Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

10. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakukan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.

2.2.4. Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang wajar dibutuhkan oleh pemaki laporan keuangan yang mendasarkan keputusan mereka atas dasar hasil analisis terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Kata wajar mempunyai makna: 1. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran 2. Lengkap informasinya Pengertian wajar tidak terbatas pada jumlah-jumlah rupiah dan pengungkapan yang tercantum dalam laporan keuangan, namun meliputi pula ketepatan penggolongan informasi, seperti penggolongan aktiva atau utang kedalam kelompok lancar dan tidak lancar, biaya usaha dan biaya diluar usaha. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, jika memenuhi kondisi berikut ini Mulyadi, 2002: 20: a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi berterima umum. Dalam Standar Professional Akuntansi Publik pada Pernyataan Standar Akuntansi No. 08 IAI, 2001: par 4 dinyatakan bahwa dalam penyajian laporan keuangan secara wajar atas posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas pertimbangan apakah: a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum. b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. c. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsirannnya d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan dikhtisarkan dengan semestinya yang tidak teralu rinci ataupun tidak terlalu ringkas. e. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa atau transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batasan-batasan yang dapat diterima, yaitu batasan-batasan yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. TABEL 2.1 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT NERACA 31 Desember 20X1 dan 20X2 AKTIVA 20X1 20X2 KEWAJIBAN DAN EKUITAS 20X1 20X2 Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Aktiva lancar Kas dan Bank Investasi jangka pendek Piutang usaha Piutang pinjaman anggota Piutang pinjman non-anggota Piutang lain-lain Peny. Piutang tak tertagih Persediaan Pendapatan akan diterima Jumlah aktiva lancar Investasi Jangka Panjang Penyertaan pada koperasi Penyertaan pada non-koperasi Jumlah investasi jangka panjang Aktiva Tetap TanahHak atas Tanah Bangunan Mesin Inventaris Akumulasi penyusutan Jumlah aktiva tetap Aktiva Lain-Lain Ak. Tetap dalam konstruksi Beban ditangguhkan Jumlah aktiva lain-lain Kewajiban jangka pendek Hutang Usaha Hutang Bank Hutang Pajak Hutang Simpanan Anggota Hutang Dana Bagian SHU Hutang Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Biaya Harus Dibayar Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban jangka panjang Hutang Bank Hutang Jangka Panjang Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas Simpanan Wajib Simpanan Pokok Modal Penyertaan Partisipasi Anggota Modal Penyertaan Modal Sumbangan Cadangan SHU Belum Dibagi Jumlah Ekuitas JUMLAH AKTIVA Rp xxxx Rp xxxx JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp xxxx Rp xxxx Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan. Lampiran. Salemba Empat, Jakarta. TABEL 2.2 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT PERHITUNGAN HASIL USAHA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X2 20X1 20X2 Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx xxxx PARTISIPASI ANGGOTA Partisipasi Bruto Anggota Beban Pokok Partisipasi Neto Anggota PENDAPATAN DARI NON-ANGGOTA Penjualan Harga Pokok Laba Rugi Kotor Dengan Non-Anggota Sisa Hasil Usaha Kotor BEBAN OPERASI Beban Usaha Sisa Hasil Usaha Koperasi Beban Perkoperasian Sisa Hasil Usaha Setelah Beban Perkoperasian Pendapatan dan Beban Lain-Lain Sisa Hasil Usaha Sebelum Pos-Pos Luar Biasa Pendapatan dan Beban Luar Biasa Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Rp xxxx Rp xxxx Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan. Lampiran. Salemba Empat, Jakarta. TABEL 2.3 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X2 Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx PROMOSI ANGGOTA SELAMA TAHUN BERJALAN MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA :  Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi  Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA :  Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Pasar  Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pengadaan Barang untuk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI SIMPAN PINJAM LEWAT KOPERASI :  Penghematan Beban Pinjaman Anggota  Kelebihan Balas Jasa Simpanan Anggota Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Penyediaan Jasa untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan. Lampiran. Salemba Empat, Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis yang dilakukan untuk mendapatkan fakta, mengumpulkan informasi dalam suatu obyek atau subyek yang diteliti dengan tujuan memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Penelitian berfungsi mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Metode penelitian merupakan rancangan atas suatu penelitian yang berusaha menjelaskan kaitan antara rumusan masalah dengan metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab rumsan masalah. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan PSAK No. 27 tentang akuntansi perkoperasian pada KPRI ”Delta Makmur” di Sidoarjo, merupakan jenis penelitian yang mengarah pada penggunaan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong 2002: 27 penelitian kualitatif berdasarkan pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,

Dokumen yang terkait

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Pada Koperasi Mitra Usaha Rakyat.

0 31 95

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Pada Koperasi Karyawan Rispa Medan

0 23 88

Penerapan PSAK No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian pada Koperasi serba Usaha Nusa Bangsa Medan

0 26 78

Penerapan PSAK No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Pemko Tebing Tinggi

0 36 86

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Studi Kasus pada Koperasi Pegawai TELKOM (KOPEGTEL) Lampung dan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Bina Dharma Universitas Lampung

4 44 75

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 27 TENTANG AKUNTANSI PERKOPERASIAN (Survey pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta)

1 13 104

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Sragen.

0 1 13

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 13

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG LANCAR BERDASARKAN SAK ETAPPADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DELTA MAKMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR - PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG LANCAR BERDASARKAN SAK ETAP PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DE

0 0 14

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO. 27 TENTANG AKUNTANSI PERKOPERASIAN ATAS KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) “DELTA MAKMUR” SIDOARJO

0 1 17