PERKEMBANGAN IMAN Peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

tangan kanan memegang pundaknya dan menyebutkan nama krismanya kepada pelayan baptis-krisma.

3. Pasca Pembaptisan Mistagogi dan Krisma

Setelah penerimaan sakramen inisiasi, para baptisan baru memasuki masa mistagogi, yakni masa pembinaan lebih lanjut setelah pembaptisan yang diselenggarakan baik dalam liturgi tujuh kali misa mistagogi selama masa Paskah hingga hari raya Pentakosta maupun dalam pertemuan kateketis. Wali baptis diharapkan ikut mendampingi anak baptisnya selama masa mistagogi, khususnya dalam rangkaian misa mistagogi Bagiyowinadi, 2009: 73. Dari teori di atas penulis melihat bahwa adanya wali baptis meskipun tidak merupakan syarat mutlak bagi sebuah sakramen baptis dalam Gereja Katolik, namun menjadi seorang wali baptis adalah tugas penting dalam Gereja Katolik. Maka orangtua dan wali baptis sendiri harus menjadi orang Kristiani yang baik yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan Kristen KGK 1255. Melalui perkataan dan terlebih teladan hiduplah orang tua dan wali baptis membina anak baptis mereka dalam iman dan praktek kehidupan Kristani KHK, kan. 774 §2.

C. PERKEMBANGAN IMAN

Pada pembahasan sebelumnya sudah membahas menganai wali baptis, sekarang penulis akan memaparkan mengenai perkembangan iman. Pada bagaian pertama ini akan dibahas mengenai iman-perkembangan iman serta tahap-tahap perkembangan iman dan beberapa sumber pokok untuk memperkembangkan iman.

1. Pengertian Iman-Perkembangan Iman

Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa “setiap orang yang mau dibaptis diminta untuk mengucapkan pengakuan iman” KKGK, 259. Bagi anak yang dibaptis, pengakuan itu dilakukan oleh orang tua dan Gereja. Sekalipun dilakukan oleh orangtua dan Gereja, perkembangan iman anak diserahkan kepada wali baptis dan seluruh komunitas gerejawi. Menurut KGK, iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah. Iman merupakan persetujuan manusia secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Manusia menyerahkan diri seluruhnya terhadap Allah dan mengimani secara absolut, bahwa apa yang oleh Allah adalah tepat dan benar KGK 150. Adapun yang merupakan ciri-ciri iman menurut KKGK 28 adalah, pertama: iman merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang memintanya dengan rendah hati. Kerendahan hati adalah keutamaan adikodrati yang perlu untuk memperoleh keselamatan. Ciri iman yang kedua, yakni: iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tindakan akal budi manusia yang atas dorongan kehendak yang digerakkan oleh Allah mengimani dengan bebas kebenaran Ilahi. Thomas H. Groome dalam bukunya Cristian Religious Education 2010: 97-100 memaparkan beberapa pengertian iman menurut Fowler yang telah melakukan penelitian mengenai iman dari perspektif strukturalis, yang menyatakan bahwa cara beriman seseorang juga berkembang melalui tahap-tahap yang berurutan dan dapat dikenali. Adapun pemahaman Fowler mengenai iman yakni: 1 Iman sebagai yang utama Bagi Fowler, iman adalah inti manusia yang mendasar, disposisi fundamental yang mewarnai dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman. Dengan demikian bagi Fowler iman adalah fokus utama, disposisi atau orientasi utama berada di dunia dengan mana seseorang membuat, mempertahankan, atau mengubah makna manusia. Iman adalah orientasi utama keberadaan seseorang. 2 Iman sebagai kegiatan mengetahui yang aktif Fowler memahami iman bukanlah sebagai keadaan atau milik statis, tetapi sebagai kegiatan mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman. Dengan demikian orang mampu memaknai kehidupan. Iman adalah proses mengetahui partisipatoris, dan pengetahuan dalam setiap pengalaman seseorang 3 Iman sebagai hubungan Bagi Fowler iman adalah fenomena hubungan yang mutlak. Dalam pengertian ini, bagi Fowler iman mempunyai dua kutub yakni hubungan antara diri kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain. Dalam penelitiannya, Fowler menemukan bahwa hubungan seseorang dengan sebuah kutup manapun dari tiga serangkai diri kita, sesama kita, Allah mempengaruhi hubungan dengan kutup yang lain. Dengan demikian, hubungan kita dengan dunia sehari-hari dan dengan orang lain membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan pusat-pusat nilai Kristus dalam lingkungan akhir kita finalitas hidup, yakni keselamatan, kebahagiaan, hidup kekal, kebangkitan, dan hubungan kita dengan lingkungan akhir kita membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain. 4 Iman sebagai sesuatu yang rasional dan bersifat “perasaan” Bagi Fowler, karena iman adalah mengetahui dunia secara aktif dan cara berhubungan dengan dunia luar, maka kegiatan beriman berdimensi baik kognitif maupun afektif. Fowler menjelaskan bahwa iman adalah kegiatan mengetahui atau mengartikan di mana “kognisi” sang rasional tidak dapat dipisahkan dengan “afeksi” sang perasaan. Dimensi perasaan adalah aspek emosional afektif yang muncul dari iman sebagai cara berhubungan. Dimensi perasaan berarti mengasihi, memperhatikan, dan menghargai orang lain. 5 Iman sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia Iman yang universal dibagikan Fowler kedalam pelbagai ekspresi oleh perbedaan-perbedaan cara seseorang memahami “lingkungan dasar” kerajaan Allah dan “pusat-pusat nilai” Allah. Keputusan seseorang untuk terus berpartisipasi di dalam dunia adalah perwujudan dari iman. Crapps 1994: 37 berpendapat, Fowler mendefinisikan bahwa iman merupakan orientasi dasar, “inti struktural” keberadaan manusia. Bagi Fowler iman mencakup bentuk-bentuk yang dipergunakan orang untuk berpikir dan mengambil keputusan moral, cara yang dipakai untuk mengatur dunia, peran yang sudah diambil, tempat outoritas mereka, batas-batas kesadaran sosial mereka, dan cara yang diambil dalam menggunakan lambang-lambang. Di atas penulis telah menguraikan beberapa definisi tentang iman. Berkaitan dengan definisi iman, penulis mengikuti definisi yang dikatakan oleh Ernest Maryanto dalam Kamus Liturgi Maryanto, 2004:78. Ia mengatakan bahwa iman adalah “Jawaban positif “ya” dari manusia terhadap Allah yang terdorong oleh hasrat menyelamatkan manusia, mewahyukan Diri dan rencanaNya kepada manusia. Iman juga merupakan perjumpaan diagonal antara Allah dan manusia; Allah menyapa, manusia menjawab; Allah menyatakan diri, manusia menanggapi ”. Tentu saja pandangan tentang iman menurut Ernest Maryanto tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Buku Iman Katolik. Dalam Iman Katolik sangat digaris bawahi bahwa iman itu merupakan jawaban atas panggilan Allah, yang sangat menekankan penyerahan pribadi manusia kepada Allah dalam perjumpaan. Iman Abraham menjadi contoh utama untuk mengungkapkan relasi manusia dengan Allah sendiri KWI, 1996:129. Dari penjelasan di atas, perkembangan iman yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini lebih tertuju kepada formatio iman berjenjang sebagaimana dijelaskan oleh Dewan Karya Pastoral KAS. Formatio iman secara berjenjang artinya formatio iman dilaksanakan melalui tahap-tahap usia, mulai dari balita sampai usia lanjut Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 39. Tujuan utama dari formatio iman adalah orang mencapai kepenuhan di dalam Kristus. Orang menjadikan Kristus sebagai dasar, pusat dan arah hidupnya. Dengan demikian formatio iman tidak sekedar memperkenalkan, tetapi mengajak orang untuk masuk, berelasi dan bersatu dengan Yesus sehingga dari pengalaman itu, seseorang mengalami keselamatan. Untuk itu kepenuhan hidup mengandung unsur-unsur kemuridan, kedewasaan, dan kesaksian Dewan karya pastoral KAS, 2014: 26. Kemuridan yang menjadi tujuan dari formasi iman adalah kesadaran diri dipanggil oleh Yesus untuk berrelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami kehidupan-Nya, sampai pada akhirnya hidupnya diperbaharui menjadi tanda kehadiran Yesus yang mewartakan keselamatan Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 27. Dalam kemuridan ada inisiasi, relasi, imitasi, dan misi. Seorang murid adalah seorang yang dipanggil untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah, tinggal bersama dengan-Nya, meneladan hidup-Nya, dan akhirnya diutus untuk melanjutkan karya penyelamatan. Formatio iman membantu orang untuk mengalami pendewasaan iman. Orang semakin berakar dan bertumbuh dalam Kristus sampai akhirnya hidupnya menjadi sebuah tanda kehadiran Kristus sendiri Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 28. Kristus tidak hanya diterima, tetapi dibatinkan sampai akhirnya merasuki seluruh hidupnya. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Paulus sendiri kepada jemaat di Galatia: “Sekarang bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” Gal 2: 20. Sedangkan formatio iman misioner menyangkut gerak keluar untuk memberikan kesaksian akan imannya. Iman bukan sebagai sesuatu yang diletakkan di bawah gantang, tetapi ditempatkan di atas gantang. Misioner berarti seseorang berani bersaksi tentang imannya, berani berbicara tentang Kristus kepada orang lain Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 31. Berkaitan dengan perkembangan iman, penulis akan menguraikan tahap- tahap perkembangan iman menurut James Fowler yang dikutip oleh Dewan Karya Pastoral KAS, dari buku Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Eksistensial menurut James Fowler Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 40-41, yaitu: 1. Tahap iman intuitif 2-6 tahun Dalam tahap ini, di mana orang mengalami Tuhan sebagai yang perkasa yang menuntut kepatuhan dan memberikan hukuman, surga imaginatif dan nereka yang mengerikan. 2. Tahap iman mistis literal 7-12 tahun Dalam tahap kedua ini, menurut Fowler, orang mulai percaya melalui simbol-simbol religius dan mengalami Tuhan yang adil. 3. Tahap iman sintesis konvensional 13-21 tahun Dalam tahap ini orang mulai membentuk ideologi sistem kepercayaan dan mulai mencari identitas diri dalam hubungannya dengan Tuhan, namun identitas itu belum terbentuk secara penuh. 4. Tahap iman individual-reflektif 22-30 tahun Orang yang berada dalam tahap ini, mulai memeriksa imannya secara kritis dan merefleksikan imannya secara serius. 5. Tahap iman konjungtif 31-60 tahun Menurut Fowler, mereka yang berada dalam tahap ini sering mengalami memahami adanya paradoks dan kontrakdiksi dalam hidup, imannya telah diintegrasikan dalam hidupnya. 6. Tahap iman universal 60 tahun ke atas Dalam tahap keenam ini, di mana orang telah mencapai kepenuhan hidup rohani, hidupnya menyatu dengan Tuhan sehingga berani berkorban demi iman. Dari uraian tersebut di atas, formatio iman berjenjang merupakan formation iman yang memperhatikan perkembangan psikologi dan perkembangan iman. Adanya perhatian terhadap perkembangan psikologi seseorang dapat membantu keberhasilan sebuah pendampingan. Setiap usia jenjang memiliki karakter psikologi yang berbeda-beda, untuk itulah formatio iman berjenjang memperhatikan perkembangan psikologi umat yang didampingi.

2. Beberapa Sumber Pokok untuk Memperkembangkan Iman

Perkembangan iman seseorang hanya akan terjadi dengan bantuan rahmat dan pertolongan dari roh kudus, karena iman adalah suatu kegiatan manusia. Menurut Mardi Prasetya 1992: 140 perjalanan rohani seseorang merupakan usaha masing-masing pribadi untuk mengubah diri atau mentransformasikan hidup dalam Kristus sampai dapat mengatakan bersama P aulus: “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” Gal 2:22. Ada beberapa sumber yang dapat membantu seseorang untuk dapat memperkembangkan iman, antara lain:

a. Ekaristi

Ekaristi adalah sumber dari puncak hidup Kristiani LG, 11. Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Ekaristi merupakan tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia LG 1. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “Sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antara manusia. Ekaristi itu perayaan iman bersama umat. Suatu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat sungguh menghayati dalam iman kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah-tengah umat. Dengan demikian terungkap dua dimensi Ekaristi, sama seperti Gereja yaitu segi Ilahi dan segi insani atau gerejawi. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri KWI, 1996: 402. Pusat perayaan Ekaristi bukanlah roti dan anggur, melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam seluruh umat. Dengan demikian, Penghayatan seseorang terhadap Ekaristi dan sakramen lainnya merupakan suatu pengalaman iman. Dalam iman orang dipersatukan dengan Tuhan dan sesama KWI, 1996: 412.

b. Doa

Doa adalah pertemuan antara pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling mencari dan saling merindukan. Doa adalah bersatu dengan Allah membangun persahabatan dengan-Nya, menyampaikan permohonan kepada-Nya. Bagi jiwa, doa mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Kristus doa adalah kehidupan Hadrys, 2007: 1. Doa dapat timbul dari kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa menuju kemasa depan yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata Mat 6:7, tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya KWI, 1996: 194. Kesetiaan seseorang dalam membangun relasi yang erat dengan Tuhan dalam doa dapat membantu seseorang memperkembangkan imannya.

c. Kitab Suci

Ketekunan seseorang membaca dan merenungkan Kitab Suci akan sangat membantu untuk bisa menemukan kekayaan imannya. Kitab Suci merupakan Sabda Allah yang mengundang siapa saja untuk dapat berdialog dengan Tuhan, dengan demikian dialog itu mampu membangkitkan iman seseorang untuk selalu berelasi dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup sebagai umat beriman Kis 1:11; Yoh 3:21. Hidup rohani lahir dari perjumpaan antara Allah yang mengkomunikasikan hidup-Nya kepada manusia dan manusia secara aktif menerima tawaran dari Allah itu sendiri Darminta, 2007: 17.

d. Devosi

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia. Karena itu, devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkrit dari aspirasi rohani, entah secara pembatinan ataupun secara penghayatan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Legitimasi kehidupan devosional adalah perlunya konkretisasi hidup rohani, yang secara indrawi dapat dirasakan, disentuh, dipandang, serta diresapkan. Unsur penting di dalam devosi ialah penggerakkan hati atau kehidupan afektif. Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai bila bentuk devosi itu mampu menunbuhkan dan menyuburkan hidup seseorang Darminta,1995: 36-37. Adapun beberapa devosi yang dapat dilakukan seseorang untuk mengembangkan hidup beriman, antara lain: 1 Doa Rosario Doa Rosario adalah sebuah doa yang paling sederhana yang dapat didoakan secara bersama-sama atau pribadi. Dengan mengulang mendoakan doa Salam Maria, kita masuk dalam suasana doa dan renungan. Dalam doa Rosario seseorang diajak untuk merenungkan hidup Yesus bersama dengan Bunda Maria. Dengan ketekunan dan kesetiaan memelihara devosi kepada Bunda Maria semakin memampukan seseorang untuk tekun dan setia memelihara iman bersama Bunda Maria . “Memelihara devosi khusus kepada Santa Perawan Bunda Allah, teladan dan pelindung segenap hidup bakti, juga dengan doa “ KHK 662, 4. Bakti atau devosi kepada Bunda Maria bersumber pada iman yang sejati, mengajak siapa saja yang mendoakannya mengakui keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita sebagai putra-putra-Nya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya LG 67. 2 Adorasi Adorasi atau pujian kepada Sakramen Maha Kudus merupakan praktek devosi sembah sujud di hadapan sakramen Maha Kudus. Pentakhtaan Sakramen Maha Kudus muncul dalam hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus Martasudjita, 2005: 424. 3 Ziarah Ziarah adalah salah satu jalan yang memampukan manusia Kristiani pada khususnya menemukan makna pencarian tujuan hidup. Bagi umat Katolik, tujuan berziarah adalah: Pertama, untuk bersyukur kepada Allah, dengan menghormati tempat yang terkait dengan peristiwa kehidupan Yesus dan Bunda Maria. Kedua, mengunjungi situs makam para kudus, tempat mereka hidup dengan relikwi mereka. Ketiga, untuk merayakan Sakramen Tobat dan Ekaristi di tempat tertentu guna memperoleh indulgensi Majalah Hidup No. 20 Tahun ke-36, 2009: 11. 4 Litani Kata `litani berasal dari bahasa Latin `litania, `letania. Artinya suatu bentuk doa tanggapan yang meliputi serangkaian seruan atau permohonan, mengenai suatu subyek utama atau suatu tema suci utama. Litani biasanya didoakan dalam perayaan liturgis yang penting: baptis, tahbisan imam, kaul biarwan-biarawati, dan lain-lain. adapun maksud dari doa litani adalah sebelum menghadap Allah, Gereja menggabungkan diri dengan Kristus Sang Pengantara dan para kudus-Nya Puji Syukur, 1992: 128.

e. Bacaan Rohani

Bacaan rohani merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan-tulisan dalam bacaan rohani sangat inspirataif dan menarik baik itu pengalaman yang dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang membantu untuk memperkembangkan hidup beriman Darminta, 2007:19.

f. Pengalaman Pribadi Seseorang

Pengalaman pribadi seseorang dianggap penting karena merupakan pengalaman hidup konkrit yang secara langsung bisa diolah dan dipahami oleh manusia itu sendiri. Dari pengalaman itulah seseorang bisa melihat dan mengolah hidupnya sehingga wujud dari seseorang bisa berarti dan dapat dirasakan bila itu sungguh merupakan pengalaman iman. Orang baru dapat merasakan apa makna kontemplasi, bila dipraktekkan cara kontemplasi itu, dari usaha itulah orang baru dapat mengerti dan merasakan makna kesukaran-kesukaran hidup rohani yang harus diperjuangkan untuk dapat menuju pada kesempurnaan hidup Darminta,

2007: 14.

D. PERAN KHAS WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN