38
glukosa. Namun, apabila reseptor pada sel tubuh tidak peka untuk membuka jalan glukosa agar dapat masuk ke dalam sel maka hal ini yang menyebabkan
menumpuknya glukosa di dalam darah sehingga kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Kadar gula darah tinggi inilah yang menjadi indikasi seseorang didiagnosa
menderita penyakit diabetes melitus hyperglikemia apabila disertai dengan keluhan seperti banyak buang air kecil BAK, sering merasa haus, dan penuruanan
berat badan secara drastis Cahyono, 2008.
B. Perilaku Nongkrong
Nongkrong merupakan kegiatan berkumpul yang sering dilakukan para remaja termasuk para pelajar. Nongkrong dapat dilakukan dimana saja seperti di kafe-kafe
atau tempat berkumpul lainnya. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi responden dalam melakukan kegiatan nongkrong yaitu sebanyak 3x seminggu sebesar 40 dan
terendah yaitu tingkat frekuensi nongkrong setiap hari sebesar 12. Alasan nongkrong tentu akan beragam tiap individu, kebanyakan remaja nongkrong karena
alasan untuk berkumpul bersama atau sekedar untuk mendapatkan akses internet gratis yang disediakan oleh tempat nongkrong yang mereka kunjungi.
Gaya hidup merefleksikan aktivitas dan minat yang melibatkan proses sosial, modal, dan selera. Nongkrong merupakan salah satu gaya hidup. Kebiasaan
nongkrong ini juga melibatkan kehidupan sosial responden, modal dan selera.
39
Gambar 4.1. Persentase Frekuensi Nongkrong Responden dalam Seminggu
Responden yang memiliki kehidupan sosial yang baik seperti memilikiteman- teman yang banyak akan mempengaruhi kebiasaan nongkrong. Teman dapat
berpengaruh dalam memberikan referensi tempat nongkrong. Modal uang saku yang banyak akan memberikan peluang lebih tinggi untuk responden melakukan
kegiatan nongkrong dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki uang saku yang banyak. Selera menurut KBBI, memiliki arti nafsu makan, kesukaan atau
kegemaran, maka selera dapat mempengaruhi perilaku nongkrong seseorang dikarenakan selera membuat seseorang memiliki kemauan untuk berbuat sesuatu
termasuk kegiatan nongkrong. Seperti alasan yang telah dijelaskan bahwa kebanyakan responden memilih
nongkrong untuk berkumpul bersama, maka pada Gambar 4.2., orang-orang yang nongkrong bersama dengan responden yaitu keluarga orang tua, sanak saudara,
teman atau sahabat, dan pacar, serta beberapa menjawab lainnya sendiri atau dengan kenalan. Berdasarkan pada Gambar 4.2., dinyatakan bahwa persentase
23
40 12
25
3xminggu 3xminggu
Setiap hari Lainnya
40
terendah responden menjawab lainnya yaitu 5 dan tertinggi yaitu ditemani oleh sahabat atau teman sebesar 59.
Pada usia remaja banyak terjadi perubahan sikap dan perbuatan yang menandakan individu tersebut menjadi mandiri. Kemandirian pada remaja
ditunjukkan dengan perilaku memilih dan memutuskan keinginan yang mereka mau tanpa bergantung pada orangtua. Selain itu, remaja akan lebih banyak beraktivitas
di luar rumah yang artinya mereka perlu melakukan penyesuaian diri dengan kelompok termasuk dengan teman sebaya. Salah satu bentuk penyesuaian diri
seorang remaja adalah mencari jati diri dan memiliki kecenderungan dengan mencari dukungan dari teman sebaya Steinberg, 2002. Hal inilah yang
menyebabkan para responden lebih banyak melakukan kegiatan nongkrong bersama sahabat atau temannya.
Gambar 4.2. Persentase Orang yang Menemani Responden Saat Nongkrong
Berdasarkan tingginya persentase responden yang menjawab orang yang menemani nongkrong adalah teman atau sahabat maka pada Gambar 4.3. di bawah
15
12
59 9
5
10 20
30 40
50 60
70 Orang tua
Saudara kakakadiksepupudsb Sahabatteman
Pacar Lainnya
41
ini menunjukkan persentase tingkat pengaruh teman dalam memberikan referensi tempat nongkrong. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 45 responden
menyatakan bahwa teman sedikit berpengaruh dalam menentukan referensi tempat nongkrong, sedangkan responden yang menjawab sangat berpengaruh sebanyak
17. Hal ini dapat menjelaskan bahwa kebiasaan nongkrong responden tidak begitu dipengaruhi oleh temannya walaupun ketika mereka nongkrong lebih banyak
waktu yang dihabiskan bersama teman maupun sahabat. Hal ini juga didasari pada saat remaja, mereka telah memiliki kebebasan untuk memilih dan memutuskan apa
yang mereka inginkan.
Gambar 4.3. Persentase Tingkat Pengaruh Teman dalam Referensi Tempat Nongkrong
Menurut Steinberg 2002, bahwa seorang individu dikatakan mandiri apabila dalam memutuskan sesuatu menurut diri sendiri dan tidak tergantung pada yang
dipercayai orang lain. Kemandirian remaja ialah kemampuan untuk mengambil tindakan yang berasal dan diatur diri sendiri guna perkembangan kemampuan sosial
secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, dalam perkembangan sosialnya seorang
16
45 22
17
Sangat berpengaruh Sedikit berpengaruh
Berpengaruh Sangat tidak
berpengaruh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
remaja memiliki kemandirian untuk bebas menentukan dengan siapa mereka dan dimana mereka akan nongkrong.
Gambar 4.4. Persentase Tempat Nongkrong yang Sering Dikunjungi
Tempat nongkrong favorit dan umum dikunjungi responden berdasarkan penggolongan menurut Heryanti 2009, ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Berdasarkan data pada Gambar 4.4. kecenderungan responden dalam memilih tempat nongkrong ialah 29 ke McD, KFC, AW, Pizza; 28 memilih warung
indomieburjo; 21 memilih Cha-cha milktea, Starbucks; serta lainnya 16 menyatakan ke tempat makan seperti warung nasi atau restoran seafood; dan 6
menyatakan ke JCo, Dunkin Donuts. Tempat-tempat makan tersebut menyajikan makanan dan minuman manis
. Menu dengan kandungan kalori yang tinggi dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat, dan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dengan kurun waktu yang lama maka di dalam tubuh akan
terjadi penumpukan gula. Macam menu yang disajikan oleh tempat-tempat makan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.5., dan menu-menu ini merupakan menu yang biasa dikonsumsi oleh responden.
10 20
30 40
Cha-cha Milktea, Starbucks
Jco, Dunkin Donuts
McD, KFC, AW, Pizza
Warung IndomieBurjo
Lainnya
43
Gambar 4.5. Persentase Menu yang Sering Dikonsumsi Saat Nongkrong
Berdasarkan pada Gambar 4.4. di atas walaupun persentase tertinggi tempat yang dikunjungi oleh responden merupakan tempat yang menyajikan makanan
dengan kandungan lemak yang tinggi seperti McD, KFC, dan AW yaitu sebesar 29. Namun, persentase tertinggi menu yang dikonsumsi oleh responden yaitu
sebesar 35 merupakan makanan dan minuman manis berkalori tinggi seperti menu kopi, milkshake, milktea, soft drink, serta 19 menjawab mengonsumsi ice
cream atau cakes, dan makanan berlemak fast food dengan persentase sebanyak 16, serta lainnya yaitu 14 yang menjawab rumah makan seafood. Hal ini
dikarenakan bahwa gerai-gerai tersebut selain menjual makanan cepat saji juga menjual minuman seperti soft drink, ice cream yang umumnya dijual dengan harga
yang relative lebih murah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi
apabila tidak diimbangi dengan pola hidup yang sehat seperti pengaturan pola makan dan aktivitas fisik olahraga. Kebiasaan konsumsi fast food yang berlebih
dapat berakibat munculnya masalah gizi seperti kelebihan berat badanobesitas atau
5 10
15 20
25 30
35 40
Kopi, milkshake, milktea, soft
drink Ice cream, cakes
Fried chicken, burger
French fries, nugget, sossis,
popcorn Lainnya
44
kekurangan zat gizi. Pola makan fast food yang dilakukan terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan pada usia selanjutnya. Hal-hal tersebut dapat memicu
risiko penyakit salah satunya diabetes melitus. Apabila melihat data pada Gambar 4.1. bahwa 12 responden dengan
persentase frekuensi nongkrong setiap hari jika tidak diiringi persentase frekuensi konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi pula maka risiko terkena
diabetes melitus masih dapat dicegah. Begitu pula untuk responden dengan persentase frekuensi lainnya apabila tidak memiliki kencenderungan frekuensi
konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi maka risiko terkena diabetes melitus dapat ditekan. Sebaliknya, jika frekuensi konsumsi makanan dan minuman
manis tinggi akan berakibat risiko mengidap diabetes melitus, bahkan pada usia dini.
C. Perilaku Konsumsi