Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan

18 2 Pengambilan keputusan bersama

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan

Miller dalam Hurlock, 1990 mengatakan bahwa kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Status sosial, pasangan suami istri yang memiliki status sosial menengah keatas cenderung lebih positif dalam menilai perkawinannya. b. Usia perkawinan, usia 15 tahun awal perkawinan cenderung menghadapi banyak perubahan dalam kehidupan perkawinan sehingga menimbulkan banyak masalah yang menyebabkan ketidakpuasan pada perkawinan. Kepuasan perkawinan juga menurun saat pasangan memasuki awal kehidupan dewasa madya Papalia Feldman, 2014. Helen Fischer dalam Trokan 1998 menemukan bahwa usia perkawinan 2-5 tahun cenderung mengalami tingkat kepuasan perkawinan yang rendah, sedangkan durasi 0 hingga 2 tahun perkawinan dianggap kurang memprediksi kepuasan perkawinan karena masa tersebut masuk dalam fase bulan madu. c. Jumlah anak, kehadiran anak serta jumlah anak yang terlalu banyak dapat menimbulkan ketidakpusan dalam perkawinan karena istri lebih banyak menghabiskan waktu mengurus anak dan waktu bersama suami menjadi berkurang. d. Jarak kelahiran anak, jarak kelahiran anak yang berdekatan bisa menimbulkan konflik dikemudian hari terutama saat anak-anak 19 beranjak sekolah dan memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit sementara kehidupan ekonomi keluarga tidak cukup. e. Komunikasi. Saling terbuka dan percaya dalam berkomunikasi antar pasangan dapat meningkatkan kepuasan perkawinan. f. Agama Pasangan yang memiliki kesamaan agama serta keyakinan spiritual akan lebih mudah dalam menyesuaikan diri dalam perkawinannya Benson, 1955. Agama juga dapat membuat pasangan lebih setia dalam perkawinannya serta meningkatkan kualitas perkawinan Dollahite dan Lambert, 2007. Stone dan Shackelford 2007 mengemukakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan diantaranya : a. Gender Cohen dkk 2009 menemukan bahwa kepuasan perkawinan pada suami dipengaruhi oleh karakteristik perkawinan itu sendiri dan tidak mempengaruhi emosi mereka namun pada istri baik karakteristik maupun emosi memiliki pengaruh dalam menentukan kepuasan perkawinannya. b. Tahapan Usia Tingkat kepuasan perkawinan berbeda pada tiap tahapan usia. Gilford dan Bengston 1979 menyebutkan kepuasan perkawinan mencapai puncak pada tahapan usia dewasa awal sedangkan Gorchoff dkk 20 2008 menemukan kepuasan perkawinan meningkat pada tahapan usia dewasa madya. c. Pola interaksi Pola interaksi antar pasangan suami istri dapat mempengaruhi seberapa puasnya mereka dalam perkawinan. Pola Interaksi yang dapat memberikan kepuasan pada pasangan adalah saling melakukan penyesuaian diri dengan baik. d. Dukungan sosial Individu yang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya akan memiliki penilaian yang baik terhadap pasangan dan perkawinannya. e. Karakteristik kepribadian suami-istri kepribadian salah satu pasangan mempengaruhi kepuasan perkawinan pasangan lainnya. Seseorang cenderung mencari pasangan hidup yang memiliki karakteristik kepribadian yang mirip dengan dirinya Burpee Langer, 2005. Menurut Caspi dan Herbener dalam Burpee Langer, 2005, hal ini dikarenakan pasangan yang memiliki kesamaan karakteristik kepribadian tidak terlalu sering berargumen dan jarang memiliki kesalahpahaman. f. Anak Ada atau tidak adanya anak berpengaruh terhadap perasaan puas terhadap perkawinan. Anak dapat menjadi penentu kebahagiaan dalam sebuah perkawinan karena dengan mengandung, melahirkan serta membesarkan anak wanita merasakan kepuasan dalam perkawinannya 21 terkait perannya sebagai seorang ibu Dew dan Wilcox, 2011. Dibandingkan keluarga yang tidak memiliki anak, pasangan dengan anak lebih menunjukkan kepuasan dalam perkawinannya. g. Latar belakang keluarga Kepuasan perkawinan dari orangtua pasangan dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan pasangan itu. Latar belakang keluarga meliputi perceraian orangtua dan dukungan dari orangtua serta mertua Larson Holman, 1994. Sementara itu Larson dalam Holman dkk 1994 juga menjabarkan beberapa faktor pra-perkawinan yang juga mempengaruhi kepuasan perkawinan, antara lain: alasan menikah, kepercayaan atau harapan, perilaku sebelum menikah, asal-usul keluarga, karakteristik kepribadian individu, relasi sosial, proses interaksi pasangan, hubungan orangtua dan anak, kepuasan perkawinan orangtua. Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan diantaranya, gender, agama, tahapan usia, penyesuaian diri, latar belakang keluarga, kepribadian pasangan, ada atau tidak adanya anak, lama perkawinan, dan pola interaksi yang terjadi antar pasangan.

B. Wanita dewasa awal dan wanita dewasa madya