Analisis fee audit, tenure audit dan skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit. Studi kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta.

(1)

xiii ABSTRAK

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN

KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.

Kata kunci: Fee Audit, Tenure Audit, Skeptisme Profesional Auditor dan Kualitas Audit.


(2)

xiv ABSTRACT

ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP

WITH AUDIT QUALITY

A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi

Student Number: 122114048 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.

The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.

Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.

Keyword: Audit Fee, Audit Tenure, auditor professional skepticism and audit quality.


(3)

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM

HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM

HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dunia ini adalah dunia yang aneh

Dunia yang hijau tapi lucu

Dunia yang kotor tapi indah

Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan

dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah

dan membius diri saya dalam segala-galanya

Semua dengan kesadaran

Setelah itu hati rasanya menjadi lega.

Dunia itu seluas langkah kaki

Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah

Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan

dan menyatu dengannya.

-Soe Hok Gie-

Ku persembahkan untuk:

Ayahku I Ketut Suartawan dan Ibuku Ni Nengah Sartini Adikku Cinsya dan Icha

Keluarga besar di Pulau Dewata

Keluarga besar Mapasadha Yogyakarta Serta sahabat-sahabat terbaikku


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL

AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Juli 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 26 Juli 2016 Yang membuat penyataan,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi Nomor Mahasiswa : 122114048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS

AUDIT

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Agustus 2016

Yang menyatakan


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. YFM. Gien Agustinawan, M.M., Akt selaku Pembimbing I yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang telah dibagikan penulis.

6. Bapak dan Ibu yang peduli pada pendidikan anaknya, dan banyak mendorong dan mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Adikku Cinsya dan Icha yang selalu mendoakan dan memberikanku semangat. 8. Keluarga Besar di Pulau Bali yang selalu memberikan dukungan.

9. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

10.Keluarga Besar Mapasadha, yang telah membuat saya merasa memiliki keluarga baru di Yogyakarta dan telah memberi saya banyak hal yang tak ternilai harganya.


(11)

viii

11.Sahabat-sahabat yang mendorong dan memberikan semangat penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12.Teman-teman kelas MPAT atas kerjasama dan masukannya kepada penulis dalam menyelesiakan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Juli 2016


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Permasalahan ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Tujuan Penelitian ...5

E. Manfaat Penelitian ...5

F. Sistematika Penulisan ...7

BAB II LANDASAN TEORI ...8

A. Tinjauan Umum Audit ...8

B. Fee Audit ...18

C. Tenure Audit ...19

D. Skeptisme Profesinoal Auditor ...20

E. Kualitas Audit ...21

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...26

G. Kerangka Pemikiran ...31


(13)

x

A. Jenis Penelitian ...35

B. Subjek Dan Objek Penelitian ...35

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...35

D. Metode Penelitian ...36

E. Populasi Dan Sampel ...36

F. Data ...36

G. Teknik Pengumpulan Data ...37

H. Definisi Operasional Variabel ...37

I. Teknik Analisis Data ...72

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI YOGYAKARTA...77

A. KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pramudji and Partners...77

B. KAP Drs. Bismar, Muntalib & Yunus ...78

C. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, Mm ...78

D. KAP Drs. Hadiono ...79

E. KAP Indarto Waluyo ...79

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...80

A. Paparan Data ...80

B. Deskripsi Responden ...81

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...84

1. Hasil Uji Validitas ...84

2. Hasil Uji Reabilitas ...87

D. Hasil Uji Hubungan Antar Variabel (Korelasi Spearman) ...88

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...90

BAB VI PENUTUP ...95

A. Kesimpulan ...95

B. Keterbatasan Penelitian...95

C. Saran ...96

DAFTAR PUSTAKA ...97


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Diskripsi Penyebaran Kuesioner ...80

Tabel 5.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ...81

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jabatan Responden ...81

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja di Bidang Audit ...82

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Keahlian Khusus ...82

Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Lama Menekuni Keahlian Khusus ...83

Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal...83

Tabel 5.8 Data Responden Berdasarkan Sertifikat/ Gelar Profesi ...84

Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...85

Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...86

Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor ...86

Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...87

Tabel 5.13 Hasil Uji Reabilitas...88


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik ...17 Gambar II. Kerangka Pemikiran ...34


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ...101

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ...108

Lampiran 3 Hasil Tabulasi Data Isian Instrumen ...113

Lampiran 4a Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...118

Lampiran 4b Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...119

Lampiran 4c Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Audit ...120

Lampiran 4d Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...121

Lampiran 5a Hasil Uji Reabilitas Fee Audit ...124

Lampiran 5b Hasil Uji Reabilitas Tenure Audit ...125

Lampiran 5c Hasil Uji Reabilitas Skeptisme Audit ...126

Lampiran 5d Hasil Uji Reabilitas Kualitas Audit ...127


(17)

xiv ABSTRAK

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN

KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.

Kata kunci: Fee Audit, Tenure Audit, Skeptisme Profesional Auditor dan Kualitas Audit.


(18)

xv ABSTRACT

ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP

WITH AUDIT QUALITY

A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi

Student Number: 122114048 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.

The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.

Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.

Keyword: Audit Fee, Audit Tenure, auditor professional skepticism and audit quality.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Profesi akuntan menjadi salah satu profesi yang berhubungan erat dengan etika dan praktik bisnis. Profesi akuntan seharusnya dapat menjadi suatu profesi yang terhormat yang berdiri tegak di atas landasan karakter profesionalnya. Seorang akuntan yang profesional harus berani menolak suatu yang bertentangan dengan profesionalisme akuntan dan melakukan hal yang sejalan dengan moralitasnya sebagai seorang akuntan.

Banyaknya kasus-kasus skandal akuntansi yang terjadi sering dikaitkan dengan kegagalan auditor dalam pengauditan laporan keuangan klien. Hal ini akan mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Situasi ini juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas laporan keuangan dan hasil auditnya. Kualitas laporan keuangan sangat penting bagi pengguna laporan keuangan karena akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan sebuah keputusan bisnis. Para pengguna laporan keuangan mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sudah bebas dari salah saji material sehingga dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.

Seorang akuntan publik harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar tersebut terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan


(20)

standar pelaporan. Standar ini harus dilakukan oleh setiap auditor karena jika standar tesebut dijalankan maka kualitas dari hasil audit akan dapat terlihat. Standar umum mengharuskan seorang auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam menjalankan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan yang diauditnya secara keseluruhan.

Selain harus menjalankan ketiga standar tersebut seorang auditor pun harus menaati kode etik profesi yang mengatur prilaku akuntan publik dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang auditor. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Salah satu yang diatur dalam standar umum adalah besaran fee audit yang akan diterima oleh auditor tersebut dalam melakukan tugasnya. Fee audit merupakan salah satu tanggung jawab auditor kepada kliennya. Besaran fee inilah yang kadang membuat seorang auditor berada di dalam posisi dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberi opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas


(21)

dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya diwaktu yang akan datang. Posisi unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya.

Pada tahun 2015 muncul lagi skandal akuntansi yaitu pada perusahaan Toshiba yang menggegerkan dunia profesi akuntansi. Perusahaan yang telah berusia 140 tahun itu tiba-tiba kehabisan akal untuk mempertahankan kinerja keuangannya. Penggelembungan laba sebesar 151,8 miliar yen atau 1,22

miliar dolar AS ini yang awalnya ingin menciptakan investor’s

confidence ternyata telah mencoreng nama besar Toshiba selama ini. Profesi akuntan dan auditor lagi–lagi dipertanyakan. Ternyata tidak cukup setelah kasus Enron tahun 2001 yang juga telah membohongi publik dengan menutupi kerugian sebesar 2 miliar dolar Amerika Serikat dengan menyatakan laba sebesar 600 juta dolar Amerika Serikat. Mungkin masih terngiang di telinga para akuntan dan auditor tentang kasus Enron yang dianggap sebagai the biggest audit failure in the century, yang malangnya melibatkan Arthur Anderson salah satu the big five accounting firms saat itu. Akademisi dan profesi berdebat tentang apakah auditor harus diganti setelah beberapa lama memberikan jasa audit kepada satu klien karena kasus Enron diduga terjadi karena lama hubungannya dengan klien. Setahun setelah itu dunia akuntansi dan audit dipaksa patuh kepada Sarbanes-Oxley Act/Sarbox/SOX yang memperketat lagi peraturan laporan keuangan bagi perusahaan publik maupun non-publik (Mukhlisin, 2015).


(22)

Namun setelah muncul peraturan itu, mengapa masih ada lagi fraud di

mana–mana? Termasuk di perusahaan Toshiba yang terkenal dipandu oleh

prinsip-prinsip Komitmen Dasar Grup Toshiba "Berkomitmen untuk orang-orang, Komitmen untuk Masa Depan", Toshiba mempromosikan operasi global dengan mengamankan "Pertumbuhan Melalui Kreativitas dan Inovasi", dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian dunia di mana orang-orang hidup dalam masyarakat aman, tenang dan nyaman. Ternyata pada tahun 2015 masyarakat tidak aman, tenang, dan nyaman hanya karena Toshiba telah gagal menjalankan prinsip kebenaran dan tanggung jawab (Mukhlisin, 2015).

Masa perikatan auditor (tenure audit) yang panjang dapat menyebabkan auditor dapat mengembangkan hubungan yang lebih nyaman serta kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat mencapai tahap dimana independensi auditor terancam. Lamanya masa perikatan juga bisa membuat seorang auditor lebih mementingkan kepentingan kliennya dibandingkan dengan dengan kepentingan profesinya. Kartika juga berpendapat bahwa masa perikatan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Apabila masa perikatan auditor bertambah lama maka kualitas audit menjadi buruk.

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada “Analisis Fee Audit, Tenure Audit dan Skeptisme Profesional Auditor dalam Hubungan dengan Kualitas Audit”.


(23)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

1. Apakah fee audit berhubungan dengan kualitas audit? 2. Apakah tenure audit berhubungan dengan kualitas audit?

3. Apakah skeptisme profesional auditor berhubungan dengan kualitas audit?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada persepsi auditor terhadap fee audit, tenure audit, skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit. Objek penelitian juga terbatas pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian sehingga dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun kesimpulan untuk variabel dan objek penelitian yang berbeda.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan antara fee audit dengan kualitas audit. 2. Hubungan antara tenure audit dengan kualitas audit.


(24)

E. Manfaat Penelitian

Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat terhadap:

1. Bagi Auditor Independen

Membantu auditor independen atau auditor eksternal dalam membuat laporan audit atas laporan keuangan klien dengan pemahaman skeptisme profesional. Auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa audit dan meningkatkan nilai profesi akuntan di dunia bisnis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan pemikiran yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam melakukan penelitian.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan praktik di dunia nyata.

3. Bagi Akademisi

Membantu orang-orang yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk peneliti berikutnya.


(25)

4. Bagi Masyarakat

Adanya referensi bagi masyarakat atau pihak yang membutuhkan agar penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Bagi Penulis Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guna pengembangan penelitian lebih lanjut dengan model analisis yang berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri atas enam bab, masing-masing urutan yang secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah penelitian, yanng meliputi teori dasar yang digunakan, pengertian audit, tujuan audit, tipe audit, tipe auditor, pengertian akuntan publik, pengertian Kantor Akuntan Publik (KAP), pengertian fee audit, pengertian tenure


(26)

audit, pengertian skeptisme profesional, pengertian kualitas audit, tinjauan peneliti terdahulu, dan kerangka pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta

Pada bab ini menguraikan gambaran umum KAP di Yogyakarta yang menjadi responden penelitian, seperti alamat, nomor telepon/fax, emai/website, nomor register akuntan publik dan daftar akuntan publik yang terdaftar.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini menguraikan hasil-hasil pengolahan data penelitian sekaligus pembahasannya.

Bab V Penutup

Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil pengolahan data, keterbatasan dalam penelitian, dan saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis dimasa mendatang.


(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Audit

1. Pengertian Audit

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept) dalam Halim (2008: 1) mendefinisikan auditing sebagai:

Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Soekrisno (2012:4), “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembuktian dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Jadi Auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen untuk membuktikan bahwa laporan


(28)

keuangan yang telah disajikan secara wajar (bebas dari salah saji yang material).

2. Tujuan Audit

Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) (2011, 110: 1), tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.


(29)

3. Tipe Audit

Menurut Mulyadi (2002: 30-32), auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan: audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit dan dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemengang saham, kreditor dan Kantor Pelayanan Pajak.

b. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

c. Audit Operasional

Audit operasional (operational audit) merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagiandaripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk


(30)

peningkatan, membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

4. Tipe Auditor

Menurut Halim (2008: 11-12), pada umumnya auditor diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu Auditor Internal, Auditor Pemerintah, dan Auditor Independen.

a. Auditor Internal

Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintahan. Auditing ini dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang bekerja di BPKP, BPK dan audior pemerintah yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak.

c. Auditor Independen (Akuntan Publik)

Auditor independen (independen auditor) adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa


(31)

auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang beerorientasi jasa, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individu perseorangan.

5. Pengertian Akuntan Publik

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik ini diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Izin menjadi akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Untuk mengajukan permohonan menjadi akuntan publik, akuntan mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki nomor register Negara untuk Akuntan.

b. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang sah yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau perguruan tinggi yang terakreditasi IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.

c. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional


(32)

Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.

d. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.

e. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

f. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

g. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.

h. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

i. Menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia. j. Tidak berada dalam pengampuan.

k. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.


(33)

6. Pengertian Kantor Akuntan Publik

Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah bada usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya.

Badan usaha KAP dapat berbentuk:

a. Perseorangan – hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan. b. Persekutuan perdata atau persekutuan firma – hanya dapat didirikan

oleh paling sedikit 2 orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan (Partner) dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan. c. Untuk mendirikan KAP, seseorang harus mendaftar pada Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 5 Undang-undang No. 5 tahun 2011 tentang Perizinan Akuntan Publik. Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk badan usaha perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Memiliki izin akuntan publik. 2) Menjadi anggota IAPI.

3) Mempunyai paling sedikit 3 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah


(34)

setara Diploma III dan paling sedikit 1 orang diantaranya memiliki register negara untuk akuntan.

4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi SPAP dan paling kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.

5) Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.

6) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.

7) Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.

Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki NPWP KAP.

b. Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.

c. Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang akuntan publik.

d. Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang akuntan publik.

e. Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.


(35)

f. Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.

KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP di seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan. KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah akuntan publik pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan publik yang namanya tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang menggunakan singkatan atau penggalan nama. KAP dapat melakukan kerjasama dengan KAP atau organisasi audit asing. KAP dapat mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing tersebut pada dokumennya setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan huruf nama KAP atau organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf nama KAP.

Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik Sumber: Halim (2008: 17)

Partner

Akuntan Senior Manajer


(36)

Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan sebagai berikut:

a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas mereview (menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.

b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.

c. Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.

d. Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas pekerjaan lapangan.

B. Fee Audit

Menurut Soekrisno (2012: 46) dan Halim (2008: 36), besarnya fee yang diterima oleh akuntan publik setelah melaksanakan jasa auditnya tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP


(37)

tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

Menurut Soekrisno (2012: 47) dan Halim (2008: 37), komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.

Menurut SPAP Seksi 240.1 (2011), dalam hal melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan. Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan sedemikian rendahnya, sehingga dapat mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan baik berdasarkan standar teknis dan standar profesi yang berlaku.

Jadi fee audit adalah biaya yang dikeluarkan oleh klien atau imbalan jasa yang diterima oleh audior independen setelah melakukan audit.


(38)

C. Tenure Audit

Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit-unit usaha/perusahaan atau instansi (Wijiastuti,2012). Di Indonesia masa pemberian jasa audit diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nmor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik Pasal 3 Ayat 1 membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Menurut Kartika, masa perikatan audit (tenure audit) adalah jangka waktu seorang auditor secara berturut turut dalam melaksanakan tugasnya mengaudit laporan keuangan kliennya.

Jadi dapat disimpukan bahwa jangka waktu seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan klien disebut tenure audit dan di Indonesia ketentuannya telah dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan.

D. Skeptisme Profesional Auditor

1. Pengertian Skeptisme Profesional Auditor

Skeptisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu. Menurut Tuanakota (2013:321) skeptisme profesional adalah kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisme profesional, sepanjang


(39)

periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.

Menurut Tuanakota (2013:321) ada beberapa petunjuk ringkas mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan kecurangan yaitu:

a. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan

1) Manajemen berada dalam posisi meniadakan (override) pengendalian intern yang baik.

2) Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinan/kepercayaan mereka bahwa manajemen dan those charged with governance (TCWG) jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam audit yang lalu menunjukan mereka jujur dan punya integritas. b. Sikap berfikir yang senantiasa mempertanyakan

Buat penilaian kritis (critical assesment) tentang sah atau validnya bukti audit yang diperoleh.

c. Waspada

1) Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan keandalan?

2) Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor? 3) Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen? d. Terapkan kehati-hatian

Jangan:


(40)

2) Menggeneralisasi kesimpulan mengenai mengamatan audit.

3) Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelakanaan dan luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil atau temuannya.

4) Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan atau kepercayaan manajemen jujur dan punya integritas.

5) Terima representasi dari manajemen sebagai substitusi/pengganti dari bukti audi yang cukup dan tepat yang seharusnya diperoleh.

E. Kualitas Audit

Menurut Soekrisno (2008: 43), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Ada 8 (delapan) prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia yang harus dipatuhi yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.


(41)

3. Integritas

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mrngungkapkannya. 7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.


(42)

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Auditing dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAPI. Menurut SPAP Seksi 150.1 (2011). Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar


(43)

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) unsur-unsur kualitas laporan adalah sebagai berikut:

a) Tepat waktu b) Lengkap

c) Akurat d) Objektif


(44)

e) Meyakinkan f) Jelas

g) Ringkas

Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dalam mengaudit dan melaporkan laporan keuangan dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab pada kepercayaan masyarakat. Kualitas ini sangat penting dalam hasil audit karena hasil dari audit akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Hamid (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Tenure KAP dan Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan masa perikatan 3 (tiga) tahun tidak lebih berkualitas daripada KAP dengan masa perikatan kurang dari 3 tahun. KAP Big Four atau Internasional lebih berkualitas daripada KAP non Big Four atau non Internasional.

2. Indah (2014), dengan judul penelitian ”Pengaruh Integritas dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK


(45)

yang tidak selalu bersikap jujur dan berani, agar auditor harus selalu berani dan jujur, sebaiknya dilakukan pengawasan agar setiap auditor yang melaksanakan audit bisa menjaga kejujuran, keberanian dan tetap patuh pada aturan yang ada, sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) yang belum memiliki sikap skeptisme, auditor harus lebih kritis, teliti, dan lebih peka terhadap kecurangan yang dilakukan manajemen agar dapat menemukan bukti-bukti yang akurat dan menghasilkan kualitas audit yang baik. Selain itu seorang auditor diharuskan sering mengikuti pelatihan dan melakukan evaluasi agar dapat menumbuhkan sikap skeptisme profesionalnya dalam mendeteksi kecurangan dan pelanggaran dalam laporan keuangan klien. Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK berada dalam kategori baik karena masih adanya beberapa auditor yang belum memiliki integritas dan skeptisme profesional auditor yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Maka auditor perlu meningkatkan sikap kritis,teliti, jujur, tidak memihak, selalu objektif dan berani dalam bertindak agar disetiap pelaksanaan audit tidak terjadi kecurangan dan kesalahan yang menyebabkan kualitas audit dipertanyakan.


(46)

3. Wijiastuti (2012), dengan judul penelitian “Analisis Persepsi Auditor atas Pengalaman Auditor dan Tenure Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor, tenure audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, serta pengelaman auditor dan tenure audit secara bersama-sama juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4. Nugraheni dan Suzan (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian studi kasus di Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit akuntan publik di Kota Bandung, sedangkan Audit fee berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada kualitas audit akuntan publik di Kota Bandung.

5. Purba (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan Pengalaman Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Wilayah Bandung. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa fee audit berpengaruh terhadap Kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, dimana fee audit yang diterima tinggi maka akan membuat kualitas audit yang dihasilkan menjadi baik. KAP yang menerima fee yang tinggi akan cenderung melakukan audit dengan seksama dan benar sehingga akan


(47)

menghasilkan kualitas audit yang baik. Sementara dengan pengalaman auditor eksternal yang banyak dalam melakukan audit maka akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit dan Pengalaman Auditor Eksternal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit yang sesuai serta Pengalaman Auditor Eksternal yang banyak akan membuat kualitas audit yang dihasilkan baik dan memuaskan. Namaun kurangnya kesadaran atas resiko audit dan masih kurangnya pengalaman bidang audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung akan membuat kualitas audit yang dihasilkan kurang baik. 6. Anugerah dan Akbar (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh

Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di Inspektorat Se-Provinsi Riau. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan skeptisme professional auditor Inspektorat berpengaruh terhadap kualitas auditnya, sementara kompleksitas tugas para auditor Inspektorat tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit mereka. 7. Adnyani, Atmaja dan Herawati (2014), dengan judul penelitian

“Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Tanggungjawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan” yang melakukan penelitiann studi kasus pada Kantor Akuntan Publik


(48)

Wilayah Bali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skeptisme professional, independensi dan pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan.

8. Anwar (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Audit terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di IAPI. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa fee audit memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas audit sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kompleksitas tugas yang dihadapi dan motivasi auditor. Terdapat hubungan kuat antara fee audit dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila fee audit yang diterima oleh auditor meningkat, maka kualitas auditnya pun akan meningkat. Fee audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di IAPI berada dalam kategori yang cukup tinggi. Tekanan anggaran waktu audit memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kualitas audit sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman auditor dan kompetensi auditor. Terdapat hubungan yang sedang antara tekanan anggaran waktu audit dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila tekanan anggaran waktu audit meningkat maka kualitas auditnya akan menurun. Tekanan anggaran waktu audit


(49)

dikategorikan tinggi pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di IAPI.

9. Rusyanti (2010), dengan judul penelitian “Pengaruh Sikap Skeptisme Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Wilayah Jakarta Utara menyatakan bahwa skeptisme profesional seorang auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditnya.

10. Saputri (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Skeptisme Profesional, Pengalaman dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara variabel skeptisme profesional, pengalaman, fee audit terhadap kualitas audit, baik secara parsial maupun simultan.

11. Taringan (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi, Etika dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Wilayah Jakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kompetensi dan kualitas audit, etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit dan fee audit juga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa fee audit tidak selalu berpengaruh terhadap kualitas audit, namun tenure audit dan skeptisme profesional auditor cenderung berpengaruh


(50)

terhadap kualitas audit sehingga semakin lama tenure audit KAP maka kualitas auditnya semakin buruk dan sikap skeptisme audior pun bisa berkurang.

G. Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Fee Audit dengan Kualitas Audit

Menurut Soekrisno (2012: 46) menyatakan bahwa besarnya fee yang diterima oleh akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit yang dinyatakan dalam kalimat berikut.

“Anggota Kantor Akuntan Publik tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi”.

Menurut Kartika (2013) yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung menyatakan bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Hartadi (2009) dalam penelitiannya dengan judul penelitian Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa bahwa Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2. Hubungan Tenure Audit dengan Kualitas Audit

Khususnya di Indonesia, masalah audit tenure atau lamanya hubungan dengan klien telah diatur oleh Menteri Keuangan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


(51)

Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan Menteri Keuangan membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Pembatasan ini dimaksudkan agar hubungan klien dengan auditor tidak terlalu dekat sehingga dapat mencegah terjadinya kasus kecurangan akuntansi.

Namun ada beberapa perbedaan penjelasan dalam hasil penelitian terdahulu yang dinyatakan sebagai berikut. Menurut Kartika (2013) yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Bandung menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

3. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dengan Kualitas Audit Menurut Tuanakota (2013:321) skeptisme profesional adalah kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.

Tuanakota (2011:94) menyatakan sikap skeptisme profesional auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas audit.

Indah (2014) dengan judul ”Pengaruh Integritas dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit” di Kantor Akuntan


(52)

Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) menunjukkan bahwa skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Ketika seorang auditor kehilangan skeptisme profesionalnya maka hasil dari auditnya dapat dipertanyakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut.

Gambar II. Kerangka Pemikiran

Sumber: Halim (1995), Soekrisno (2012), Wijiastuti (2012), Noviyanti (2008), Rusyanti (2010), IAPI (2011), Tuanakotta (2013)

Fee Audit (X1)

Tenure Audit (X2)

Skeptisme Auditor (X3)

Kualitas Audit (Y)


(53)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu menggunakan data yang diperoleh langsung dari auditor yang menjadi responden. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk mewakili seluruh auditor yang ada di Indonesia karena penelitian ini menggunakan sampel auditor di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai fee audit, tenure (masa perikatan) audit, skeptisme profesional auditor dan kualitas audit.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta


(54)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dimana model analisisnya menggunakan analisis statistik.

E. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convinience sampling (pengambilan sampel secara nyaman) yaitu dengan cara memilih auditor–auditor secara bebas sekehendak peneliti berdasarkan data yang diperoleh.

F. Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari jawaban atas instrumen yang penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang akan disebarkan kepada responden yang akan menjadi sampel penelitian. Data sekunder juga meliputi dokumen-dokumen Kantor Akuntan Publik seperti alamat dan nomor telepon.


(55)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket (kuesioner) yaitu dengan menyebarkan kuesioner yang akan diisi oleh auditor di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari sejumlah pertanyaan yang bersifat umum atau yang berhubungan dengan identitas responden. Bagian kedua berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan fee audit, tenure audit, skeptisme profesional auditor dan kualitas audit. Pengukuran variabel-variabel menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan dan pernyataan.

H. Definisi Operasional Variabel

Operasional Variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert. Jawaban yang didapat akan dibuat skor tertinggi 5 (lima) dan terendah 1 (satu). Untuk jawabannya yaitu sangat tidak setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, ragu-ragu (R) = skor 3, setuju (S) = skor 4 dan sangat setuju (SS) = skor 5.

Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel depeden (terikat). Definisi operasional masing-masing variabel sebagai berikut.


(56)

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah fee audit (X1), tenure audit (X2) dan skeptisme profesional auditor (X3).

a. Fee Audit (X1)

Biaya jasa audit menentukan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP (Rosnidah, 2010). Ada 4 (empat) faktor dominan yang `menentukan fee audit yaitu keuangan, lingkungan, karakteristik operasi dan kegiatan auditor eksternal (Halim, 1995).

Untuk mengetahui hubungan fee audit dengan kualitas audit digunakan indikator berikut: (a) keuangan (struktur biaya KAP yang bersangkutan), (b) lingkungan, (c) karakteristik operasi, (d) kegiatan auditor eksternal, (e) risiko penugasan, (f) kompleksitas jasa yang diberikan. (g) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa audit. Instrumen yang digunakan untuk mengukur terdiri dari 6 (enam) item pertanyaan. Masing-masing item tersebut diukur menggunakan skala likert 5 poin (Halim, 1995 dan Soekrisno, 2012).

Adapun penjelasan dari masing-masing indikator dan instrumen penelitian sebagai berikut.

1) Keuangan (struktur biaya KAP yang bersangkutan)

Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Struktur keuangan KAP tempat saya bekerja menjadi auditor


(57)

mempengaruhi fee yang saya terima. Kriteria Gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit sama sekali tidak mempengaruhi fee yang responden diterima.

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit tidak mempengaruhi fee yang responden terima. c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R

jika bagi responden terkadang struktur keuangan KAP yang mengaudit mempengaruhi fee yang responden terima dan terkadang tidak mempengaruhi fee yang responden terima. d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika

bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit mempengaruhi fee yang responden terima.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit sangat mempengaruhi fee yang responden terima.

2) Lingkungan

Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Klien selalu menyanggupi pembayaran fee yang saya tawarkan. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.


(58)

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika klien tidak pernah menyanggupi pembayaran fee sesuai yang responden tawarkan.

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika klien tidak selalu menyanggupi pembayaran fee sesuai yang responden tawarkan.

c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika klien terkadang menyanggupi pembayaran fee sesuai yang responden tawarkan namun terkadang tidak.

d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika klien terkadang pernah menyanggupi pembayaran fee sesuai yang responden tawarkan.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika selalu menyanggupi pembayaran fee sesuai yang responden tawarkan namun terkadang tidak.

3) Kegiatan auditor eksternal

Pertanyaan yang berhubungan dengan indikator yaitu: Saya melakukan audit sesuai dengan fee yang saya terima. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika responden selalu melakukan audit sesuai dengan standar yang berlaku bukan berdasarkan fee yang diterima.


(59)

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika responden melakukan audit sesuai dengan standar yang berlaku bukan berdasarkan fee yang diterima.

c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika responden terkadang melakukan audit sesuai dengan standar yang berlaku bukan berdasarkan fee yang diterima namun pernah juga berdasarkan fee yang diterima.

d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika responden melakukan audit berdasarkan fee yang diterima. e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban

SS jika responden selalu melakukan audit berdasarkan fee yang diterima.

4) Risiko penugasan

Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Semakin besar risiko penugasan yang saya hadapi, maka semakin tinggi fee yang saya peroleh. Kriteria Gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden semakin besarnya risiko penugasan yang dihadapi sama sekali tidak mempengaruhi fee yang diperoleh responden.

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden semakin besarnya risiko penugasan


(60)

yang dihadapi tidak mempengaruhi fee yang diperoleh responden.

c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika bagi responden terkadang semakin besarnya risiko penugasan yang dihadapi mempengaruhi fee yang responden terima dan terkadang tidak mempengaruhi fee yang responden terima.

d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika bagi responden semakin besarnya risiko penugasan yang dihadapi mempengaruhi fee yang responden terima.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden semakin besarnya risiko penugasan yang dihadapi sangat mempengaruhi fee yang responden terima.

5) Kompleksitas jasa yang diberikan dan karakteristik operasi

Pertanyaan yang berhubungan dengan indikator yaitu: Sebagai auditor, semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien saya maka saya akan menawarkan fee yang lebih tinggi. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien, auditor sama sekali tidak pernah menawarkan fee yang lebih tinggi.


(61)

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien, auditor tidak menawarkan fee yang lebih tinggi. c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R

jika bagi responden terkadang semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien maka auditor menawarkan fee yang lebih tinggi namun pernah tidak menawarkan fee yang lebih tinggi. d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika

bagi responden terkadang semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien maka auditor juga menawarkan fee yang lebih tinggi.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden terkadang semakin bervariasi/kompleks jenis usaha klien maka auditor selalu menawarkan fee yang lebih tinggi.

6) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa audit. Pertanyaan yang berhubungan dengan indikator yaitu: Biasanya fee yang saya dapatkan sesuai dengan tingkat keahlian yang saya gunakan dalam mengaudit. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden fee yang didapatkan sama


(62)

sekali tidak dipengaruhi oleh tingkat keahlian yang digunakan untuk mengaudit.

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden fee yang didapatkan tidak dipengaruhi oleh tingkat keahlian yang digunakan untuk mengaudit.

c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika bagi responden terkadang fee yang didapatkan dipengaruhi oleh tingkat keahlian yang digunakan untuk mengaudit terkadang tidak.

d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika bagi responden fee yang didapatkan biasanya dipengaruhi oleh tingkat keahlian yang digunakan untuk mengaudit.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden fee yang didapatkan selalu dipengaruhi oleh tingkat keahlian yang digunakan untuk mengaudit.

b. Tenure Audit (X2)

Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit-unit usaha/perusahaan atau instansi (Wijiastuti, 2012). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik Pasal 3 Ayat 1 membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik


(63)

paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Tujuan dari adanya pembatasan ini agar akuntan publik tidak memiliki hubungan terlalu dekat dengan klien dan mencegah terjadinya kecurangan akuntansi.

Untuk mengetahui lama hubungan auditor dengan klien digunakan indikator berikut: (1) Lama bekerja sebagai auditor; (2) Lama auditor berhubungan dengan klien, (3) Lamanya mengaudit klien. Instrumen yang digunakan untuk mengukur terdiri dari 7 (tujuh) item pertanyaan. Masing-masing item tersebut diukur menggunakan skala likert 5 poin (Wijiastuti,2012). Adapun penjelasan dari masing-masing indikator dan instrumen penelitian sebagai berikut.

1) Lama bekerja sebagai auditor

Instrumen penelitian yang berhubungan dengan indikator yaitu: a) Semakin banyak jumlah klien yang saya audit, menjadikan

audit yang saya lakukan semakin lebih baik. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden semakin banyak jumlah klien yang diaudit tidak pernah menjadikan audit yang saya lakukan semakin lebih baik.

Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden semakin banyak jumlah klien yang


(64)

diaudit tidak menjadikan audit yang saya lakukan semakin lebih baik.

Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika bagi responden semakin banyak jumlah klien yang diaudit terkadang menjadikan audit yang saya lakukan semakin lebih baik.

Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika bagi responden semakin banyak jumlah klien yang diaudit menjadikan audit yang saya lakukan semakin lebih baik.

Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden semakin banyak jumlah klien yang diaudit selalu menjadikan audit yang saya lakukan semakin lebih baik.

b) Lama bekerja sebagai auditor, membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden lama bekerja sebagai auditor tidak pernah membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit.

Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden lama bekerja sebagai auditor pernah membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit.


(65)

Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika bagi responden lama bekerja sebagai auditor terkadang membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit.

Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika bagi responden lama bekerja sebagai auditor membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit.

Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika bagi responden lama bekerja sebagai auditor selalu membuat saya semakin teliti dalam melakukan audit.

2) Lama auditor berhubungan dengan klien

Instrumen penelitian yang berhubungan dengan indikator yaitu: a) Saya berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan

audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien tersebut. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika responden sama sekali tidak pernah berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit ketika telah lama menjalin hubungan dengan klien.

Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika responden tidak berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit ketika telah lama menjalin hubungan dengan klien.


(66)

Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika responden terkadang berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit ketika telah lama menjalin hubungan dengan klien.

Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika responden pernah bersifat independen dalam melakukan audit ketika telah lama menjalin hubungan dengan klien.

Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika selalu bersifat independen dalam melakukan audit ketika telah lama menjalin hubungan dengan klien.

b) Tidak semua kesalahan klien yang saya temukan, saya laporkan karena lamanya hubungan dengan klien tersebut. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika responden tidak pernah melaporkan semua kesalahan klien yang ditemukan karena lamanya hubungan dengan klien. Skor 2: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika responden tidak melaporkan semua kesalahan klien yang ditemukan karena lamanya hubungan dengan klien.

Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika responden terkadang melaporkan semua kesalahan klien yang ditemukan karena lamanya hubungan dengan klien.


(67)

Skor 4: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika responden pernah melaporkan semua kesalahan klien yang ditemukan karena lamanya hubungan dengan klien. Skor 5: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika responden selalu melaporkan kesalahan klien yang ditemukan karena lamanya hubungan dengan klien. c) Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama

paling lama 3 tahun. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika responden selalu memiliki hubungan dengan klien lebih dari 3 tahun.

Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika responden memiliki hubungan dengan klien lebih dari 3 tahun. Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika responden pernah memiliki hubungan dengan klien lebih dari 3 tahun namun pernah juga memiliki hubungan dengan klien paling lama 3 tahun.

Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika responden pernah memiliki hubungan dengan klien paling lama 3 tahun.


(68)

Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban SS jika responden selalu memiliki hubungan dengan klien paling lama 3 tahun.

3) Lamanya mengaudit klien

Instrumen penelitian yang berhubungan dengan indikator yaitu: a) Sebagai auditor, saya mampu mengendalikan waktu dalam

melakukan tugas audit. Kriteria gradasi dari alternatif jawaban sebagai berikut.

Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih jawaban STS jika bagi responden dia tidak pernah mampu mengendalikan waktu dalam melakukan tugas audit.

Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban TS jika bagi responden dia tidak mampu mengendalikan waktu dalam melakukan tugas audit.

Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R jika bagi responden dia terkadang mampu mengendalikan waktu dalam melakukan tugas audit namun pernah juga tidak mampu.

Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika bagi responden dia mampu mengendalikan waktu dalam melakukan tugas audit.


(1)

Sig. (2-tailed) .149 .003 .474 .423 .374 .000 .474 .004 .000 .295 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item3 0

Pearson

Correlation .893 **

.290 .389* .676** .482** .575** .632** .361* .508** .198 1 .702** Sig. (2-tailed) .000 .121 .034 .000 .007 .001 .000 .050 .004 .295 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Total Pearson

Correlation .843 **

.784** .750** .817** .813** .913** .765** .754** .741** .568** .702** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.911 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item1 19.67 14.230 .734 .897

Item2 19.77 12.875 .845 .881

Item3 19.37 15.826 .579 .917

Item4 19.47 16.326 .742 .906

Item5 19.77 12.944 .833 .882


(3)

Lampiran 5b: Hasil Uji Reabilitas Tenure Audit Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.801 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Item7 17.50 2.190 .617 .753

Item8 17.13 2.464 .482 .795

Item9 17.30 2.424 .584 .764

Item12 17.27 2.478 .518 .783


(4)

Lampiran 5c: Hasil Uji Reabilitas Skeptisme Profesional Auditor Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.910 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item14 21.37 5.551 .588 .915

Item15 21.57 5.082 .820 .884

Item16 21.57 5.082 .820 .884

Item17 21.57 4.461 .794 .891

Item18 21.40 5.007 .872 .877


(5)

Lampiran 5d: Hasil Uji Reabilitas Kualitas Audit Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.921 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item20 44.40 17.352 .806 .908

Item21 44.40 17.628 .735 .911

Item22 44.30 17.803 .696 .913

Item23 44.33 17.471 .775 .910

Item24 44.37 17.482 .770 .910

Item25 44.50 17.155 .892 .905

Item26 44.30 17.734 .713 .912

Item27 44.37 17.757 .700 .913

Item28 44.57 17.013 .666 .915

Item29 44.67 17.471 .430 .934


(6)

128

Correlations

Fee_Audit Tenure_Audi

t

Skeptisme_A

uditor Kualitas_Audit Spearman's rho Fee_Audit Correlation

Coefficient 1.000 .161 .583

**

.495**

Sig. (2-tailed) . .394 .001 .005

N 30 30 30 30

Tenure_Audit Correlation

Coefficient .161 1.000 .640

**

.461*

Sig. (2-tailed) .394 . .000 .010

N 30 30 30 30

Skeptisme_Audito r

Correlation

Coefficient .583

**

.640** 1.000 .697**

Sig. (2-tailed) .001 .000 . .000

N 30 30 30 30

Kualitas_Audit Correlation

Coefficient .495

**

.461* .697** 1.000

Sig. (2-tailed) .005 .010 .000 .

N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profesionalisme Auditor Dan Fee Audit Terhadap Kualitras Audit (studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Bandung)

4 53 82

Pengaruh Fee Audit dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survei Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

0 4 1

Pengaruh fee audit dan pengalaman auditor eksternal terhadap kualitas audit : (studi kasus pada kantor akuntan publik di Wilayah Bandung

0 2 1

Pengaruh Fee Audit Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

2 21 38

Pengaruh Independensi Auditor, Keahlian Profesional Auditor, dan Tenure Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit Pergantian KAP Kasus Kewajiban Rotasi Audit

0 14 163

Pengaruh Fee dan Tenure Audit Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik

3 26 9

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, Rotasi Audit, Reputasi Audit, Ukuran KAP, dan Pengalaman Terhadap Kualitas Audit(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta dan Yogyakarta).

0 3 15

Daftar Pustaka Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, Rotasi Audit, Reputasi Audit, Ukuran KAP, dan Pengalaman Terhadap Kualitas Audit(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta dan Yogyakarta).

1 6 4

Hubungan Audit Fee dengan Independensi Auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Bandung).

0 1 12

PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR PADA PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PROVINSI BALI.

0 0 8