44
kekurangan zat gizi. Pola makan fast food yang dilakukan terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan pada usia selanjutnya. Hal-hal tersebut dapat memicu
risiko penyakit salah satunya diabetes melitus. Apabila melihat data pada Gambar 4.1. bahwa 12 responden dengan
persentase frekuensi nongkrong setiap hari jika tidak diiringi persentase frekuensi konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi pula maka risiko terkena
diabetes melitus masih dapat dicegah. Begitu pula untuk responden dengan persentase frekuensi lainnya apabila tidak memiliki kencenderungan frekuensi
konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi maka risiko terkena diabetes melitus dapat ditekan. Sebaliknya, jika frekuensi konsumsi makanan dan minuman
manis tinggi akan berakibat risiko mengidap diabetes melitus, bahkan pada usia dini.
C. Perilaku Konsumsi
Kebiasaan nongkrong responden tentu berkaitan dengan perilaku konsumsinya juga. Oleh karena itu perlu adanya peninjauan mengenai perilaku konsumsi
meliputi kesukaan responden dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis,
frekuensi konsumsi minuman bersoda soft drink, dan frekuensi konsumsi
makanan dan minuman manis. Sebanyak 82 dari jumlah responden menyatakan bahwa mereka menyukai
makanan dan minuman manis sehingga frekuensi konsumsi tinggi pula, sedangkan yang menjawab tidak suka untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis
sebanyak 18. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan selera konsumsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
terhadap makanan dan minuman yang hendak dikonsumsi. Kehidupan sosial dan aktivitas yang dilakukan dapat pula mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.
Gambar 4.6. Persentase Kesukaan Responden dalam Mengonsumsi Makanan dan Minuman Manis
Seseorang yang menyukai makanan dan minuman manis akan cenderung mengonsumsi makanan atau minuman manis dalam jumlah yang banyak.
Dampaknya bila seseorang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman manis dalam jumlah besar maka asupan glukosa tinggi. Apabila hal ini
dibiarkan terus menerus maka kandungan gula dalam darah akan meningkat dan menganggu kerja hormon insulin dalam mengubah glukosa menjadi glikogen. Hal
ini yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang berakibat pada penyakit diabetes melitus.
Menurut data pada Gambar 4.7., dapat dinyatakan bahwa jumlah konsumsi makanan dan minuman manis dengan persentase tertinggi adalah 3x seminggu
yaitu sebanyak 55, dan terendah yaitu setiap hari sebanyak 7. Maksud dari frekuensi lainnya ialah responden dalam mengonsumsi makanan dan minuman
manis tidak menentu setiap harinya dalam seminggu. Jika melihat data tersebut
Suka 82
Tidak Suka 18
46
sebanyak 7 responden yang memiliki persentase frekuensi konsumsi makanan dan minuman manis setiap hari dan apabila memiliki kebiasaan konsumsi gula
lebih dari batas normal asupan gula dikarenakan sisa gula yang tidak dapat dipecah menjadi glikogen akan menumpuk dalam darah dan menyebabkan tingginya kadar
gula dalam darah. Hal ini apabila dibiarkan dan tidak segera dilakukan tindakan pencegahan seperti merubah pola hidup sehat dapat berakibat munculnya penyakit
degenaratif pada usia dewasa atau lansia, salah satunya adalah diabetes melitus.
Gambar 4.7. Persentase Frekuensi Konsumsi Makanan dan Minuman Manis dalam Seminggu
Minuman bersoda merupakan minuman ringan dengan karbonasi carbonated soft drink. Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan
mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam minuman ringan tersebut Sari, 2007. Bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman karbonasi adalah air, gula, CO
2
, dan konsentrat. Dalam artikel di Radar Bandung yang ditulis oleh Nurlatifah 2011
menyebutkan bahwa minuman bersoda mengandung gula sebanyak sekitar 9 sendok teh 36 gram atau sebanding dengan kurang lebih 4 sendok makan 40
gram, sedangkan menurut Permenkes tahun 2013 dalam artikel Utami dan Nodia
3xminggu 15
3xminggu 55
Setiap hari 7
Lainnya 23
47
2015 menyebutkan batas mengonsumsi gula tidak boleh lebih dari 50 gram atau sekitar 4 sendok makan sehari.
Gambar 4.8. Persentase Frekuensi Konsumsi Minuman Bersoda
Berdasarkan Gambar 4.8. dapat dilihat bahwa walaupun banyak responden yang menyukai konsumsi makanan dan minuman manis Gambar 4.6. ternyata
tidak mempengaruhi tingginya frekuensi responden untuk mengonsumsi minuman manis dalam hal ini minuman bersoda soft drink. Sebanyak 22 menyatakan
bahwa mereka sering mengonsumsi minuman tersebut, sedangkan 78 menyatakan bahwa tidak sering mengonsumsi minuman bersoda. Hal ini dapat
disebabkan bahwa minuman yang sering dikonsumsi kemungkinan jenis lainnya seperti susu, kopi, atau teh.
D. Keterbatasan Masalah