menurut Kartika 2013 yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung menyatakan bahwa fee audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Hartadi 2009 dalam penelitiannya dengan judul penelitian Pengaruh Fee
Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa bahwa Fee audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2.
Hubungan Tenure Audit dengan Kualitas Audit Khususnya di Indonesia, masalah audit tenure atau lamanya
hubungan dengan klien telah diatur oleh Menteri Keuangan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor:17PMK.012008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan Menteri Keuangan membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut
dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Pembatasan ini dimaksudkan agar hubungan klien
dengan auditor tidak terlalu dekat sehingga dapat mencegah terjadinya kasus kecurangan akuntansi.
Namun ada beberapa perbedaan penjelasan dalam hasil penelitian terdahulu yang dinyatakan sebagai berikut. Menurut Kartika 2013
yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik KAP wilayah Bandung menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. 3.
Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dengan Kualitas Audit Menurut Tuanakota 2013:321 skeptisme profesional adalah
kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama
kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan. Tuanakota 2011:94 menyatakan sikap skeptisme profesional
auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas audit.
Indah 2014 dengan judul ”Pengaruh Integritas dan Skeptisme
Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit” di Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPEPAM-LK menunjukkan
bahwa skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Ketika seorang auditor kehilangan skeptisme profesionalnya
maka hasil dari auditnya dapat dipertanyakan. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Gambar II. Kerangka Pemikiran Sumber: Halim 1995, Soekrisno 2012, Wijiastuti 2012,
Noviyanti 2008, Rusyanti 2010, IAPI 2011, Tuanakotta 2013 Fee Audit
X1
Tenure Audit X2
Skeptisme Auditor X3
Kualitas Audit Y
35
BAB III METODE PENELITIAN