Peningkatan kualitas kehidupan para anggota koperasi akan turut meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat di sekitarnya.
Selain itu, partisipasi aktif para anggota dalam mengelola koperasi secara tidak langsung adalah salah satu bentuk pendidikan praktis mengenai
manajemen usaha koperasi kepada para anggotanya. 3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperai sebagai soko-gurunya.
Koperasi adalah satu-satunya bentuk usaha yang dikelola secara demokratis. Oleh karena itu, koperasi diharapkan dapat menggalang dan memperkokoh
perekonomian rakyat. 4.
Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupkan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
2.2.2.5. Perangkat Organisasi Koperasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari pasal 21 UU No. 25 Tahun 1992:
1. Rapat anggota
Rapat anggota adalah wadah aspirasi anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Semua kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus
memalui persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.
2. Pengurus
Pengurus adalah badan yang dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota. Pengurus memiliki mandat untuk melaksanakan kepemimpinan
koperasi, baik dibidang organisasi maupun bidang usaha. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas
persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat
anggota. 3.
Pengawas Pengawas adalah badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak
mendapatkan setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.
2.2.2.6. Karakteristik Khusus Laporan Keuangan Koperasi
Karakteristik laporan keuangan koperasi Tugiman, 2000: 12, yaitu: 1.
Laporan keuangan koperasi adalah laporan keuangan yang disusun untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas secara
keseluruhan sebagai pertanggungawaban pengurus atas pengelolaan keuangan koperasi yang terutama ditujukan pada anggota.
2. Laporan laba rugi menyajikan hasil akhir yang disebut dengan Sisa Hasil
Usaha SHU. Sisa hasil usaha koperasi dapat berasal dari usaha yang diselengggarakan untuk anggota dan non-anggota. Pada rapat anggota
tahunan, sisa hasil usaha ini diputuskan untuk dibagi sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam undang-undang, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga koperasi.
Acuan komponen pembagian SHU adalah sebagai berikut: a.
Cadangan koperasi b.
Anggota sebanding dengan jsa yang diberikan c.
Dana pengurus d.
Dana pegawai karyawan e.
Dana pendidikan koperasi f.
Dana sosial g.
Dana pembangunan daerah kerja Komponen-komponen tersebut selama belum dicairkan, disajikan dalam
kelompok kewajiban lancar pada neraca, sedangkan cadangan koperasi merupakan bagian sisa hasil usaha yang tidak dibagi dan dapat digunkaan
untuk memupuk modal sendiri dan menutup kerugian koperasi. 3.
Pemakai utama dari laporan keuangan koperasi adalah anggota koperasi itu sendiri serta para Pejabat Pembina. Pemakai lain yang mempunyai
kepentingan terhadap koperasi diantaranya adalah calon anggota koperasi, Bank, Kreditur, dan Kantor Pajak.
4. Kepentingan pemakai utama laporan keuangan koperasi terutama adalah:
a. Menilai pertanggungjawaban pengurus.
b. Menilai prestasi pengurus.
c. Menilai mafaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya,
karya, dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi. 5.
Modal koperasi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi, yang dapat bersifat permanen maupun sementara. Ada dua jenis modal yaitu modal
sendiri dan modal pinjaman. Menurut Tunggal 2002: 46 laporan keuangan koperasi diharapkan dapat
menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya mengenai:
a. Manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi
b. Prestasi keuangan koperasi selama suatu periode dengan sisa hasil usaha
dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran. c.
Sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi serta kewajiban koperasi. d.
Transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu periode, dengan pemisahan
antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota. e.
Informasi penting lainnnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.
Informasi-informasi dalam laporan keuangan yang diperlukan untuk mencapai tujuan diatas sedapat mungkin memisahkan antara aktivitas yang
dilakukan oleh anggota dan non-anggota. Adanya kebutuhan khusus mengenai akuntansi perkoperasian mendorong
Ikatan Akuntan Indonesia untuk mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 dengan revisi terbaru yang berlaku efektif untuk laporan
keuangan koperasi yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999. Hal ini terutama didorong oleh karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan
badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa
koperasi. Awal dari munculnya standar akuntansi untuk koperasi adalah Prinsip
Akuntansi Indonesia-Pernyataan No. 3 yang berjudul Standar Khusus Akuntansi untuk Koperasi yang telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia pada tanggal 3 November 1988 dan disahkan oleh Rapat Pusat IAI tanggal 17 Desember 1988. Standar ini mengalami penyesuaian menjadi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Keuangan No. 27 tentang Akuntansi Koperasi yang telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh Pengurus Pusat IAI tanggal 7 September 1994. Kemudian PSAK ini mengalami revisi menjadi PSAK No. 27
revisi 1998 tentang Akuntansi Perkoperasian yang telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan tanggal 10 Juli 1998 dan disahkan oleh
Pengurus Pusat IAI tanggal 4 September 1998.
2.2.2.7. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Koperasi