Penelitian yang Relevan LANDASAN TEORI

Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka yaitu tes pilihan ganda untuk mengetahui pilihan jawaban anak, tes Esai Tertulis yaitu untuk mengetahui jawaban tulis anak, wawancara diagnosis yaitu melakukan wawancara untuk mengetahui kesalahan yang terjadi, diskusi dalam kelas yaitu melakukan diskusi untuk mengungkapkan gagasan siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Suganda Atma 2013 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berjudul “Upaya Untuk Mengubah Miskonsepsi Siswa dalam Pokok Bahasan Suhu dan Kalor Lewat Konflik Kognitif”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 68 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Yogyakarta, Jalan Godean 5 Ngupasan Yogyakarta. Metode pengumpulan yakni dengan soal tes konseptual dan wawancara. Hasil penelitian, peneliti melihat analisis jawaban siswa pada test konseptual, peneliti melihat ada banyak miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor, konsep kalor jenis dan kapasitas kalor, konsep perubahan wujud benda, serta konsep perpindahan kalor. Dari enam buah soal yang berkaitan dengan konsep suhu dan kalor balok warna oranye, empat soal diantaranya menunjukkan banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi. Soal tersebut pada nomor 1 54,41, nomor 2 52,82, nomor 4 57,35, dan nomor 94,12. Dari empat buah soal yang berkaitan dengan konsep kalor jenis dan konsep kapasitas kalor balok warna hijau, dua soal diantaranya menunjukkan banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi. Soal tersebut pada nomor 7 89,41 dan nomor 8 88,24. Hal yang menarik adalah kedua soal tersebut berkaitan tentang kalor jenis dan kapasitas kalor dari sebuah benda yang dipanaskan. Sementara untuk soal tentang kalor jenis dan kapasitas kalor dari sebuah benda yang didinginkan soal nomor 9 dan 10, meskipun banyak siswa yang benar dalam memberikan jawaban, namun alasan yang dikemukakan oleh beberapa siswa masih kurang lengkap. Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan wujud juga tinggi balok warna biru. Presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan wujud benda yang dipanaskan soal nomor 11 yakni sebesar 83,82. Sedangkan presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan wujud benda yang didinginkan soal nomor 12 sebesar 77,94. Soal tentang konsep perpindahan kalor hanya atau buah soal, yakni soal pada nomor 13 balok warna hitam. Soal tersebut untuk melihat konsep siswa mengenai perubahan dasar mereka tentang kalor. Presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal ini sebesar 42, 65. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suganda Atma 2013 di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni membahas mengenai miskonsepsi. Tetapi terdapat juga perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suganda Atma meneliti pada mata pelajaran Fisika SMA tentang suhu dan kalor sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang mata pelajaran Matematika SD mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Chatarina Dwi Asih 2008, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa Kelas XI IPA SMA Stella Duce Bantul Tentang Kalor”. Partisipan penelitiannya dipilih siswa kelas XI IPA karena mereka telah diajarkan materi tentang kalor di SMP dan kelas XI IPA telah dikelompokkan berdasarkan jurusannya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari data tes tertulis dapat diketahui tingkat pemahaman partisipan mengani kalor. Skor siswa tertinggi adalah 37,5, presentase skor terendah 12,5 dan rata-rata presentase skor siswa adalah 24,44. Berdasarkan interval skor pemahaman siswa terlihat bahwa 12 siswa kualifikasi pemahamannya sangat kurang atu 80 dari keseluruhan siswa. Berdasarkan interval skor pemahaman siswa terlihat tidak ada satu siswa yang kualifikasinya sangat baik, baik maupun cukup. Secara keseluruhan kualifikasi pemahaman siswa dapat dikatakan masih kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chatarina Dwi Asih 2008 di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni membahas mengenai miskonsepsi. Tetapi terdapat juga perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Chatarina Dwi Asih meneliti pada mata pelajaran Fisika SMA tentang kalor sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang mata pelajaran Matematika SD mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Christiana Titis Vidiarti 2011, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa Kelas XII IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul Tentang Hukum II Termodinamika”. Dalam penelitiannya dipilih siswa kelas XII IPA karena mereka telah mempelajari hukum II termodinamika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1 pemahaman partisipan tentang konsep panas, ada enam partisipan yang diwawancarai dapat memahami bahwa ketika dua benda diletakkan saling bersentuhan, maka panas akan mengalir secara spontan dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Akan tetapi keenam partisipan yang diwawancarai beranggapan bahwa panas adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda. 2 dari 6 siswa yang diwawancarai beranggapan bahwa perpindahan panas dari besi panas ke dalam air yang dingin terjadi secara konveksi. Sedangkan 4 siswa berpendapat bahwa perpindahan panas dari besi panas ke dalam air yang dingin terjadi secara konduksi. 2 pemahaman pasrtisipan tentang siklus Carnot, sebagian besar partisipan tidak memahami siklus carnot. Sebagian besar siswa juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan tentang mesin panas dan mesin pendingin. Hanya 2 siswa yang dapat mengerjakan soal hitungan tentang mesin panas, sedangkan untuk soal hitungan mesin pendingin hanya 1 pasrtisipan yang dapat mengerjakannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christiana Titis Vidiarti 2011 di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni membahas mengenai miskonsepsi. Tetapi terdapat juga perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Christiana Titis Vidiarti meneliti pada mata pelajaran Fisika SMA tentang hukum II Termodinamika sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang mata pelajaran Matematika SD mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Peneliti keempat yang dilakukan oleh Martina Tania Norika 2014, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya Pada siswa Di Empat Sekolah Menengah Atas Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Pemilihan kelas XI semester genap dan kelas XII semester ganjil yang terdiri jumlah siswa keseluruhan 95 siswa, karena materi tentang gaya baru diajarkan pada siswa kelas XI semester 1. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tes pemahaman tentang konsep gaya masih sangat rendah. Ini terbukti dari hampir seluruh soal tidak ada yang dapat menjawab benar labih dari 50 dari jumlah skor siswa. Hasil skor rata-rata pemahaman siswa sebesar 19,38+21,73. Ini berarti siswa memiliki pemahaman yang sangat kurang terhadap konsep gaya secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martina Tania Norika 2014 di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni membahas mengenai miskonsepsi. Tetapi terdapat juga perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Martina Tania Norika meneliti tentang gaya sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang mata pelajaran Matematika SD mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Penelitian yang kelima yang dilakukan oleh Rohmah, Ika lilatul 2013 Program Studi Pendidikan Metmatika IKIP PGRI Semarang dengan penelitian yang berjudul “Miskonsepsi dalam Menyelesaikan Soal Materi Bangun Datar Segiempat Kelas 7 SMP Negri 34 Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang dilakukan siswa kelas VII-H SMP Negri 34 Semarang dalam menyelesaikan soal meteri pokok bangun datar serta untuk mengethui faktor penyebab miskonsepsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Faktor penyebab miskonsepsi diantaranya adalah a minat siswa untuk mempelajari konsep rendah,b sisw terbiasa memahami gambar berdasarkan apa yang ada dalam buku pada umumnya,c siswa terbiasa mencontek teman yang salah,d Pelajaran Matematika di sekolah lebih menekankan pada soal berkaitan dengan hitung menghitung. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena membahas miskonsepsi. Penelitian tersebut membahas miskonsepsi pada pembelajaran Matematika materi bangun datar segiempat, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti membahas tentang miskonsepsi pada pembelajaran Matematika materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Jadi, penelitian yang telah dilakukan oleh Suganda 2013, Chatarina 2008, Christiana 2011, Martina 2014 dan Rohmah 2013 tersebut di atas sudah relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan, Pengurangan, perkalian, dan Pembagian dalam Bilangan pecahan biasa Kelas V SD . C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika MSEB, 1989; Schoenfeld, 1992. Akan tetapi terkadang bagi siswa mata pelajaran Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit diantara mata pelajaran lain yang terdapat di sekolah. Dalam mempelajari materi Matematika terutama pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa siswa perlu belajar dengan sungguh- sungguh agar konsep yang dipelajari dapat dipahami dengan benar serta sesuai pada konsep para ahli dan diharapkan tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep Suparno, 2008: 2. Tidak jarang ada siswa yang masih mengalami salah konsep pada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan pecahan biasa. Kesalahan yang sering terlihat adalah siswa tidak tahu cara dalam menyamakan penyebut serta cara penyelesaian dalam melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan pecahan biasa yang masih belum benar. Siswa yang mengalami miskonsepsi juga dapat terlihat ketika melakukan kesalahan pada saat mengerjakan soal-soal Matematika. Dengan melakukan kegiatan wawancara dapat mendeteksi miskonsepsi yang dialami oleh siswa melalui jawaban-jawaban yang diungkapkan oleh siswa. Melalui kegiatan tersebut nantinya juga dapat terdeteksi faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa tersebut. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis miskonsepsi serta faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami siswa kelas V SD Kanisius Duwet pada materi Matematika mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan pecahan biasa. Peneliti berharap dengan melakukan penelitian ini dapat berguna bagi guru untuk mengatasi terjadinya miskonsepsi atau salah konsep yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.

BAB III METODE PENELITIAN