Berdasarkan hasil wawancara siswa terpilih yang mengalami miskonsepsi tersebut secara garis besar memang belum paham
cara dalam menyelesaikan pembagian bilangan pecahan biasa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis tertulis dan wawancara dengan siswa terpilih
yang mengalami
miskonsepsi dan
dengan melakukan
perbandingan antara analisis tes tertulis dengan analisis wawancara untuk mendapatkan data yang valid maka terbukti siswa terpilih ada yng
mengalami miskonsepsi baik mengenai penjumlahan bilangan pecahan biasa, pengurangan bilangan pecahan biasa, perkalian bilangan pecahan
biasa maupun pembagian bilangan pecahan biasa. Peneliti juga menemukan penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami
siswa terpilih. Ada lima siswa terpilih yang mengalami miskonsepsi pada
penjumlahan bilangan pecahan biasa. Secara keseluruhan kelima siswa terpilih tersebut mengalami miskonsepsi pada bagian menggunakan cara
dalam menyelesaikan penjumlahan bilangan pecahan biasa. Cara penyelesaian yang digunakan siswa bervariasi, ada yang tidak
menyamakan penyebut, mencari hasil pembilang dengan mengalikan pembilang dan penyebut serta langsung melakukan penjumlahan tidak
dijabarkan dengan caranya dulu. Fakor penyebab kelima siswa yang mengalami miskonsepsi tersebut antara lain karena merasa belum
melakukan penjumlahan bilangan pecahan biasa secara benar, tidak tahu
atau lupa cara menyamakan bilangan penyebut pada pnjumlahan bilangan pecahan biasa, serta merasa cara yang digunakan dalam melakukan
penjumlahan bilangan pecahan biasa belum sungguh-sungguh benar. Kemudian juga ada lima siswa terpilih yang mengalami
miskonsepsi pada pengurangan bilangan pecahan biasa. Kelima siswa terpilih tersebut juga mengalami miskonsepsi pada cara penyelesaiannya.
Cara yang digunakan ada yang langsung melakukan pengurangan tanpa dijabarkan dengan menggunakan cara, ada yang penyebutnya tidak
disamakan serta ada yang mencari hasil pembilang dan penyebut dengan melakukan perkalian antara pembilang dan penyebut. Faktor penyebab
dari kelima siswa yang mengalami miskonsepsi tersebut antara lain karena lupa cara dalam melakukan pengurangan bilangan pecahan biasa, merasa
belum melakukan pengurangan bilangan pecahan biasa karena belum belajar serta lupa dalam menyamakan penyebut dalam pengurangan
bilangan pecahan biasa. Pada konsep menghitung perkalian bilangan pecahan biasa, ada
tiga siswa terpilih yang mengalami miskonsepsi. Tiga siswa yang mengaami miskonsepsi tersebut setelah dianalisis hasil pekerjaannya
dalam menjawab soal, ternyata salah dalam cara melakukan perkalian bilangan pecahan biasa. Cara yang digunakan dalam menyelesaikan
perkalian bilangan pecahan biasa ada yang melakukan perkalian silang antara pembilang dan penyebut serta ada yang menyamakan penyebut.
Faktor penyebab ketiga siswa yang mengalami miskonsepsi tersebut
dikarenakan mengaku bahwa cara yang digunakan dalam melakukan perkalian bilangan pecahan biasa belum sungguh-sungguh benar dan
sebagian ada yang ngarang serta pemahaman yang kurang dalam konsep cara melakukan perkalian bilangan pecahan biasa secara benar.
Selanjutnya ada dua siswa yang mengalami miskonsepsi pada pembagian bilangan pecahan biasa. Kedua siswa yang mengalami
miskonsepsi secara keseluruhan salah dalam cara yang digunakan untuk menyelesaikan pembagian bilangan pecahan biasa. Cara yang digunakan
ada yang menyemakan penyebut, ada yang tidak mengubah bentuk operasinya, ada juga yang salah penempatan bagian pecahan yang dibalik.
Faktor penyebab miskonsepsi yang dialami dua siswa tersebut antara lain karena merasa belum melakukan pembagian bilangan pecahan biasa secara
benar karena belum belajar serta merasa cara yang digunakan dalam melakukan pembagian bilangan pecahan biasa belum sungguh-sungguh
benar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis dan penyebab miskonsepsi yang dialamisiswa-siswi di kelas V SD
Kanisius Duwet pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan biasa. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1.
Berdasarkan analisis tes tertulis dan wawancara dari lima siswa terpilih mengalami miskonsepsi jenis Teoritik pada penjumlahan
bilangan pecahan biasa. Karena dari lima siswa terpilih tersebut rata- rata salah dalam menggunakan konsep cara atau menyelesaikan
operasi penjumlahan bilangan pecahan biasa. Lima siswa terpilih juga mengelami miskonsepsi jenis Teoritik pada pengurangan bilangan
pecahan biasa. Karena kelima siswa tersebut salah konsep mengenai cara penyelesaian pengurangan bilangan pecahan biasa secara benar.
Dalam melakukan perkalian bilangan pecahan biasa juga terdapat tiga siswa dari lima siswa terpilih yang mengalami miskonsepsi jenis
Teoritik. Ketiga siswa tersebut mengelami miskonsepsi karena konsep cara untuk melakukan perkalian bilangan pecahan biasa masih salah.
Terakhir ada dua siswa dari lima siswa terpilih yang mengalami miskonsepsi jenis Teoritik dalam melakukan pembagian bilangan
pecahan biasa. Dua siswa tersebut mengalami miskonsepsi karena
143