Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8
YOGYAKARTA Siska Monika Handayani Universitas Sanata Dharma
2016 ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan terhadap berbagai jenis pengolahan makanan yang ada di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Variasi makanan yang mudah diperolah, sesuai selera dan daya beli salah satunya adalah makanan cepat saji. Mudahnya memperoleh makanan cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan. Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagimana pengaruh variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan korelasi Product Moment Pearson. Penelitian ini menggunakan data indeks massa tubuh (IMT) dan formulir FFQ (food frequency questionaire) siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil deskriptif kuantitatif, diketahui variasi konsumsi pangan sangat tinggi, selain itu diketahui status gizi siswa sebagai berikut 58% siswa berstatus gizi normal, 10% kurus berat, 12% kurus ringan dan gemuk berat, 8% gemuk ringan. Hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 artinya distribusi data normal. Berdasarkan hasil uji Korelasi Product Moment Pearson diketahui signifikansi 0,000 < 0,05 artinya variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat.
(2)
THE INFLUENCE OF FOOD CONSUMPTION VARIATION TOWARD NUTRITIONAL STATUS OF XI GRADES STUDENTS AT SMA
PANGUDI LUHUR AND SMAN 8 YOGYAKARTA Siska Monika Handayani
Sanata Dharma University 2016
ABSTRACT
Information technology developments and economic growth brought changes to various types of food processing in Indonesia, including Yogyakarta. The variety of foods thatto get for example is fast food. The easiness of obtaining fast food affecinting the eating pattern, especially for teenagers. Adolescence has a sensitive nutrition for body growth and its development is very fast so that the body requires energy and needs more nutrient. The purpose of this research was to know the influence of foods variety and frequency of food consumption on the nutrition status of XI grades students at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta
This research is was descriptive quantitative research using analysis descriptive statistics and correlations product moment pearson method. This study used body mass index (BMI) data and FFQ form (food frequency questionaire). The samples of this research were students of XI class at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta.
Based on the results of quantitative descriptive, it could be seen that food consumption variation was very high. Besides, there were 58% students who had normal nutrition, 10% students were thin weight, 12% students were fat by weight, and 8% students light fat. The result of the first sample used Kolmogrov-Smirnov showed that the probility value of nutritional status and food consumption variation was > 0,05. This meant that the data distribution was normal. Based on the test results of Pearson Product Moment Correlation, it showed that significance test was 0.000 <0.05. This meant that food consumption variation among students of Class XI at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta were affected toward the nutritional status of the correlation which had coefficient r equal to 0.823 which meant that the relationship between the two variables were very strong.
(3)
PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh:
Siska Monika Handayani NIM : 121434016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh: Siska Monika Handayani
NIM : 121434016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
JANGAN TAKUT SEBAB AKU MEYERTAI ENGKAU
JANGAN BIMBANG SEBAB AKU INI ALLAH MU
BAHKAN AKAN MENOLONG ENGKAU
( Yes.41:10)
Ku persembahkan untuk :
Keluargku tercinta , Ungkapan rasa hormat dan baktiku Abang dan adik-adikku serta almamaterku
(8)
(9)
(10)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur praktikan haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi, banyak ditemukan masalah dan kendala. Akan tetapi, semua itu dapat penulis atasi dengan bantuan, dukungan atau motivasi, kerjasama, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menuntun, mengarahkan dan melindungi penulis selama proses pengerjaan skripsi
2. Ibu YM. Lauda Feroniasanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan tulus, memberi arahan dan solusi serta waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis hingga terselesainya penulisan skripsi ini. 3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech, Ibu YM. Lauda Feroniasanti, M.Si
dan Ibu Puspita Ratna Susilawati, M.Sc., yang memberikan kesempatan kepada saya untuk bergabung dalam penelitian payung di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
4. SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta yang memberikan izin pengambilan data penelitian.
5. Peserta didik kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta yang memberikan waktu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian.
(11)
6. Bapak, Mamak, Abang Men, Abet, Deko dan Deki yang memberi semangat, dukungan, doa serta memotivasi penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Dikta dan Suster Lediana Sinaga serta seluruh keluarga P. Bio 2012 yang telah berdinamika bersama selama proses penyelesaian skripsi
8. Toni yang selalu membantu, menyediakan waktu dan tenaga, memberi semangat serta doa dan bersedia menemani penulis mencari tempat yang nyaman untuk menyelesaikan penulisan skripsi
9. Kak Devi dan mbak Dwi yang meluangkan waktu untuk membantu dalam pencarian buku referensi
10.Sahabatku Aileen, Wiwin, Rety dan Sela yang memberi dukungan, mendoakan, memberi semangat, masukan, dan menghibur selama penyelesaian skripsi
11.Janteng Stepanus yang mengajari penulis mengoperasikan program SPSS 12.Yanse dan Krispinta yang telah penulis dalam membantu menterjemahkan
abstrak
13.Serta semua pihak yang tidak dapat praktikan sebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Semoga Tuhan memberkati segala usaha dan kerja keras kita semua.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
(12)
(13)
PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8
YOGYAKARTA Siska Monika Handayani Universitas Sanata Dharma
2016 ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan terhadap berbagai jenis pengolahan makanan yang ada di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Variasi makanan yang mudah diperolah, sesuai selera dan daya beli salah satunya adalah makanan cepat saji. Mudahnya memperoleh makanan cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan. Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagimana pengaruh variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan korelasi Product Moment Pearson. Penelitian ini menggunakan data indeks massa tubuh (IMT) dan formulir FFQ (food frequency questionaire) siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil deskriptif kuantitatif, diketahui variasi konsumsi pangan sangat tinggi, selain itu diketahui status gizi siswa sebagai berikut 58% siswa berstatus gizi normal, 10% kurus berat, 12% kurus ringan dan gemuk berat, 8% gemuk ringan. Hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 artinya distribusi data normal. Berdasarkan hasil uji Korelasi Product Moment Pearson diketahui signifikansi 0,000 < 0,05 artinya variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat.
(14)
THE INFLUENCE OF FOOD CONSUMPTION VARIATION TOWARD NUTRITIONAL STATUS OF XI GRADES STUDENTS AT SMA
PANGUDI LUHUR AND SMAN 8 YOGYAKARTA Siska Monika Handayani
Sanata Dharma University 2016
ABSTRACT
Information technology developments and economic growth brought changes to various types of food processing in Indonesia, including Yogyakarta. The variety of foods thatto get for example is fast food. The easiness of obtaining fast food affecinting the eating pattern, especially for teenagers. Adolescence has a sensitive nutrition for body growth and its development is very fast so that the body requires energy and needs more nutrient. The purpose of this research was to know the influence of foods variety and frequency of food consumption on the nutrition status of XI grades students at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta
This research is was descriptive quantitative research using analysis descriptive statistics and correlations product moment pearson method. This study used body mass index (BMI) data and FFQ form (food frequency questionaire). The samples of this research were students of XI class at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta.
Based on the results of quantitative descriptive, it could be seen that food consumption variation was very high. Besides, there were 58% students who had normal nutrition, 10% students were thin weight, 12% students were fat by weight, and 8% students light fat. The result of the first sample used Kolmogrov-Smirnov showed that the probility value of nutritional status and food consumption variation was > 0,05. This meant that the data distribution was normal. Based on the test results of Pearson Product Moment Correlation, it showed that significance test was 0.000 <0.05. This meant that food consumption variation among students of Class XI at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta were affected toward the nutritional status of the correlation which had coefficient r equal to 0.823 which meant that the relationship between the two variables were very strong.
(15)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Landasan teori ... 6
(16)
a. Pangan segar ... 6
b. Pangan olahan ... 7
c. Pangan olahan tertentu ... 7
2. Variasi konsumsi pangan ... 7
a. Ragam bahan pangan ... 7
b. Frekuensi penggunaan bahan pangan ... 9
3. Remaja ... 10
a. Definisi remaja ... 10
b. Batas usia remaja ... 10
c. Perilaku makan remaja ... 11
4. Kebutuhan gizi ... 11
a. Pengertian gizi ... 11
b. Gizi seimbang ... 12
c. Status gizi ... 12
5. Hubungan variasi pangan dengan status gizi remaja ... 14
a. Lingkungan keluarga ... 14
b. Metabolisme basal ... 15
c. Status tinggal ... 15
B. Penelitian yang relevan ... 16
C. Kerangka berpikir ... 17
D. Hipotesa ... 19
BAB III METODE PENELITIAN... 20
A. Jenis penelitian ... 20
B. Batasan penelitian ... 20
C. Variabel penelitian ... 21
D. Alat dan bahan ... 21
E. Cara kerja ... 22
(17)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Pola konsumsi pangan di kalangan pelajar ... 28
1. Variasi dan frekuensi pangan di kalangan pelajar ... 28
2. Variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan ... 34
B. Status gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta ... 41
C. Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi ... 44
D. Keterbatasan penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
C. Aplikasi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Pembelajaran Biologi ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk indonesia ... 13
Tabel 3.1 Kategori frekuensi penggunaan bahan pangan ... 25
Tabel 3.2 Pedoman menentukan tingkat keeratan korelasi ... 27
Tabel 4.1 Variasi dan frekuensi pangan SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta... 29
Tabel 4.2 Kategori A dengan skor interval 331-360 ... 30
Tabel 4.3 Kategori B dengan skor interval 241-330 ... 31
Tabel 4.4 Kategori C dengan skor interval 181-240 ... 32
Tabel 4.5 Kategori D dengan skor interval 121-180 ... 33
Tabel 4.6 Kategori E dengan skor interval 31-120 ... 34
Tabel 4.7 Kategori F dengan skor interval 0 – 30 ... 34
Tabel 4.8 IMT siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta... 42
Tabel 4.9 Uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov ... 45
(19)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tumpeng gizi seimbang ... 8 Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir... 18 Gambar 4.1 Persentase status gizi responden ... 42
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 56
Lampiran 2. Rancangan pelaksanaan pembelajaran ... 60
Lampiran 3. LKS ... 73
Lampiran 4. Instrumen dan pedoman penilaian ... 75
Lampiran 5. Tabel identitas responden ... 84
Lampiran 6. Formulir FFQ ... 85
Lampiran 7. Data hasil IMT ... 89
(21)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman pangan yang sebagian besar menjadi sumber pangan untuk diolah ke dalam berbagai jenis makanan. Menurut Badan Ketahanan Pangan (BKP), jenis pangan atau kelompok pangan terdiri dari sembilan bahan makanan dan diklasifikasikan sebagai berikut : padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, minuman, bumbu (BKP dalam Rosida, 2011).
Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan yang signifikan terhadap berbagai variasi pengolahan makanan yang ada di indonesia. Tidak hanya diolah secara tradisonal tetapi juga makanan yang diolah secara mekanis maupun kimiawi, baik dalam skala kecil maupun dalam skala industri dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Oleh karena itu, variasi pangan yang dapat meningkatkan minat beli konsumen adalah makanan atau minuman yang disajikan secara menarik, cepat saji, harga terjangkau serta tetap bernilai gizi tinggi sehingga menjadi tantangan bagi industri pengolahan pangan, baik usaha skala kecil maupun dalam skala besar.
Variasi makanan yang mudah diperolah, sesuai selera dan daya beli salah satunya adalah makanan cepat saji (fast food). Mudahnya memperoleh makanan
(22)
cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan, sehingga penyusunan menu seimbang dan sesuai dengan aktivitas sehari-hari perlu diperhatikan untuk mencukupi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menurut Adriani (2012) faktor yang memicu terjadinya perilaku menyimpang dalam pemenuhan kebutuhan gizi seimbang pada remaja yaitu kebiasaan makan yang buruk seperti jam makan yang tidak teratur, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, kesukaan terhadap makanan yang lebih menarik dan cepat saji dibandingkan dengan makanan yang disajikan di rumah serta seringnya remaja meninggalkan sarapan sehingga asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh berkurang. Asupan makanan yang kurang dapat menimbulkan dampak buruk terutama bagai anak usia sekolah karena dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, menyebabkan penurunan kemampuan belajar, konsentrasi yang rendah dan prestasi belajar yang kurang baik (California Departement of Public Health dalam Pitrasti, 2015).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak –anak ke masa dewasa. Batas usia remaja adalah usia 10 tahun hingga 20 tahun (Istiany, 2013). Menurut WHO, remaja sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang signifikan yang ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat dan matangnya organ reproduksi sehingga remaja membutuhkan asupan nutrisi yang lebih besar dari pada masa anak-anak.
(23)
Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat serta mulai aktif untuk beraktivitas sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak (Arisman, 2008). Asupan nutrisi makanan yang diterima oleh tubuh berhubungan dengan perilaku makan, sehingga jika perilaku konsumsi pangan tidak sehat dan seimbang maka akan mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Salah satu usaha pemerintah untuk mencegah masalah gizi dan memperbaiki pola makan masyarakat adalah dengan memperkenalkan Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950 oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo. Pedoman tersebut merupakan slogan untuk memenuhi menu seimbang, tetapi kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pendoman Gizi Seimbang (PGS) yang bertujuan menyediakan pedoman makan dan perilaku sehat bagi masyarakat yang diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya.
SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta merupakan SMA yang berada di kota Yogyakarta dengan latar belakang pendidikan berada di bawah yayasan swasta dan negeri. Populasi kedua sekolah bersifat heterogen, artinya terdapat unsur-unsur yang memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi seperti jenis kelamin, usia, jumlah jam pelajaran, aktivitas, pergaulan serta status sosial dan ekonomi siswa yang berbeda tentunya juga akan mempengaruhi pola konsumsi dan status gizi siswa yang mewakili beberapa sekolah di Yogyakarta .
(24)
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Variasi Konsumsi Pangan terhadap Status Gizi Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi konsumsi pangan Pelajar Kelas XI SMA 2. Bagaimana frekuensi konsumsi pangan Pelajar Kelas XI SMA
3. Bagaimana pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Variasi konsumsi pangan pelajar kelas XI 2. Frekuensi konsumsi pangan pelajar kelas XI
3. Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta
(25)
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a) Mengetahui sejauh mana variasi konsumsi pangan yang berbeda akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi terutama pada masa pertumbuhan
b) Mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kebutuhan gizi remaja untuk masa pertumbuhan dan perkembangan.
2. Bagi Dunia Pendidikan
a) Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai pola pangan yang baik melalui pengawasan makanan yang ada di kantin-kantin sekolah. b) Menambah pengetahuan remaja mengenai pentingnya pola konsumsi
yang baik dan benar terhadap asupan makanan yang dikonsumsi guna menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
3. Bagi masyarakat
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingya ketahanan pangan dengan mengkonsumsi makanan yang beragam
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian pangan
Menurut peraturan pemerintah RI nomor 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap inividu untuk dapat menjalankan kehidupan, proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh melalui penyerapan nutrisi dan metabolisme tubuh.
Berdasarkan cara memperolehnya, pangan dibedakan menjadi tiga (Saparinto, dkk, 2006) yaitu :
a. Pangan segar
Pangan segar adalah semua sumber pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung dan dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, air dan lain-lain.
(27)
b. Pangan olahan
Pangan olahan adalah makanan atau minuman yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan guna mendapatkan makanan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masing-masing individu. Contohnya minuman bersoda, minuman beralkohol, jus bua, gudeg, nasi pecel, gado-gado, Fried chicken, Pizza dan lain-lain.
c. Pangan olahan tertentu
Pangan olahan tertentu adalah pangan yang diperuntukan bagi orang-orang tertentu yang memiliki kebutuhan akan pangan tersebut guna memilihara atau menjaga kesehatan tubuh. Misalnya ekstrak kulit manggis untuk mengobatai berbagai macam penyakit.
2. Variasi konsumsi pangan
Variasi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah makanan serta ragam bahan pangan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Makanan yang bervariasi tentunya akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan untuk mencukupi terpenuhnya kebutuhan gizi dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, makanan yang sehat dan bervariasi harus sesuai dengan pedoman pola gizi seimbang (PGS).
a. Ragam bahan pangan
Ragam bahan makanan itu berhubungan dengan frekuensi makan, dan semua itu bisa kita lihat dari pedoman gizi seimbang. Dalam tumpeng gizi seimbang (TGS), makanan sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar
(28)
tumpeng, sumber lemak diletakkan pada puncak TGS karena penggunaanya dianjurkan seperlunya, sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdasarkan level yang sama dibawah puncak tumpeng konsumsi kedua pprotein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama. Dalam TGS sayur dan buah-buahan dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin tiap hari, dalam TGS setiap hari minum air putih paling sedikit 2 liter atau 8 gelas. (Dedeh, dkk, 2010).
TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia dan sesuai dengan keadaan kesehatan. Gizi seimbang bisa dilihat pada gambar tumpeng dibawah ini :
(29)
Keberagaman bahan pangan yang disusun dalam tumpeng gizi seimbang (TGS) merupakan usaha pemerintah untuk menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.
b. Frekuensi penggunaan bahan pangan
Frekuensi penggunaan bahan pangan yaitu penilaian konsumsi pangan yang dilakukan selama periode tertentu mialnya harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Kuisoner atau formulir pengembangan frekuensi penggunaan bahan pangan disesuaikan dengan prinsip pengembangan FFQ (food frequency questionare) yaitu kandungan gizi dan frekuensi konsumsi. FFQ yang digunakan dalam penelitian ini adalah FFQ murni, artinya tidak ada kuntitas (porsi) makanan secara spesifik yang digunakan.
Pertimbangan kandungan gizi yang dimaksud adalah zat gizi yang memiliki korelasi kuat dengan penyebab masalah gizi, sedangkan pertimbangan frekuensi konsumsi yang dimaksud adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa hanya makanan dengan frekuensi konsumsi relatif tinggi yang dimasukan ke dalam formulir frekuensi penggunaaan bahan pangan. (Sirajuddin,dkk. 2015). Frekuensi konsumsi bahan pangan menggunakan 6 tingkatan yaitu :
1) lebih dari 1x / hari (6-10 x seminggu) artinya bahan makanan dikonsumsi lebih dari 1 kali perhari atau setiap kali makan
(30)
2) 1 x sehari (4-6 x seminggu), bahan makanan dikonsumsi hanya sekali sehari atau 4-6 kali dalam seminggu
3) 3-6 kali / minggu 4) 2-3 kali / seminggu 5) Kurang dari 1 x perbulan 6) Tidak pernah
3. Remaja a. Definisi Remaja
Menurut WHO (world Health Organization) remaja merupakan suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Setiap individu mengalami masa dimana semua proses biologis, psikologis dan sosiologis didalam dirinya mengalami perkembangan hingga mencapai kedewasaan.
b. Batasan usia remaja
Menurut WHO (world Health Organization) batas usia remaja adalah 10–19 tahun, menurut Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10–24 tahun dan belum menikah. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan remaja menuju kedewasaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu remaja awal 10- 13 tahun, remaja pertengahan 14-16, dan remaja lanjut 17-20 tahun (Istiany, 2013).
(31)
c. Perilaku makan remaja
Perilaku makan adalah cara seseorang dalam menerima dan memikirkan kebutuhan makannya yang dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Menurut Fradjia (2008) berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan.
Menurut Arnelia (2005), perilaku makan remaja yang sangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu
1) Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan
2) Kegemaran makan snacks serta Snacks (makanan kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah.
3) Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan yang dibawa dari rumah sebagai bagian dari life style (gaya hidup) Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein
4) Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink)
4. Kebutuhan Gizi a. Pengertian gizi
Gizi adalah suatu proses organisme yang menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tdak digunakan
(32)
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi ( Supariasa, dkk, 2002 ).
b. Gizi seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Menurut Kemenkes (Kementerian Kesehatan) gizi seimbang harus menerapkan 4 pilar gizi seimbang yaitu :
1) Mengkonsumsi makanan beragam 2) Membiasakan perilaku hidup bersih 3) Melakukan aktivitas fisik
4) Mempertahankan dan memantau berat badan (BB) normal c. Status gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005). Status gizi membantu didalam mengetahui riwayat kesehatan seseorang serta penanganan yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk menilai status gizi seseorang, dapat diketahui dengan pengukuran secara langsung yaitu dengan pengukuran antropometri.
(33)
1) Indeks antropometri
Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos yang berarti manusia (human being). Sehingga antropometri dapat diartikan sebagai pengukuran pada tubuh manusia (Soekirman, 2000). Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Salah satu contoh antropometri yaitu IMT (indeks massa tubuh) atau biasa disebut body mass index (Supariasa, 2002).
2) IMT
IMT merupakan alat sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi seseorang. Parameter yang digunakan adalah berat badan (BB) dan tinggi badan. Untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) seseorang, maka ada kategori ambang batas yang digunakan. Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson, 2005).
IMT =
Tabel 2.1. Kategori ambang batas IMT untuk indonesia
Kategori IMT
(kg/m2) Kurus Berat Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus
Ringan
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,1 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Ringan
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Gemuk berat Kelebihan berat badan tingkat berat ≥ 27,0 Sumber : Irnaningtyas, 2014
(34)
5. Hubungan Variasi Pangan Dengan Status Gizi Remaja
Status gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Ketiga faktor ini mempengaruhi tingkat kebutuhan nutrisi yang selanjutnya mempengaruhi status gizi (Ambarwati, 2012). Status gizi sesorang juga sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan zat dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu misalnya sehari , seminggu ataupun sebulan.
Usia remaja yang tergolong kedalam usia aktif dan produktif membutuhkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh karena remaja mempunyai karakteristik mulai mencoba atau mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma yang ada pada dirinya. Semakin aktif seseorang maka aktivitas juga akan semakin meningkat sehingga kebutuhan asupan nutrisi juga semakin banyak. Hal ini mendorong kesadaran di dalam diri seseorang untuk mencukupi terpenuhinya kebutuhan makan dengan mengkonsumsi makanan yang beragam atau yang bervariasi. Masa remaja sangat rawan terhadap masalah gizi karena banyak hal yang mempengaruhi kebiasaan remaja dalam memenuhi kebutuhan asupan tubuh seperti :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam mendukung tercapainya pemenuhan kebutuhan gizi seseorang terutama peran seorang ibu di dalam rumah. Seorang ibu yang menerapkan kebiasaan makan yang baik dan teratur akan sangat mempengaruhi kebiasaan seeorang anak . Status
(35)
ekonomi orang tua juga menentukan kulitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor genetik juga berpengaruh besar dalam status gizi seseorang.
Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%), jika salah satu orangtuanya mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40%, sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil (kurang dari 10%) ( Hergarty dalam Zuhdy, 2015) b. Metabolisme basal
Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya tinggi (Purwati, 2005).
c. Status tinggal
Status tinggal merupakan status bersama siapa remaja tinggal, baik bersama orang tua maupun tidak bersama orang tua (kos atau tinggal bersama keluarga lainnya). Ibu memegang peranan penting dalam menyediakan makanan yang bergizi bagi keluarga, sehingga memiliki pengaruh terhadap status gizi anak (Lazzeri et al., 2006; Rina dan Oktia, 2008)
(36)
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Zuhdy (2015) “Hubungan pola aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara”, hasil penelitian menunjukan menunjukkan terjadi beban ganda dalam permasalahan gizi (kekurangan dan kelebihan gizi) pelajar putri SMA kelas 1. Selain KEK (18,67%), terdapat 8% pelajar putri SMA yang mengalami obesitas sentral. Masalah gizi pada pelajar putri SMA cenderung kearah gizi lebih. Gizi lebih ini disebabkan pola makan camilan dan fast food yang berlebihan yang menyebabkan tingkat kecukupan lemak lebih. Variabel pengontrolan berat badan berhubungan secara bermakna pada semua indikator (p<0,05). Sedangkan pola aktivitas fisik tidak bermakna secara statistik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurjanah (2012) "Keadaan pengetahuan gizi dan pola konsumsi siswa program keahlian kompetensi jasa boga“, hasil penelitian menunjukan menunjukkan bahwa : 1) Pengetahuan gizi siswa program keahlian kompetensi Jasa Boga dalam kategori tinggi (56,42%), konsep remaja dalam kategori sangat tinggi (39,74%), konsep gizi remaja dalam kategori cukup (39,74%), kebutuhan gizi dalam kategori tinggi (44,87%), menu, ragam dan hidangan dalam kategori sangat tinggi (52,56%) ; 2) Pola konsumsi pangan terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, bauah-buahan, cemilan kering, cemilan basah, minuman dan junk food dengan pilihan frekuensi konsumsi makan adalah > 1x/hari, 1x/hari, 3x/minggu, <3x/minggu, <1x/minggu dan tidak pernah. Setiap orang memiliki pengetahuan untuk mempertimbangkan keputusan yang diambilnya salah satunya adalah pengetahuan
(37)
tentang makanan yang bergizi lengkap dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Dengan demikian, semakin baik pengetahuan gizi, maka semakin baik pula perilaku konsumsi makan sehari-hari.
C. Kerangka Berpikir
SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta merupakan SMA yang berada di kota Yogyakarta dengan latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu pendidikan yang berada dibawah yayasan swasta dan negeri. Jumlah jam pelajaran, aktivitas, pergaulan serta status sosial dan ekonomi siswa yang berbeda tentunya juga akan mempengaruhi pola konsumsi dan status gizi siswa. Pelajar kelas XI tergolong dalam usia remaja yang sudah mulai aktif dan produktif sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh karena remaja mempunyai karakteristik mulai mencoba atau mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma yang ada pada dirinya.
Variasi konsumsi makanan merupakan pola konsumsi yang beragam terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi berdasarkan kesukaan terhadap bahan panagn tersebut. Variasi makanan yang beragam dapat dinilai dari frekuensi penggunaan bahan panagn yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu misalnya tingkat keseringan mengkonsumsi bahan pangan dalam sehari,seminggu ataupun dalam beberapa bulan.
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Untuk menilai status gizi seseorang, dapat diketahui dengan pengukuran
(38)
Remaja Rawan Gizi
secara langsung yaitu dengan pengukuran antropometri. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Salah satu contoh antropometri yaitu IMT (indeks massa tubuh) atau biasa disebut body mass index.
Berikut diagram kerangka berpikir pada penelitian ini :
Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir
Status Gizi Remaja Indeks Antropometri
Pola konsumsi pangan - Variasi penggunaan
bahan pangan - Frekuensi pangan
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta SMAN 8 Yogyakarta
Swasta Negeri
Kelas XI SMA
IMT (indeks massa tubuh)
- Tinggi Badan - Berat Badan
(39)
D. Hipotesis
Hipotesis yang dapat penelitian kemukakan adalah :
1. Keanekaragaman konsumsi pangan kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta memiliki variasi dan frekuensi konsumsi yang tinggi.
2. Terdapat pengaruh nyata variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta.
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif kuantitatif yang dibagi menjadi statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan analisis korelasi product moment pearson. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan kuisioner identitas responden dan formulir frekuensi penggunaan bahan pangan atau FFQ (food frequency questionaire). Hasil dari penelitian ini akan didukung dengan hasil dari pemeriksaan antropometris responden yaitu tinggu badan (cm) dan berat badan (kg).
B. Batasan Penelitian
Batasan penelitian dalam penelitian ini meliputi : 1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis populasi heterogen yaitu pelajar kelas XI SMA di Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
3. Variasi konsumsi pangan
(41)
buahan, makanan komersil dan minuman dengan tingkat konsumsi yang tinggi di kalangan pelajar.
4. Frekuensi konsumsi pangan
Frekuensi konsumsi pangan merupakan tingkat konsumsi pangan yang dapat dilihat dari kategori frekuensi makan.
5. Status gizi
Status gizi yang digunakan berdasarkan IMT ( indeks massa tubuh) yang dianjurkan untuk Indonesia meliputi status gizi kurus berat, kurus ringan, normal, gemuk ringan dan gemuk berat.
C. Variabel penelitian
1. Variabel bebas (X) : variasi dan frekuensi konsumsi pangan remaja 2. Variabel terikat (Y) : status gizi remaja
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Formulir FFQ murni dan identitas responden
2. Pengukur berat badan menggunakan timbangan digital 3. Pengukur tinggi badan
4. Penggaris 5. Alat tulis
(42)
E. Cara Kerja
Penelitian dilakukan dalam beberapa langkah yaitu : 1. Persiapan
a. Pengembangan instrumen FFQ (food frequency questionaire)
Pengembangan instrumen dibagi menjadi tiga tahap, yaitu survei data, pengembangan FFQ dan formulir FFQ final. Semua jenis bahan makanan tidak dimasukan ke dalam formulir FFQ karena jumlah yang relatif banyak. Pada survei data, penelitian hanya difokuskan pada bahan makanan tertentu. Dalam pengembangan FFQ (food frequency questionaire) jenis bahan makanan yang masuk dalam formulir FFQ adalah makanan yang memiliki frekuensi konsumsi yang tinggi di kalangan pelajar, agar pelaksanaannya berjalan secara efektif dan efisien. Formulir FFQ yang digunakan dalam penelitian survei konsumsi telah melalui tahapan penyusunan standar formulir FFQ dengan 6 pilihan frekuensi makan dalam waktu tertentu.
b. Penentuan Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sample random sampling. Teknik sample random sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak dengan jenis sampel dalam populasi adalah heterogen.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar kelas XI SMA dari dua sekolah yaitu SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8
(43)
Yogyakarta. Siswa yang dilibatkan dari masing-masing sekolah sebanyak 30 orang, sehingga total responden yang digunakan sebanyak 60 siswa yang rata- rata berusia 17 – 20 tahun. (Istiany. 2013)
c. Perizinan
Sekolah merupakan instansi resmi sehingga untuk mendapatkan data, dilakukan komunikasi secara langsung maupun melalui surat yang melengkapi syarat pengambilan data di sekolah yang bersangkutan.
d. Penjadwalan
Penentuan jadwal kegiatan menjadi hal yang penting dalam kegiatan penelitian karena hal ini bertujuan agar dalam proses pegambilan data dan penelitian tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Berdasarkan kesepakan dengan pihak sekolah maka pengambilan data diizinkan pada saat class meeting sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas siswa di sekolah.
2. Pelaksanaan a. Pengambilan data
Pengambilan data pada masing-masing sekolah sudah disesuaikan dengan jadwal yang telah disepakati antara sekolah dan peneliti. Pada proses pengambilan data, ada beberapa tahapan yang harus siswa ikuti yaitu tahapan pengenalan dimana peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, tahapan selanjutnya adalah pengisian identitas responden dan pengisian formulir FFQ. Tahap yang terakhir adalah pengukuran antropometris melalui berat badan dan tinggi badan
(44)
Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan pita pengukur yang memiliki ketelitian 0,1 cm. Responden berdiri pada posisi sikap sempurna, yaitu badan berdiri tegak tanpa alas kaki, pandangan rata-rata air, dada dibusungkan dan sedikit menarik nafas.
Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan digital CAMRY EB9003 yang memiliki keakuratan sampai 1 digit di belakang koma (ons). Responden berdiri tegak di atas timbangan dengan menggunakan pakaian yang ringan, artinya pada saat penimbangan berat badan, pakaian atau aksesoris lain yang ada di tubuh dilepaskan terlebih dahulu seperti jaket, sepatu, jam tangan.
b. Pengolahan Data
Data yang diperolah nantinya akan ditabulasi ke dalam tabel menurut jenis kuisioner yang sudah di isi serta dianalisis berdasarkan tujuan dari penelitian ini.
1) Tabel Identitas Responden
Pada tabel ini berisi identitas dan hasil pengukuran antropometris tubuh. Pengukuran antropometris tubuh yang digunakan adalah IMT (indeks massa tubuh) berupa data tinggi badan (cm) dan berat badan (kg). Data hasil pengukuran IMT (indeks massa tubuh) akan menentukan status gizi masing-masing responden melalui analisis statistik deskriptif berupa diagram lingkaran.
(45)
2) Tabel frekuensi penggunaan bahan pangan atau FFQ (food frequency questionaire)
Pada tabel ini berisi data nama bahan makanan yang dikonsumsi sangat sering serta terdapat 6 opsi untuk pilihan frekuensi makan. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif ke dalam bentuk tabel variasi dan frekuensi makan di kalangan pelajar dan tabel variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan. Berikut disajikan tabel kategori frekuensi penggunaan bahan pangan
Tabel 3.1 Kategori frekuensi penggunaan bahan pangan Skor kategori Skor Keterangan
A = 6 331-360 lebih dari 1x / hari ( 6-10 x seminggu) B = 5 241-330 1 x sehari (4-6 x seminggu)
C = 4 181-240 3 – 6 kali / minggu D = 3 121-180 1 – 2 kali / minggu E = 2 61-120 Kurang dari 1 x perbulan
F= 1 0- 60 Tidak pernah Suharjo dalam Nurjanah, 2012
.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta pengaruhnya terhadap status gizi dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,
Skor masing-masing bahan makanan adalah : ∑ nilai skor kategori yang dikonsumsi siswa
(46)
yaitu statistik deskriptif dan analisis korelasi product moment pearson. Analisis korelasi product moment pearson menggunakan program SPSS versi 16.0
1. Statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi ataupun dalam bentuk visual seperti histogram, diagram batang dan diagram lingkaran. Pada penelitian ini, analisis dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi pangan remaja yang dilihat dari hasil formulir FFQ (food frequency questionaire) dalam bentuk tabel variasi dan kategori frekuensi makan dan variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan. Selain itu, analisis ini juga digunakan untuk menggambarkan status gizi di kalangan pelajar melalui diagram lingkaran.
2. Korelasi Product Moment Pearson
pengujian korelasi product moment pearson digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak. Jenis data yang digunakan untuk kedua variabel adalah data rasio dan interval dengan distribusi normal. Persamaanya dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
nilai r dapat digunakan untuk :
a. Melihat hubungan dua variabel dengan kriteria :
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima (tidak terdapat hubungan antara dua variabel)
�
=
∑ ∑ � �(47)
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak (terdapat hubungan antara dua variabel) b. Melihat nilai koefisien korelasi untuk mengukur kekuatan suatu hubungan
antar variabel.
1) Korelasi positif (+) berarti jika variabel X naik, maka variabel Y juga akan bertambah naik.
2) Korelasi (-) berarti jika variabel X mengalami kenaikan, maka Y mengalami penurunan
Nilai koefisien korelasi dapat menentukan keeratan hubungan antar variabel yang digunakan. Berikut pedoman yang digunakan untuk menafsirkan hasil koefisien korelasi :
Tabel.3.2 Pedoman menentukan tingkat keeratan korelasi
Interval koefisien (r) Tingkat hubungan 0,00 sampai dengan 0,20 Keeratan sangat lemah 0,21 sampai dengan 0,40 Keeratan lemah
0,41 sampai dengan 0,70 Keeratan kuat
0,71 sampai dengan 0,90 Keeratan sangat kuat 0,91 sampai dengan 0,00 Keeratan kuat sekali
1 Sempurna
(48)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, maka dalam bab ini akan disajikan analisis hasil dan pembahasan. Hasil dan pembahasan akan dikelompokkan menjadi tiga subbab yaitu pola konsumsi remaja, status gizi di kalangan pelajar dan pengaruh variasi dan frekuensi penggunaan bahan pangan terhadap status gizi di kalangan pelajar. Pola konsumsi remaja dianalisi dari hasil formulir FFQ (food frequency questionaire) untuk melihat variasi dan frekuensi penggunaan bahan pangan serta variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan.
A. Pola Konsumsi pangan di kalangan pelajar
Pola konsumsi pangan dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran secara umum data variasi dan frekuensi pangan serta variasi konsumsi berdasarkan bahan pangan di kalangan pelajar
1. Variasi dan Frekuensi Pangan di Kalangan Pelajar
Variasi konsumsi pangan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi enam kategori frekuensi makan yaitu kategori A, B, C, D, E dan F. Bahan makanan dan minuman dikelompokkan menjadi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan, makanan komersial, dan minuman. Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat di ketahui variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar khususnya di SMA N 8 Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
(49)
Tabel 4.1 Variasi dan Frekuensi Pangan SMA N 8 dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Bahan makanan/
minuman Jenis Pangan
Skor kategori Kategori frekuensi makan Makanan Pokok
1. Nasi putih 335 A
2. Nasi merah 82 E
3. Jagung 88 E
4. Singkong 100 E
5. Kentang 165 D
6. Mie (non mie instan ) 146 D
7. Roti 224 C
Lauk hewani
1. Daging 240 C
2. Ayam 259 B
3. Telur 269 B
4. Ikan 208 C
5.Seafood (udang ,cumi) 162 D
Lauk nabati 1. Tahu 241 B
2. Tempe 270 B
Sayuran
1. Bayam 189 C
2. Kangkung 192 C
3. Brokoli 179 D
4. Sawi 194 C
5. Daun singkong 145 D
6. Kacang panjang 157 D
7. Buncis 164 D
8. Wortel 231 C
9. Lainnya 183 C
Buah-buahan
1. Jeruk 216 C
2. Apel 233 C
3. Mangga 215 C
4. Pisang 209 C
5. Semangka 162 D
6. Melon 161 D
7. Alpukat 149 D
8. Jambu biji 136 D
(50)
Frekuensi penggunaan variasi bahan pangan berdasarkan Tabel 4.1 dikelompokan menjadi enam tingkatan dengan kategori frekuensi pangan A, B, C, D, E, F yang masing-masing memiliki skor interval yang diperoleh dari hasil survey kebiasaan konsumsi pangan responden (siswa). Berikut tabel kategori pengelompokan variasi bahan pangan serta jenis bahan pangan yang dikonsumsi siswa
Tabel 4.2. Kategori A dengan skor interval 331-360 Bahan makanan/
minuman Jenis Pangan
Skor kategori Kategori frekuensi makan Makanan komersial
1.Fried chicken 190 C
2. Donat 148 D
3. Humburger 133 D
4. Pizza 131 D
5. Mie instan 168 D
Minuman
1. Softdrink 193 C
2. Kopi 149 D
3. Susu 240 C
4. Teh manis 227 C
5. Teh tawar 115 E
6. Sirup 116 E
7.Minuman sachet 164 D
8. Jus / sup buah 203 C
Total 4228
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan Makanan pokok Nasi putih
Lauk hewani -
Lauk nabati -
Sayuran -
Buah-buahan -
Makanan komersial -
(51)
Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori A adalah makanan yang dikonsumsi lebih dari 1x/hari (6-10 x seminggu). Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk ke dalam kategori A dengan jumlah skor 331 sampai 360 adalah makanan pokok yaitu nasi putih. Sedangkan untuk kelompok bahan pangan makanan pokok lainnya tidak termasuk ke dalam kelompok bahan pangan yang masuk ke dalam kategori tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa nasi putih merupakan makanan pokok yang paling sering dikonsumsi oleh semua pelajar di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta.
Tabel 4.3 Kategori B dengan skor interval 241-330
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan
Makanan pokok -
Lauk hewani Ayam dan telur
Lauk nabati Tahu dan tempe
Sayuran -
Buah-buahan -
Makanan komersial -
Minuman -
Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori B adalah makanan yang dikonsumsi 1 x sehari (4-6 x seminggu). Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk ke dalam kategori B dengan jumlah skor 241-330 adalah lauk hewani dan lauk nabati. Lauk hewani terdiri dari ayam dan telur, sedangkan lauk nabati terdiri dari tahu dan tempe. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ayam, telur, tahu, tempe adalah makanan pelengkap yang frekuensi makannya hanya sekitar 1 x dalam sehari.
(52)
Tabel 4.4 Kategori C dengan skor interval 181-240
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan
Makanan pokok Roti
Lauk hewani Daging, ikan
Lauk nabati -
Sayuran Bayam, kangkung, sawi, wortel, dan sayuran lainnya.
Buah-buahan Jeruk, apel, mangga, pisang dan buah lainnya
Makanan komersial Fried Chicken
Minuman Softdrink, Susu, Teh Manis dan Jus/Sup Buah
Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori C adalah makanan yang dikonsumsi 3-6 kali / minggu. Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk kedalam kategori C dengan jumlah skor 181 sampai 240 adalah makanan pokok, lauk hewani, sayuran, buah-buahan, makanan komersil, dan minuman. Makanan Pokok yaitu roti, Lauk hewani terdiri dari daging dan ikan, Sayuran terdiri dari bayam, kangkung, sawi, wortel dan sayuran lainnya, Buah-buahan terdiri dari jeruk, apel, mangga, pisang dan buah lainnya, Makanan komersil yaitu fried chicken, minuman terdiri dari softdrink, susu, teh manis dan jus/sup buah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir semua jenis bahan makanan masuk dalam frekuensi kategori C kecuali dari kelompok bahan makanan lauk nabati.
Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori D adalah makanan yang dikonsumsi 1-2 kali / minggu. Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk kedalam kategori D dengan jumlah skor 121 sampai 180 adalah makanan pokok, lauk hewani, sayuran, buah-buahan, makanan komersil,
(53)
dan minuman. Makanan Pokok terdiri dari kentang dan mie ( non instan ), Lauk hewani terdiri dari seafood ( udang dan cumi ), Sayuran terdiri dari brokoli, daun singkong, kacang panjang, buncis dan wortel, Buah-buahan terdiri dari semangka, melon, alpukat, jambu biji dan anggur, Makanan komersil terdiri dari donat, humburger, pizza dan mie instan, minuman terdiri dari kopi dan minuman sachet. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir semua jenis bahan makanan masuk dalam frekuensi kategori D kecuali dari kelompok bahan makanan lauk nabati.
Tabel 4.5 Kategori D dengan skor interval 121-180
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan
Makanan pokok Kentang, Mie ( Non Instan ) Lauk hewani Seafood ( udang, cumi )
Lauk nabati -
Sayuran Brokoli, Daun Singkong, Kacang Panjang, Buncis
Buah-buahan Semangka, Melon, Alpukat, Jambu Biji dan Anggur
Makanan komersial Donat, Humburger, Pizza dan Mie Instan
Minuman Kopi dan Minuman Sachet
Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori E adalah makanan yang dikonsumsi < 1 x sebulan. Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk ke dalam kategori E dengan jumlah skor 61 sampai 120 adalah makanan pokok dan minuman. Makanan Pokok terdiri dari nasi merah, jagung dan singkong, Minuman terdiri dari teh tawar dan sirup. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis bahan makanan yang masuk dalam frekuensi kategori E hanya dari kategori makanan pokok dan minuman saja.
(54)
Tabel 4.6 Kategori E dengan skor interval 61-120
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan Makanan pokok Nasi Merah, Jagung dan Singkong
Lauk hewani -
Lauk nabati -
Sayuran -
Buah-buahan -
Makanan komersial -
Minuman Teh Tawar dan Sirup
Makanan yang dikelompokan kedalam kategori F dengan skor 0-60 adalah makanan yang tidak pernah dikonsumsi. Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa tidak ada variasi makanan yang masuk kedalam frekuensi kategori tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua jenis bahan pangan yang masuk dalam kelompok bahan pangan dalam penelitian ini pernah dikonsumsi oleh pelajar walaupun dalam frekuensi kategori yang berbeda.
Tabel 4.7 Kategori F dengan skor interval 0 - 60
Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan
Makanan pokok -
Lauk hewani -
Lauk nabati -
Sayuran -
Buah-buahan -
Makanan komersial -
Minuman -
2. Variasi kosumsi pangan berdasarkan bahan makanan
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan nilai skor tertinggi diperoleh dari jenis makanan pokok yaitu nasi putih yakni sebesar 335 dan nilai terendah untuk nasi merah yakni sebesar 82. Hal ini berarti bahwa nasi putih menjadi pilihan utama untuk menjadi makanan pokok bagi
(55)
pelajar di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8. Jika dilihat dari total skor untuk masing-masing jenis makanan, dapat dilihat bahwa angka tersebut menunjukan frekuensi bahan pangan yang dikonsumsi siswa sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kesukaan terhadap jenis makanan tertentu.
a) Makanan pokok
Makanan pokok merupakan makanan yang setiap hari kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Jika dilihat dari pengelompokan nama bahan pangan dari makanan pokok, nasi putih memiliki jumlah skor tertinggi yaitu sebesar 335. Hal ini berarti tingkat konsumsi nasi putih siswa kelas XI lebih dari 1x / hari atau 6-10 x seminggu
Makanan pokok tergolong kedalam sumber utama karbohidrat sebagai penghasil energi dalam tubuh. Karbohidrat dalam makanan dibagi menjadi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa), dan polisakarida (amilum/pati dan glikogen). Jika kekurangan karbohidrat dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan, kekurangan glukosa dalam darah, dan lain-lain, sedangkan kelebihan karbohidrat dapat menyebabkan kegemukan karena sebagian dari karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi.
b) Lauk hewani
Berdasarkan kelompok bahan pangan dari lauk hewani, telur memiliki jumlah konsumsi paling banyak dibandingkan sumber lauk hewani yang lain yaitu sebesar 269. Hal ini berarti frekuensi penggunaan bahan lauk hewani telur minimal 1 x sehari atau 4-6 x seminggu.
(56)
Lauk hewani merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan sehingga protein hewani disebut juga sebagai protein komplit di dalam tubuh. Lauk hewani seperti telur merupakan sumber diet protein yang baik karena jika kelebihan asupan protein dalam tubuh dapat mengakibatkan obesitas sedangkan jika kekurangan asupan protein, tubuh akan mengalami kegagalan pertumbuhan atau terjadi kurang energi protein (KEP). Selain mengandung protein, lauk hewani juga mengandung lemak yang merupakan sumber asam lemak esensial yang diperlukan pada masa pertumbuhan sebagai suplai energi yang berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin di dalam lemak.
c) Lauk nabati
Lauk nabati merupakan semua bahan makanan sumber lauk pauk nabati yang biasanya dikenal sebagai sumber protein nabati. Sebagian besar sumber yang terkandung di dalam protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacangan adalah protein tidak komplit, artinya protein yang terkandung didalam bahan makanan mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang kurang. Jenis bahan pangan dalam penelitian ini tergolong ke dalam jenis protein komplit artinya mengandung asam amino dalam porsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan.
Sumber lauk nabati yang terdaftar dalam tabel frekuensi penggunaan bahan pangan dalam penelitian ini adalah tahu dan tempe. Berdasarkan kelompok bahan pangan dari lauk nabati, tempe memiliki jumlah konsumsi
(57)
paling banyak dibandingkan sumber lauk hewani yang lain yaitu sebesar 270. Hal ini berarti frekuensi penggunaan bahan lauk nabati yaitu tempe minimal 1 x sehari atau 4-6 x seminggu. Berdasarkan penilaian mutu protein, makanan yang mempunyai nilai NB (nilai biologik) 70 atau lebih dianggap mampu mendukung proses pertumbuhan bila dimakan dalam jumlah yang cukup dan konsumsi energi yang mencukupi. kelompok kacang kedelai atau kacang-kacangan memiliki nilai NB (nilai biologik) 73, artinya dengan mengkonsumsi tempe, minimal 1 x sehari sudah mampu memenuhi kebutuhan asam amino untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pemiliharaan.
d) Sayuran
Sayur merupakan semua jenis tanaman atau bagian tanaman yang kaya akan serat serta mengandung sumber vitamin. Serat merupakan komponen jaringan terpenting dari sayur-sayuran karena sayuran dapat berasal dari akar, batang maupun daun tumbuhan. Serat makanan mengandung selulosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia namun dapat membuat tubuh merasa kenyang kebih lama. Selain itu, serat dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu fungsi saluran cerna melalui aktivitas rangsangan didalam usus sehingga mempermudah proses pembuangan dari usus besar.
Setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan. Berdasarkan data dari Tabel 4.1 frekuensi penggunaan bahan
(58)
sayuran, wortel memiliki jumlah skor paling tinggi yaitu sebesar 231 atau dikonsumsi 3-6 kali / minggu.
Wortel merupakan salah satu sumber vitamin A dalam kandungan zat makanan yang berfungsi untuk diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, fungsi kekebalan tubuh serta berperan dalam proses reproduksi. Kandungan nilai vitamin A pada wortel berdasarkan analisis bahan makanan adalah 3600 RE (Retinol Ekivalen) sedangkan berdasarkan angka kecukupan gizi vitamin A yang dianjurkan untuk Indoesia terutama pada usia remaja 16–19 tahun adalah 700 RE (Retinol Ekivalen) (Almatsier.2009) artinya dengan frekuensi konsumsi 3-6 kali / minggu, asupan vitamin A dalam wortel sudah terpenuhi untuk pemiliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup.
e) Buah-buahan
Buah –buahan merupakan bahan pangan yang termasuk penting dan semestinya ada dalam daftar menu makanan sehari-hari. Buah mengandung berbagai sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh contohnya protein, vitamin, mineral dan serat.
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 frekuensi penggunaan buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi adalah buah apel dan jenis buahan lainnya yaitu buah di luar dari tabel frekuensi penggunaan bahan pangan sumber buah-buahan misalnya buah naga, buah pir, buah strawbery, dan lain-lain. Skor total yang diperoleh dari buah apel dan jenis lain dari buah-buah yang dikonsumsi sebesar 233 atau minimal dikonsumsi 3-6 kali / minggu.
(59)
Berdasarkan TGS (Tumpeng Gizi Seimbang) anjuran konsumsi buah adalah 2-3 porsi dimana dalam satu porsinya mengandung 50 gram zat gizi, 50 kalori dan 10 gram karbohidrat. Kebiasaan para siswa yang sebagian besar mengkonsumsi buah 3-6 kali / minggu, berarti kemungkinan besar siswa mengkonsumsi buah minimal 2 hari sekali dalam seminggu. Jumlah dan porsi konsumsi masing-masing individu pasti berbeda, jika kandungan zat gizi di dalam buah sudah mencukupi zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk 2-3 porsi, maka frekuensi mengkonsumsi makanan tersebut dapat dikatakan mencukupi kebutuhan gizi karena pada intinya definisi gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas dan menjaga kesehatan tubuh.
f) Makanan komersial
Makanan komersial dimaksudkan untuk jenis-jenis makanan yang kualitas dan cita rasanya sangat diperhatikan serta tergolong ke dalam harga cukup mahal. Makanan seperti ini biasanya sering ditemui di restauran, cafe, dan lain-lain. Jenis makanan komersial yang digunakan dalam penelitian ini adalah makanan yang tergolong kedalam makanan cepat saji seperti Fried chicken, donat, humburger, pizza dan mie instan.
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 frekuensi penggunaan makanan komersial yang paling banyak adalah Fried chicken yaitu sebesar 190. Hal ini berarti penggunaan bahan pangan komersil adalah 3-6 kali / minggu. Makanan yang tergolong kedalam makanan komersil merupakan makanan yang sangat mudah mempengaruhi minat para remaja untuk mencobanya
(60)
karena makanan tersebut cenderung cepat dalam hal penyajiannya. Kebiasaan mengkonsumsi makanan komersial seperti fried chicken, donat, humburger, pizza dan mie instan dapat menyebabkan remaja rentan sekali dalam masalah gizi seperti anemia, kelebihan berat badan, kekurangan gizi serta penyakit yang diakibatkan oleh zat-zat tambahan dalam bahan makanan yang merugikan tubuh.
g) Minuman
Kebutuhan tubuh lainnya selain makanan adalah minuman. Hal ini menjadi penting agar metabolisme tubuh dapat berjalan secara baik dan normal sehingga tetap terjaga kelangsungan hidupnya. Minuman yang digunakan pada penelitian ini adalah minuman yang lazim disajikan dan disukai para remaja sesuai kesukaannya terhadap jenis minuman tersebut. Jenis –jenis minuman tersebut adalah softdrink, kopi, Susu, Teh manis, Teh tawar, Sirup, Minuman sachet dan Jus / sup buah.
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 jenis minuman yang paling banyak di minuman adalah susu dengan skor sebesar 240. Hal ini berarti diantara jenis minuman yang lazim disajikan dan disukai, remaja masih memiliki kesukaan yang besar untuk mengkonsumsi minuman susu. Dilihat dari skor yang ada, dapat diketahui bahwa frekuensi meminum susu adalah 3-6 kali / minggu.
Tubuh manusia memerlukan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu merupakan salah atu sumber nutrisi terbaik yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain sebagai pelengkap, susu juga sebagai
(61)
penyempurna makanan yang kita konsumsi sehari-hari karena didalam susu terkandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat variasi makanan, diketahui bahwa setiap jenis bahan pangan yang dikonsumsi oleh siswa memiliki tingkat variasi yang berbeda pula. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan siswa seperti kebiasaan makan, kesukaan terhadap makanan tertentu, lingkungan keluarga dan status ekonomi orang tua, tempat tinggal maupun pergaulan. Semakin bervariasi makanan yang dikonsumsi, maka kandungan zat gizi dalam makanan tersebut diharapkan akan mencukupi terpenuhnya kebutuhan gizi dalam tubuh. Kebutuhan gizi dalam tubuh harus pula disesuaikan dengan prinsip Nutrition Guide For Balance Diet yang telah disepakati bersama dalam konferensi pangan sedunia di Roma tahun 1992. Prinsip tersebut di Indonesia dikenal dengan pedoman gizi seimbang (PGS) yang menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih serta selalu memperhatikan berat badan normal.
B. Status Gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
(62)
tubuh. Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan. Dalam penelitian ini, indeks massa tubuh yang digunakan adalah tinggi badan dan berat badan. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui data mengenai rata-rata berat badan dan tinggi badan responden sebagai berikut
Tabel. 4.8. Rata-rata IMT siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta
Rata-rata SMA Pangudi Luhur
SMA N 8 Yogyakarta
Rata-rata total Tinggi badan (cm) 166,76 166,6 166,68
Berat badan (kg) 64,98 57,18 61,08
Status gizi pelajar kelas XI di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut diketahui persentase dan jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori status gizi kurus berat, kurus ringan, normal, gemuk ringan dan gemuk berat
(63)
Gambar 4.1. menunjukan data status gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta dengan menggunakan perhitungan indeks antropometri tubuh dari data kuisioner berat badan serta tinggi badan siswa dari kedua sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas siswa kelas XI memiliki status gizi normal yakni mencapai 35 orang atau 58 % dari total siswa kedua sekolah sebanyak 60 orang. Siswa yang tergolong kedalam status gizi kurus berat sebanyak 6 orang atau sekitar 10 %, siswa yang kurus ringan dan gemuk berat memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing 7 orang atau sekitar 12% sedangkan siswa dengan status gizi gemuk ringan sebanyak 5 orang atau sekitar 8%.
Status gizi normal terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat-zat gizi yang mencukupi kebutuhan tubuh sehingga memungkinkan tubuh untuk melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan terutama yang terjadi pada usia remaja. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2001). Pada pengelompokan status gizi, gizi kurang termasuk kedalam kelompok status gizi kurus ringan dan kurus berat. Status gizi lebih (gemuk ringan dan gemuk berat) merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak.
Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan berpengaruh terhadap keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan efek toksik atau membahayakan di dalam tubuh sehingga jika hal ini terus dibiarkan akan menyebabkan gangguan
(64)
yang sangat fatal bagi tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Gangguan gizi tersebut disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer merupakan faktor yang menjadi pokok dalam permasalahan gizi tersebut terutama dalam hal makanan seperti kurangnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan terhadap pentingnya pola konsumsi pangan yang baik serta nutrisi yang dibutuhkan tubuh, kebiasaaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua kondisi yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel- sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan, penggunaan obat-obatan tertentu, adanya penyakit yang diderita sehingga mengganggu metabolisme tubuh serta kondisi kesehatan tubuh yang kurang baik akibat adanya parasit yang mengganggu proses absorpsi zat-zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2006).
C. Pengaruh Variasi Konsumsi Pangan Terhadap Status Gizi
Variasi konsumsi bahan pangan diperoleh dari data keseluruhan kategori bahan pangan yang dikonsumsi masing-masing siswa, kemudian dianalisis guna mengetahui pengaruhnya terhadap status gizi yang dimiliki oleh siswa.
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengukur data yang digunakan dalam penelitian apakah memiliki distribusi normal atau tidak. adalah data berdistribusi normal, adalah data berdistribusi tidak normal. Jika probabilitas > 0,05 maka diterima sedangkan jika probabilitas ≤ 0,05 maka ditolak.
(65)
Berdasarkan hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov, tampak bahwa nilai status gizi adalah 2,264 > 0,05 maka data normal, nilai variasi konsumsi pangan 0,718 > 0,05 maka data normal. Nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 dengan demikian berarti diterima dan ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data variasi konsumsi bahan pangan dan status gizi berdistribusi normal.
Tabel 4.9. Uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov
Status Gizi
Variasi Konsumsi
Pangan
N 60 60
Normal Parametersa Mean 2.9333 1.4087E2 Std. Deviation 1.03934 2.21623E1 Most Extreme
Differences
Absolute .292 .093
Positive .291 .093
Negative -.292 -.040
Kolmogorov-Smirnov Z 2.264 .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .681
a. Test distribution is Normal
2. Korelasi Product Moment Pearson
Analisis pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi di kalangan Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta digunakan Korelasi Product Moment Pearson. Pada pengujian hipotesis ini menggunakan alpha 0,05 (α = 5%). Jika hasil signifikansi ≤ 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh nyata antara variasi konsumsi pangan terhadap status gizi di kalangan Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.
(66)
Berdasarkan hasil uji dengan Korelasi Product Moment Pearson dapat diketahui bahwa variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan yakni sebesar 0,05 (5%). Nilai koefisien korelasi r variasi konsumsi pangan dengan status gizi diperoleh yakni sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat. Semakin bervariasi makanan yang dikonsumsi di Kalangan Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta sebesar satu satuan maka status gizi akan semakin meningkat sebesar 0,823 satu satuan.
Tabel 4.10. uji korelasi product moment pearson
Keterangan Status gizi Variasi konsumsi pangan Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N
1
60
0,823 .000
60 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N
0,823 .000
60
1
60
Hal yang menarik dari hasil penelitian ini bahwa secara umum variasi makanan berpengaruh nyata terhadap status gizi di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta. Banyak hal yang dapat menyebabkan hal ini seperti pola makan, jenis makanan, sifat genetik dari para
(67)
siswanya, kebiasaan makan, pergaulan, status ekonomi keluarga, dll. (Thamrin et al., 2008).
Variasi pangan di kalangan pelajar kelas XI dalam penelitian ini memiliki hubungan yang signifikan terhadap status gizi remaja, artinya variasi makanan sangat berpengaruh nyata terhadap status gizi. Hal ini dikarenakan setiap makanan yang dikonsumsi mengandung berbagai jenis zat yang dibutuhkan oleh tubuh terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Variasi makanan tersebut dapat diihat dari banyaknya frekuensi penggunaan bahan pangan dalam waktu tertentu misalnya dalam waktu satu hari, seminggu ataupun sebulan. Variasi makanan tidak hanya terbatas dalam daftar jenis bahan pangan yang terdapat dalam penelitian ini saja, tetapi juga masih banyak jenis makanan yang lebih menarik berdasarkan tingkat kesukaan masing-masing siswa tersebut.
Usia remaja merupakan usia dimana seluruh aktivitas di dalam tubuh meningkat seperti aktivitas fisik maupun aktivitas di dalam tubuh yang berkaitan dengan kegiatan metabolisme tubuh. Menurut (Irianto, 2014) Semakin meningkat aktivitas tubuh maka semakin baik pula status gizi seseorang. Hal ini karena semakin meningkatnya aktivitas tubuh maka semakin banyak energi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga diperlukan asupan nutrisi yang lebih banyak.
Pertumbuhan pada usia remaja sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan menyebabkan pertumbuhan yang menyimpang (Pahlevi, 2012). Penyimpangan yang terjadi baik berupa fisik maupun kondisi kesehatan tubuh seperti pertumbuhan yang terhambat, tinggi badan yang tidak sesuai usia,
(68)
kekurangan berat badan maupun kelebihan berat badan, melemahnya otot-otot tubuh serta anemia yang menyebabkan kesulitan untuk berkonsentrasi. Pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan telah memenuhi kebutuhan tubuh (Indriasari, 2013). Asupan zat gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dalam variasi makanan yang dikonsumsi sehari-hari sangat besar dampaknya terhadap status gizi seseorang karena akan berpengaruh kepada keseimbangan energi yang berdampak terhadap terjadinya masalah gizi. Seseorang memerlukan sejumlah zat gizi untuk dapat hidup sehat serta dapat mempertahankan kesehatannya (Almatsier, 2009).
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian, sehingga penulis hanya membahas mengenai variasi dan frekuensi makan serta status gizi pelajar kelas XI. Keterbatasan yang peneliti rasa perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan kuisioner untuk pengambilan data hendaknya dilengkapi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pelajar, sehingga mempermudah penulis dalam memperdalam analisis status gizi.
(69)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Variasi konsumsi sumber bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan, makanan komersial dan minuman di kalangan pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta sangat beragam. 2. Frekuensi konsumsi bahan pangan di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8
Yogyakarta memiliki tingkat frekuensi yang berbeda.
3. Variasi konsumsi pangan berpengaruh nyata terhadap status gizi. Berdasarkan uji korelasi product moment pearson, terdapat pengaruh nyata antara variasi konsumsi makanan terhadap status gizi siswa. Berdasarkan hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT), dapat diketahui bahwa dari 60 responden terdapat 10 % yang mengalami status gizi kurus berat, 12 % kurus ringan, 58 % normal, 8 % gemuk ringan dan 12 % gemuk berat.
(1)
4. Pizza 5. Mie instan Minuman
1. Softdrink 2. Kopi 3. Susu 4. Teh manis 5. Teh tawar 6. Sirup 7. Minuman
sachet
(2)
No Berat Badan (KG)
Tinggi Badan (CM)
Tinggi Badan
(M) IMT Status Gizi Skor
1 84,50 170 1,70 29,24 Gemuk Berat 5
2 58,50 174 1,74 19,32 Normal 3
3 46,00 160 1,60 17,97 Kurus Ringan 2
4 55,60 172 1,72 18,79 Normal 3
5 55,00 170 1,70 19,03 Normal 3
6 77,00 171 1,71 26,33 Gemuk Ringan 4
7 73,00 168 1,68 25,86 Gemuk Ringan 4
8 65,00 162 1,62 24,77 Normal 3
9 42,90 151 1,51 18,81 Normal 3
10 42,00 163 1,63 15,81 Kurus Berat 1
11 49,60 152 1,52 21,47 Normal 3
12 42,30 160 1,60 16,52 Kurus Berat 1
13 63,00 153 1,53 26,91 Gemuk Ringan 4
14 65,60 174 1,74 21,67 Normal 3
15 73,30 170 1,70 25,36 Gemuk Ringan 4
16 143,30 172 1,72 48,44 Gemuk Berat 5
17 65,10 173 1,73 21,75 Normal 3
18 81,20 180 1,80 25,06 Normal 3
(3)
No Berat Badan
(KG)
Tinggi Badan (CM)
Tinggi Badan
(M) IMT Status Gizi Skor
20 42,10 165 1,65 15,46 Kurus Berat 1
21 81,50 164 1,64 30,30 Gemuk Berat 5
22 46,40 154 1,54 19,56 Normal 3
23 57,30 166 1,66 20,79 Normal 3
24 58,60 167 1,67 21,01 Normal 3
25 44,90 162 1,62 17,11 Kurus Ringan 2
26 48,60 172 1,72 16,43 Kurus Berat 1
27 124,80 175 1,75 40,75 Gemuk Berat 5
28 60,30 182 1,82 18,20 Kurus Ringan 2
29 59,00 169 1,69 20,66 Normal 3
30 76,80 164 1,64 28,55 Gemuk Berat 5
SMA N 8 YOGYAKARTA
No Berat Badan
(KG)
Tinggi Badan (CM)
Tinggi Badan
(M) IMT Status Gizi Skor
1 75,70 173 1,73 25,29 Gemuk Ringan 4
2 67,40 175 1,75 22,01 Normal 3
3 49,80 154 1,54 21,00 Normal 3
4 49,40 159 1,59 19,54 Normal 3
(4)
6 53,80 174 1,74 17,77 Kurus Ringan 2
7 47,60 158 1,58 19,07 Normal 3
8 65,20 165 1,65 23,95 Normal 3
9 46,70 162 1,62 17,79 Kurus Ringan 2
10 80,60 186 1,86 23,30 Normal 3
11 67,00 190 1,90 18,56 Normal 3
12 71,60 176 1,76 23,11 Normal 3
13 60,90 176 1,76 19,66 Normal 3
14 54,60 158 1,58 21,87 Normal 3
15 44,40 163 1,63 16,71 Kurus Berat 1
16 55,90 163 1,63 21,04 Normal 3
17 82,80 173 1,73 27,67 Gemuk Berat 5
18 52,20 165 1,65 19,17 Normal 3
19 55,50 168 1,68 19,66 Normal 3
20 41,50 157 1,57 16,84 Kurus Berat 1
21 58,70 157 1,57 23,81 Normal 3
22 55,50 167 1,67 19,90 Normal 3
23 61,90 171 1,71 21,17 Normal 3
24 53,60 156 1,56 22,02 Normal 3
25 43,50 159 1,59 17,21 Kurus Ringan 2
(5)
No Berat Badan
(KG)
Tinggi Badan (CM)
Tinggi Badan
(M) IMT Status Gizi Skor
27 47,70 163 1,63 17,95 Kurus Ringan 2
28 58,00 167 1,67 20,80 Normal 3
29 49,10 160 1,60 19,18 Normal 3
(6)
Alat yang digunakan 1. Timbangan
digital CAMRY EB9003
2. Pita pengukur Proses pengambilan data
1 2
Keadaan kelas