Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal

(1)

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi.

Oleh Karina Miraceti NIM: 107082003302

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

NIM : 107082003302

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang ditimbulkan dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Maret 2011


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

Nama : Karina Miraceti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Maret 1990

Alamat : Pamulang Permai 2 Blok C 22/39-39 A Nomor Telepon : 08561045644

Riwayat Pendidikan:

TK Islam Puspa Negara

SD Seruni Putih 1995 - 2001 SLTP Negeri 1 Pamulang 2001 – 2004 SMA Negeri 1 Pamulang 2004 - 2007 Data Orang Tua:

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan:

Nama Ayah : Syamsuluddin

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Darmawati

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


(4)

EFFECT OF ROLES AND RESPONSIBILITIES OF AUDITOR INTERNAL TO ENHANCE THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL

CONTROL SYSTEM

By: Karina Miraceti

Abstract

This study aims to analyze the effect of roles and responsibilities of internal auditors to enhance the effectiveness of internal control systems. This study uses primary data through questionnaires. Questionnaires were distributed to internal auditors in ten companies in Jakarta and Banten. They were 100 (a hundred) questionnaires. The questionnaires were collected 82 (eighty-two).

Methods of data analysis was conducted using multiple linear regression analysis. Results of this study according with the t test and F test show that the roles and responsibilities of internal auditors individually and simultaneously has a positive and significant impact on enhance the effectiveness of internal control systems. As higher of roles and responsibilities of internal auditors individually or simultaneously will provide a significant improvement over the effectiveness of an organization's internal control system.

.

Key words: auditor internal roles, auditor internal responsibility, internal control system, effectiveness


(5)

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL

Oleh: Karina Miraceti

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner sebagai sumber penelitian. Kuesioner dibagikan kepada auditor internal pada sepuluh perusahaan di wilayah Jakarta dan Banten. Kuesioner yang disebar kepada sepuluh perusahaan tersebut sebanyak 100 (seratus) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sebanyak 82 (delapan puluh dua) kuesioner.

Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian sesuai dengan uji t dan uji F menunjukkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor internal secara individual dan simultan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Semakin tinggi peranan dan tanggung jawab auditor internal secara individual atau simultan akan memberikan peningkatan yang signifikan atas efektivitas sistem pengendalian internal organisasi.

Kata kunci: peran auditor internal, tanggung jawab auditor internal, sistem pengendalian internal, efektivitas


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdullilah, segala puji dan syukurku kepada Allah swt, yang telah memberikan selalu rahmat dan hidayahnya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi S1 Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan serta doa yang tak pernah putus kepada:

1. Bapak Syamsuluddin dan Ibu Darmawati, kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun doa. Terima kasih dariku tak akan pernah putus untukmu orang tuaku.

2. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus selaku Dosen Pembimbing 1 yang senantiasa selalu memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi penyelesaian skripsi penulis.

3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu sabar menghadapi setiap pertanyaan yang di ajukan penulis,


(7)

yang selalu menunggu kedatangan penulis setiap kali bimbingan dan selalu memberikan saran yang membangun bagi penulis. Terima kasih banyak Bapak Hepi.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama dosen-dosen Jurusan Akuntansi yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk seluruh ilmu yang telah diberikan kepada saya. Terima kasih selalu. 5. Seluruh staf auditor internal di Bank Central Asia, Bank Permata,

Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, PT Asuransi Jiwasraya, PT Indosat Tbk, PT Arwana Citramulia Tbk, PT Amoco Mitsui PTA Indonesia, PT Generic Gusman dan PT Binamitra Sumberarta atas kesediaan waktu dan partisipasinya dalam mengisi kuesioner pada penelitian penulis.

6. Bapak Chaidir Anwar, Bapak H. Usman, Ibu Rosmala, Dita Ferdiani S., Devy Sylvia S., Ria Indah Ayu, Siska Yunita, dan Dewi Anggraini, terima kasih untuk bantuanya selama pembuatan skripsi ini.

7. Muhammad Rizky, terima kasih untuk selalu ada di setiap kejenuhan yang datang kala menyusun skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan dukungan kamu.

8. Virda Amalia, Taufika Ramadhani, Ruriana Ulfa, dan Clarissa Pramartha, terima kasih untuk setiap kenangan yang kita lalui selama waktu kuliah kita. Terima kasih untuk tawa dan keceriaan yang selalu kalian berikan untukku. Terima kasih selalu untuk dukungan dan doa kalian.


(8)

9. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih.

Selain itu penulis dengan terbuka selalu menerima saran dan kritik yang membangun kaitannya dengan penulisan dan pengembangan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pendidikan akuntansi. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta 24 Januari 2010


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI………..……….. vi

DAFTAR TABEL ... .. x

DAFTAR GAMBAR ………..... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitan ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12


(10)

1. Definisi Audit Internal ... 12

2. Profesi Audit Internal ………..……… 14

3. Pengertian Auditor Internal ... 15

4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal ... 17

5. Peran Auditor Internal ... 20

6. Peran Auditor Internal Memenuhi Kebutuhan Manajemen... 23

7. Tanggung Jawab Auditor Internal ... 24

8. Audit Internal Sektor Publik………. 26

B. Sistem Pengendalian Internal ... 27

1. Pengertian Pengendalian Internal ... 27

2. Tujuan Pengendalian Internal ... 28

3. Komponen-Komponen dalam Pengendalian Internal ... 31

4. Fungsi Pengendalian Internal ... 33

5. Pengertian Sistem Pengendalian Internal... 35

C.Efektivitas ... 36

1. Pengertian Efektivitas ... 36

2. Pengukuran Efektivitas ... 37

D.Keterkaitan Antar Variabel ... 38

1. Peran Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal ... 38

2. Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal .……… 39


(11)

Efektivitas Sistem Pengendalian Internal ... 40

E. Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B.Metode Penentuan Sampel ... 43

C.Metode Pengumpulan Data ... 43

D.Metode Analisis Data ... 45

1. Statistik Deskriptif ... 45

2. Uji Kualitas Data ... 45

a. Uji Reliabilitas ... 45

b.Uji Validitas ... 46

3. Uji Asumsi Klasik ………..……… 47

a. Uji Multikolonieritas ……… 47

b. Uji Normalitas ……….. 48

c. Uji Heteroskedastisitas ………. 48

4. Uji Hipotesis ... 49

a. Koefisien Determinasi (R2) ... 50

b. Uji Statistik t ... 50

c. Uji Statistik F ... 51

E. Operasionalisasi Variabel ... 52

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59


(12)

2. Sekilas Gambaran Umum Bank Central Asia ... 61

3. Sekilas Gambaran Umum PT Indosat Tbk ... 62

4. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian………. 63

5. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian PU.. 63

6. Sekilas Gambaran Umum PT Arwana Citra Mulia Tbk... 64

7. Sekilas Gambaran Umum PT Aomoco Mitsui PTA Indonesia... 65

8. Sekilas Gambaran Umum PT Generic Gusman ... 66

9. Sekilas Gambaran Umum Bank Permata ... 67

10.Sekilas Gambaran Umum PT Binamitra Sumberarta ... 68

11.Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

12.Karakteristik Responden Penelitian ... 71

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 74

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……… 74

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 75

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 79

4. Hasil Uji Hipotesis ... 83

BAB V PENUTUP ... 91

A.Kesimpulan ... 91

B. Implikasi ... 92

C. Keterbatasan ... 93

D.Saran ... 93


(13)

(14)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ……… 19

3.1 Operasionalisasi Variabel ………... 54

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ………. 70

4.2 Data Sampel Penelitian ………. 71

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ……… 72

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…… 72

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 73

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 74

4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………... 75

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ……… 76

4.9 Hasil Uji Validitas ... 77

4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ... 80

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 83

4.12 Hasil Uji Statistik t ... 84


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ………. 42

4.1 Hasil Uji Normalitas ………. 81


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan Halaman

Surat Izin Penelitian ... 98

Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 103

Kuesioner ... 111

Data Excel Kuesioner ... ... 123

Hasil Uji SPSS ... 126


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi saat ini, perusahaan dituntut untuk mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dengan meningkatkan kemampuan produktivitasnya. Kasus Bank Century pada tahun 2009 menjadi sorotan karena tiba-tiba Bank tersebut menyatakan diri pailit sehingga membuat nasabah di dalamnya menderita kerugian yang cukup besar. Setelah dilakukan penyelidikan terkuak bahwa ambruknya Bank tersebut dikarenakan adanya permainan kotor di dalam manajemen Bank itu sendiri. Bahkan di temukan adanya produk investasi yang tidak jelas runtutan aliran dananya alias obligasi fiktif.

Menghadapi kasus seperti itu, berbagai kebijakan dan strategi perusahaan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan oleh perusahaan agar mampu mencegah terjadinya kebangkrutan, dikarenakan kecurangan di dalam manajemen perusahaan itu sendiri. Perusahaan harus dapat melaksanakan semua kegiatan rutin operasionalnya berdasarkan rancangan sistem prosedur yang telah ditetapkan, sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan sebagaimana yang diharapkan. Dengan keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta keberlangsungan perusahaan.

Salah satu strategi yang penting dalam perusahaan adalah menerapkan sistem pengendalian internal yang memadai. Menurut Chalil


(18)

B. Lawrence (1998) dalam Hiro Tugiman (2002), pengendalian internal merupakan proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen serta personel lain dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan jaminan yang layak berkaitan dengan pencapaian berbagai tujuan dengan kategori: (a) efektivitas dan efisiensi operasi, (b) reliabilitas laporan keuangan, dan (c) ketaatan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, dimana komponennya terdiri dari: (a) control enviroment, (b) risk assesment, (c) control activities, (d) information and communication, dan (e) monitoring. Pengendalian internal berarti memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas operasional perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari tiga tujuan utama pencapaian pengendalian itu sendiri yang meliputi keseluruhan aspek penting perusahaan.

Menurut Abdul Halim (2001:189), sistem pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan pada suatu entitas usaha yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu usaha akan dicapai. Sistem pengendalian internal bagi suatu perusahaan merupakan suatu keharusan terutama perusahaan-perusahaan yang telah go public. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan sistem pengendalian perusahaan yang dikelolanya serta model atau framework mana yang digunakan oleh perusahaan.

Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2007:249) faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian internal meliputi: (a)


(19)

perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem dan prosedur suatu organisasi makin rumit, (b) tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan terletak pada manajemen, (c) Saling cek merupakan cara yang tepat untuk menutup kekurangan human error, dan (d) pengawasan sistem pengendalian langsung dari internal dianggap lebih tepat daripada pemeriksaan secara langsung dari pemeriksa pihak luar perusahaan.

Pengendalian internal merupakan keseluruhan mekanisme yang merupakan bagian integral dari sistem dan prosedur kerja suatu organisasi, dan disusun sedemikian rupa untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi sudah sesuai dengan yang seharusnya. Adapun yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian internal suatu organisasi adalah manajemen, karena dengan sistem pengendalian internal yang baik manajemen dapat mengharapkan bahwa kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan terlindungi dan penyelenggaraan pencatatan berjalan dengan baik.

Dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal secara baik dan benar pada suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan lebih mudah dalam mencapai tujuan dan dapat meminimalkan resiko. Menurut Hermanson (2004) yang mengungkapkan bahwa jika suatu pengendalian internal telah ditetapkan semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta berada di bawah kendali, tujuan akan


(20)

tercapai, resiko menjadi kecil dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Disisi lain, tanpa pengendalian internal yang memadai, kondisi negatif akan terjadi pada perusahaan seperti kesalahan pencatatan, efisiensi biaya, kehilangan aset, terhentinya kegiatan usaha maupun terkena sanksi.

Seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang cepat kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat dipercaya (reliable), akurat (accuracy) dan tepat (timely) semakin dirasakan. Untuk memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan bawahan tentang perusahaan adalah benar dan dapat dipercaya, maka perusahaan membutuhkan adanya auditor internal yang berkemampuan baik untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Auditor internal akan bekerja dalam ruang lingkup perusahaan namun tetap harus memiliki independensi dalam melakukan pengawasan di dalam perusahaan.

Menurut Sawyer (2009:10) audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (b) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua


(21)

itu dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Auditor internal memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan menentukan sistem yang terbaik bagi pengendalian internal perusahaan. Kebijakan manajemen juga dapat dikeluarkan melalui rekomendasi dari auditor internal terlebih dahulu, karena auditor internal telah melaksanakan audit internalnya untuk mengetahui kebijakan dan strategi apa yang baik bagi perusahaan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan ekonomis operasional perusahaan. Menurut Hiro Tugiman (2002) disamping memberikan jasa utama yaitu mengaudit internal perusahaan, auditor internal juga dapat memberikan jasa tambahan yang berkaitan dengan audit, antara lain membantu para manajer mencegah terjadinya penyimpangan, melaksanakan penyidikan pemalsuan, mengelola hubungan dengan auditor eksternal dan membantu manajemen merancang dan melaksanakan pengendalian. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, auditor internal harus mampu bersikap profesional, maka auditor internal harus memenuhi beberapa kriteria, auditor internal telah memiliki standar perilaku profesional, kode etik dan sertifikasi auditor internal.

Berbeda dengan auditor eksternal yang hanya memiliki tanggung jawab untuk memberikan opini kewajaran atas suatu laporan keuangan, auditor internal bertanggung jawab memberikan informasi yang


(22)

diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, auditor internal berperan sangat besar dalam sistem pengendalian internal perusahaan karena auditor internal memiliki ruang lingkup pekerjaan yang berupa pengawasan secara keseluruhan atas operasional perusahaan. Auditor internal juga berperan penting karena memiliki peranan dalam semua hal yang berkaitan dengan resiko-resiko terkait dalam menjalankan usahanya.

Menurut Sawyer (2009:55) kegiatan audit internal haruslah membantu organisasi menerapkan kontrol yang efektif dengan mengevaluasi evektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang terus menerus. Berdasarkan hasil penentuan risiko, aktivitas audit internal haruslah mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi dan sistem organisasi. Hal tersebut meliputi: (1) Keandalan dan integritas integritas informasi keuangan dan operasional, (2) Efektivitas dan efisiensi operasi, (3) Pengamanan aktiva, dan (4) Kepatuhan terhadap hukum, regulasi dan kontrak. Auditor internal harus mengevaluasi target operasi dan ekspektasi yang di tetapkan harus menentukan apakah standar operasi tersebut dapat diterima dan dicapai.

Selain itu, tanggung jawab seorang auditor internal juga berperan dalam pendektesian kecurangan. Menurut G. Jack Bologna dan Robert J.


(23)

Lindquist (2006) dalam Ismayanti (2009:3), auditor akan: (1) bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan tindakan melawan hukum lainnya, (2) memperbaiki keefektifan audit, yaitu perbaikan dalam pendeteksian salah saji material, (3) mengkomunikasikan pada pemakai laporan keuangan, informasi yang lebih berguna tentang sifat dan hasil proses audit, termasuk peringatan awal tentang kemungkinan kegagalan bisnis, dan (4) mengkomunikasikan dengan jelas kepada komite audit atau yang bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan yang dipercaya.

Tanggung jawab auditor internal menurut penelitian Ismayanti (2009:78) tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor internal bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian internal yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian internal yang ada.

Perusahaan dengan aktivitas audit internal yang baik dengan ditunjang oleh peran dan tanggung jawab auditor internal yang mempekerjakan praktek unggulan dan sinkron dengan harapan dan tujuan strategis manajamen umumnya memiliki kontrol yang baik (Hirth, 2008). Selain itu menurut Hermanson (2004), audit internal di perusahaan memiliki kecenderungan untuk menjadi pemain utama dalam penilaian


(24)

pengendalian internal perusahaan. Mereka menilai, menentukan dan menjalankan sistem pengendalian internal yang ada untuk kemudian menjaga stabilitas perusahaan. Selain itu auditor eksternal pun akan sangat bergantung dengan kinerja auditor internal karena sistem pengendalian internal yang ada akan dapat dipaparkan oleh auditor internal itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang menguji sejauh mana peranan dan tanggung jawab auditor intenal berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Peran Dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal”.

Penelitian ini penelitian hasil pengembangan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah terdapat pada penilaian atas efektivitas variabel dependen yaitu sistem pengendalian internal, dan menambah variabel independen baru yaitu tanggung jawab auditor internal serta memperluas objek penelitian yang berbeda. Penelitian sebelumnya mengambil objek penelitian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di wilayah Jakarta. Penelitian kali ini akan meneliti sepuluh perusahaan yang terdiri dari perusahaan milik swasta, BUMN serta institusi kementerian pemerintah di wilayah Jakarta dan Banten. Pemilihan wilayah Jakarta dan Banten didasari pada latar belakang dunia


(25)

ekonomi yang berbeda diantara keduanya. Jakarta sebagai daerah perekonomian pusat serta Banten sebagai propinsi baru yang masih mengembangkan perekonomian di daerahnya. Hasil penelitian ini akan memperlihatkan variasi peran auditor internal terhadap efektivitas atas sistem pengendalian internal di pemerintahan dan perusahaan milik swasta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal?

b. Apakah tanggung jawab auditor internal berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal?

c. Apakah peran dan tanggung jawab auditor internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Pengaruh peran auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal.


(26)

b. Pengaruh tanggung jawab auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal.

c. Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal secara simultan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Perusahaan, sebagai bahan informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal dan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan, memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana menganalisis.

b. Auditor Internal, dengan adanya penelitian ini diharapkan auditor internal dapat meletakkan kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi dan sebagai bahan pertimbangan bagi auditor internal dalam meningkatkan kualitas jasa auditor internal yang diberikan kepada klien.

c. Pemegang saham, dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi tentang keadaan perusahaan yang sehat dan tidak sehat, agar dapat dievaluasi untuk menentukan kembali apakah dapat diinvestasikan lagi atau tidak.


(27)

d. Karyawan, dapat digunakan sebagai salah satu informasi dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh peranan dan tanggung jawab auditor internal dan penerapan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal.

e. Peneliti, yaitu guna memperluas wawasan dan menambah referensi mengenai audit internal agar dapat dilakukan penelitian yang berkelanjutan dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti tentang auditor internal, penerapan dan efektivitas sistem pengendalian internal.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit Internal

1. Definisi Audit Internal

Pada mulanya, audit hanya terbatas pada kegiatan menguji, mencocokkan dan membuat laporan mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Namun seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang cepat kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat dipercaya (reliable), akurat (accuracy) dan tepat (timely) semakin dirasakan. Untuk memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan bawahan tentang perusahaan adalah benar dan dapat dipercaya, maka perusahaan membutuhkan adanya auditor internal yang berkemampuan baik untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan.

Definisi audit internal yang telah diciptakan untuk menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas menurut Sawyer (2009:10) adalah sebagai berikut:

“Penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (b) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Kesemua itu dilakukan dengan tujuan untuk


(29)

dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”

Menurut American Accounting Association (Sawyer, 2009:8) definisi audit internal adalah sebagai berikut:

“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.”

Menurut Guidance Task Force (GTF) (Sawyer, 2009:8) definisi audit internal adalah sebagai berikut:

“Aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.”

Dari beberapa definisi diatas dapat di tentukan bahwa proses audit internal merupakan proses audit internal perusahaan yang bertujuan untuk menilai informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.


(30)

2. Profesi Audit Internal

Banyak jabatan yang mencari identifikasi profesional. Identifikasi tersebut berlaku untuk banyak pekerja profesional atau praktisi-praktisi lainnya. Katalog kriteria berikut yang terdapat dalam Sawyer (2009:9) digunakan untuk menilai kualitas profesional audit internal:

a. Pelayanan kepada publik. Auditor internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Auditor internal juga melayani publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi dan badan pengelola lainnya.

b. Pelatihan khusus berjangka panjang. Para auditor internal yang berkompeten adalah mereka yang menunjukkan keahlian, lulus dalam tes audit dan mendapatkan sertifikat sehingga dapat secara resmi sebagai profesional.

c. Menaati kode etik. Auditor harus menaati kode etik sebagai auditor internal dan standar yang ada. Kode etik dan standar tersebut di atur dalam Institute of Internal Auditors (IIA).

d. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan antar auditor internal. Hal ini bertujuan untuk memperluas gagasan dan wawasan para auditor internal.

e. Publikasi jurnal. Memublikasikan jurnal bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik auditor internal.


(31)

f. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat. IIA dalam hal ini melakukan program sertifikasi yang akan mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA)

g. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan. Profesi auditor internal tidak dibatasi oleh izin. Siapa pun yang dapat meyakinkan pemberi kerja mengenai kemampuannya di bidang audit internal bisa direkrut.

Kesimpulannya, banyak kriteria profesi yang melekat pada audit internal: (a) Memiliki dasar ilmu yang jelas, (b) Program sertifikasi, (c) Program pengembangan profesional berkelanjutan, (d) Adanya kode etik, (e) Pernyataan tanggung jawab, (f) Seperangkat standar, (g) Jurnal profesi, dan (h) Jumlah literatur yang semakin banyak.

3. Pengertian Auditor Internal

Auditor internal di definisikan dalam Mulyadi (2008:29) adalah sebagai berikut:

“Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai organisasi.”

Auditor internal didefinisikan sebagai suatu aktivitas independen, objektif dan pemberian konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan opersi-operasi organisasi.


(32)

Seseorang yang membantu suatu organisasi mencapai tujuan-tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi (Institute of Internal Auditor, Sawyer, 2009:12).

Auditor internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses dan tekhnologi. Profesionalisme dan komitmen yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik profesional yang dikembangkan oleh IIA.

Auditor internal merancang dan mengevaluasi prosedur-prosedur keuangan atau operasional, menelaah catatan-catatan keuangan atau prosedur operasi, menilai sistem pengendalian internal, mendokumentasikan hasil temuan auditnya, memberikan saran serta melaporkan hasil auditnya kepada pimpinan perusahaan untuk kemudian ditindak lanjuti (Sanyoto Gondodiyoto, 2007:45).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa internal menunjukkan bahwa auditing adalah dikerjakan dalam suatu organisasi oleh para internal auditor. Fungsi penilaian independen membuat auditing menjadi jelas bahwa tidak ada keterbatasan atau rintangan pada pertimbangan auditor. Entitas di dalam perusahaan secara khusus memberikan kewenangan terhadap fungsi internal audit untuk menguji


(33)

dan mengevaluasi sifat internal auditing pertama dalam mencari fakta dan evaluasi hasil. Aktivitas internal audit menunjukkan bahwa seluruh aktivitas organisasi berada dalam lingkup internal audit dan jasa kepada organisasi mengindikasikan bahwa internal auditing ada untuk membantu organisasi.

4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal

Aktivitas audit internal dan eksternal bisa jadi tumpang tindih dalam hal-hal yang berkaitan dengan penelaahan kontrol pada fungsi akuntansi, namun perbedaan antara kedua bidang ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan kesamaan yang ada atas dasar proses audit. Perbedaan itu timbul di karenakan akibat adanya tujuan yang berbeda.

Tanggung jawab utama seorang auditor eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Tujuan auditor eksternal adalah menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil usaha untuk periode yang diaudit. Auditor eksternal harus meyakinkan diri sendiri bahwa laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya dan bahwa aktiva perusahaan telah diamankan dengan semestinya. Sedangkan, seorang auditor internal bertanggung jawab memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan


(34)

mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan (Sawyer, 2009:6-7).

Penelaahan internal atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang penting, dan auditor internal haruslah terlibat dalam hal ini, namun sesungguhnya bukan hal itu yang menjadi fokus utama auditor internal. Kerugian akibat proses produksi yang salah, perekayasaan, pemasaran, atau pengelolaan persediaan bisa jadi lebih besar nilai materialnya dibandingkan dengan kerugian akibat kelemahan di bidang keuangan semata. Kontrol manajemen atas aktivitas keuangan telah semakin kuat selama beberapa periode ini, namun masih ada beberapa hal yang mengandung kelemahan. Penggelapan dan kesalahan manajemen dalam mengelola sumber daya dapat menjadikan perusahaan bangkrut. Dari hal-hal di atas tersebut terlihat satu perbedaan mendasar antara auditor eksternal dan internal yaitu fokus auditor internal lebih luas karena memiliki ruang lingkup yang komprehensif dibandingkan dengan auditor eksternal.

Auditor eksternal terfokus pada informasi-informasi. Di lain pihak, auditor internal sangat memerhatikan pemborosan dan kecurangan dari mana pun sumbernya dan sekecil apa pun nilai materialitasnya. Perhatian ini disebabkan oleh pemahaman bahwa penyimpangan-penyimpangan kecil bisa menjadi besar yang nilainya material sehingga menggoyahkan stabilitas perusahaan.


(35)

Auditor internal dan eksternal tentu dapat berkoordinasi dalam kepentingan yang sama. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan baik yang dilakukan auditor internal ataupun eksternal dapat serupa akan tetapi tujuan dan hasil yang keluar anatara proses yang dilakukan keduanya dapat berbeda. Auditor internal dan eksternal dapat disimpulkan sebagai dua profesi yang berbeda. Perbedaan antara keduanya disarikan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal

AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL

1. Merupakan karyawan

perusahaan atau bisa juga merupakan entitas independen 2. Melayani kebutuhan organisasi

meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

3. Fokus pada kejadian-kejadian di

masa depan dengan

mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi. 4. Langsung berkaitan dengan

pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

5. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggap kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen.

6. Menelaah aktivitas secara terus-menerus

1. Merupakan orang yang

independen di luar perusahaan. Yaitu pihak ketiga .

2. Melayani klien yang

membutuhkan informasi

keuangan yang dapat diandalkan 3. Fokus pada ketepatan dan

kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan perusahaan.

4. Sesekali memerhatikan

pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum. Di utamakan yang lebih material. 5. Independen terhadap manajemen

dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

6. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik – umumnya sekali dalam setahun


(36)

5. Peran Auditor Internal

Pada saat ini, peran internal auditor dalam suatu perusahaan semakin diperlukan, terutama pada perusahaan yang memiliki skala operasi yang luas dan besar. Internal auditor tidak hanya berperan untuk mengurangi kebocoran dan penyelewengan dalam perusahaan, akan tetapi lebih dari itu yaitu sebagai penghasil informasi yang tepat dan tidak memihak serta dapat membantu meningkatkan mutu pimpinan dalam pengendalian perusahaan. Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif.

Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolahan perusahaan dan resiko-resiko terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer, 2009:7)

Menurut Hall (2006:27) keterlibatan auditor internal dapat ditinjau dari setiap tahapan dalam system development life cycle dan tujuan serta manfaat sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini akuntan ataupun auditor internal sering diminta untuk memberikan keahlian mereka untuk mengevaluasi kelayakan sebuah proyek, mereview masalah


(37)

kelayakan ekonomi, kelayakan perencanaan sistem pengendalian intern dan kelayakan operasi. Tahap ini merupakan awal dari semua tahapan yang dilakukan oleh auditor internal.

b. Tahap Analisis Sistem

Peran auditor dalam tahap ini adalah mensuplai laporan audit pada sistem yang akan diuji oleh tim studi. Akuntan dengan latar belakang pendidikan formal dan informalnya menunjukkan bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan analisis sistem. Akuntan akan melakukan survey sistem untuk memahami elemen-elemen penting dari sistem yang digunakan saat ini dan menentukan kebutuhan informasi pemakai akhir, standar kontrol internal, kebutuhan jejak audit, dan prosedur-prosedur dimandatkan jelas merupakan tugas-tugas penting untuk menentukan persyaratan sistem yang baru sehingga diharapkan sistem yang nantinya dipakai akan sesuai dengan audit lanjutan yang akan digunakan.

c. Tahap Desain Sistem

Dalam tahap ini akuntan berperan penting dalam memanfaatkan keahlian transaksinya, peran ini dilakukan dalam hal desain sistem konseptual, disini akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptual dan profesional


(38)

bertanggung jawab terhadap sistem fisik (pekerjaan teknis untuk membangun sistem), dimana dalam melakukan perannya ini akuntan harus mempertimbangkan bahwa setiap sistem harus dikontrol secara memadai, jejak audit yang harus dilestarikan, konversi akuntansi dan persyaratan-persyaratan hukum harus dipahami.

d. Tahap Implementasi Sistem

Dalam tahap ini secara rinci internal auditor, harus terlibat dalam cara-cara berikut ini:

1. Menspesifikasi standar dokumen

Auditor internal ikut serta menentukan spesifikasi dokumentasi sistem agar nantinya dalam pemeriksaan dapat mudah, maka akuntan harus aktif mendorong para pemakai sistem untuk taat pada standar dokumentasi yang telah diterapkan.

2. Menverifikasi kelayakan kontrol

Tugas ini tidak semata-mata berdiri sendiri tetapi merupakan rangkaian atas usulan struktur pengendalian internal yang dibuat oleh audit internal dalam fase sebelumnya. Pada tahap implementasi inilah review kembali apakah SPI yang telah ditetapkan memiliki keterbatasan yang cukup besar atau tidak.


(39)

3. Review konversi sistem lama ke sistem baru

Untuk memastikan bahwa data-data akurat selama proses penggantian tersebut. Review terhadap ketepatan uji data dan hasil uji.

e. Tahap Pengoperasian Sistem

Dalam tahap ini auditor melakukan evaluasi dan menilai ketepatan pengendalian dalam operasi sistem. Pada tahap ini pula auditor intern harus secara aktif memantau apakah tahap pengoperasian sistem telah sesuai dengan standar pengoperasian yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Peran Auditor Internal Memenuhi Kebutuhan Manajemen

Auditor internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi.

Menurut Sawyer (2009:34) departemen audit internal mampu membantu manajemen dalam:

a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak. Setiap tahun Chief Auditing Executives


(40)

(CAE) menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi

b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko. Auditor internal memperluas persepsi mereka tentang manajemen risiko dan meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risiko organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan dengan layak.

c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Ketika audit dilakukan, auditor menelaah laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya. Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi lebih valid.

d. Membantu manajemen pada bidang teknis. Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya.

Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksanakan audit dengan profesional.


(41)

7. Tanggung Jawab Auditor Internal

Tanggung jawab auditor internal dalam perusahaan harus ditetapkan dengan jelas sesuai dengan penerapan Standar Akuntansi yang merupakan penerapan pada standar umum kualitas profesionalisme auditor juga sesuai dengan kebijakan manajemen. Tanggung jawab auditor internal menurut G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist (2006) dalam Ismayati (2009:22) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik.

b. Mengkoordinasi kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan perusahaan.

Pada dasarnya auditor internal tidak memikul tanggung jawab langsung dan juga tidak memiliki wewenang atas kegiatan-kegiatan perusahaan yang sedang di teliti. Oleh karena itu, pemeriksaan serta penilaian audit internal sama sekali tidak membebaskan tanggung jawab orang lain dalam perusahaan itu.

Menurut Tugiman (2006) auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan kecurangan dengan melakukan pengujian kecukupan atas keefektivitas sistem pengendalian internal. Apabila auditor internal mencurigai suatu tindakan yang dapat merugikan perusahaan, maka auditor internal bertanggung jawab dalam menginformasikan hal tersebut pada otoritas yang berwenang.


(42)

Auditor internal dapat merekomendasikan apakah tindakan lanjutan yang akan digunakan untuk memperbaiki kerugian atau kecurangan yang telah terjadi pada internal perusahaan.

8. Audit Internal Sektor Publik

Audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan di lingkungan organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa publik (public goods and services), yaitu barang dan jasa yang dibutuhkan oleh khalayak ramai atau masyarakat pada umumnya, seperti jalan raya, rumah, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah pertahanan dan keamanan, penerangan. Organisasi atau lembaga sektor publik tersebut dapat berupa instansi pemerintah, BUMN/BUMD, dan lembaga swasta (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007:13).

Hal paling siginifikan dalam perbedaan laporan keuangan entitas usaha swasta dengan pemerintahan adalah pada hasil laba ruginya. Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) laporan hasil usaha pada instansi pemerintahan diganti dengan laporan realisasi anggaran, yang memuat informasi berupa perbandingan anggaran dengan realisasinya.

Fungsi audit internal pemerintahan yang di emban oleh Inspektorat Jenderal pada masing-masing departemen peerintah terdiri dari fungsi audit yaitu pemeriksaan dan evaluasi. Evaluasi merupakan bagian dari tugas Inspektorat Jenderal ditegaskan Menteri


(43)

Pendayagunaan Aparatur Negara dengan Peraturan Menteri Nomor PER/03/M.PAN/02/2006. Peraturan menteri tersebut menyatakan bahwa Kegiatan Evaluasi menjadi bagian dari Program Pengawasan kategori Kegiatan Utama disamping pemeriksaan (audit). Masih menurut Peraturan Menpan tersebut, Kegiatan Evaluasi meliputi: (1) Evaluasi Sistem Intern Pemerintah, (2) Evaluasi Penggunaan Dana Dekonsentrasi dan (3) Pembantuan dan Evaluasi Aspek Tertentu Penyelenggaraan Program Instansi Pemerintah. Peraturan tersebut kembali ditetapkan menjadi Kebijakan Pengawasan melalui Peraturan Menpan Nomor PER/03.1/M.PAN/3/2007 (Bambang Pamuji, 2007:6). B. Sistem Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut definisi yang dibuat oleh The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (Iwan Triyuwono, 2000:155) adalah sebagai berikut:

“The plan of organization, and all of the coordinate methods and measures adopted within a business, to safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting data, promote operational efficiency, and encourage adherence to prescibed managerial policies (AU Section 320.08).”

Dalam definisi tersebut ada empat fungsi yang terlihat, yaitu: (1) menjaga aktiva, (2) mengecek keakuratan dan reliabilitas data akuntansi, (3) meningkatkan efisiensi operasional, dan (4) mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.


(44)

Menurut Nugroho Widjajanto (2001:18) definisi pengendalian internal adalah sebagai berikut:

“Suatu sistem pengendalian yang meliput struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan aktiva perusahaan, mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, meningkatkan efisiensi dan mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi.”

Berdasarkan uraian tersebut, pembuatan dan pemeliharaan pengendalian internal merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan. Aspek mendasar dari tanggung jawab penyediaan informasi pihak manajemen adalah untuk memberikan jaminan yang wajar bagi pemegang saham bahwa perusahaan dikendalikan dengan baik. Selain itu, pengendalian internal penting untuk mendorong para entitas melaksanakan kebijakan dan aturan perusahaan secara efektif dan efisien sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Hall (2006:78) terdapat lima tujuan pengendalian internal atas transaksi, antara lain:

a. Otoritas (wewenang)

Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus.


(45)

b. Pencatatan

Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap. c. Perlindungan

Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini pengendalian internal memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.

d. Rekonsiliasi

Rekonsiliasi secara kontinyu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang audit finansial, audit manajemen dan sistem pengendalian internal.

e. Penilaian

Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalued atas harta tersebut.

Menurut tujuannya pengendalian internal dibagi menjadi dua yaitu pengendalian akuntansi dan pengendalian administratif. Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2007:182) Pengendalian administratif meliputi rencana organisasi dan prosedur yang menyangkut efisiensi usaha dan


(46)

ketaatan terhadap kebijaksanaan atau peraturan pimpinan perusahaan. Dalam pengendalian administratif umumnya tidak langsung berhubungan dengan pembukuan (sistem akuntansi). Pengendalian administratif mencakup analisis statistik, laporan kegiatan, program latihan pegawai, pengawasan mutu dan kebijakan akuntansi.

Pengendalian akuntansi berkaitan dengan rencana organisasi, prosedur, catatan, untuk menjamin pengamanan aktiva, dapat diandalkannya laporan keuangan, dan adanya keyakinan bahwa setiap transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi yang berwenang. Setiap transaksi dicatat untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, maupun dalam rangka untuk akuntabilitas kepengurusan perusahaan. Selain itu akses terhadap aset hanya sesuai dengan otoritas yang ada. Catatan tentang akuntabilitas aset adalah sesuai dengan yang ada, dapat direkonsiliasikan dan telah dilakukan tindakan yang perlu bila terjadi perbedaan karena interval waktu yang dapat dijelaskan.

Pengendalian akuntansi meliputi metode dan prosedur yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan pengamanan harta serta dapat dipercayainya catatan keuangan. Pada umumnya pengendalian akuntansi meliputi sistem pemberian wewenang (otorisasi), pemisahan tugas (antara operasional, penyimpanan harta kekayaan, penyimpanan uang dan pembukuan), pengawasan fisik dan cek ulang atas akurasi pekerjaan oleh pihak ketiga (verifikasi independen).


(47)

3. Komponen-komponen dalam Pengendalian internal

Menurut Hall (2006:186) komponen-komponen pengendalian internal meliputi:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah dasar dari empat komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian menentukan arah perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. Berbagai elemen penting dari lingkungan pengendalian adalah integritas dan nilai etika manajemen, struktur organisasi, keterlibatan dewan komisaris dan komite audit, filosofi manajemen dan siklus operasionalnyam prosedur pendelegasian tanggung jawab dan otoritas, metode manajemen untuk menilai kinerja, pengaruh eksternal dan kebijakan serta praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya.

b. Pernilaian Resiko

Perusahaan harus melakukan penilaiaan resiko untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola berbagai resiko yang berkaitan dengan laporan keuangan.

c. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan yang termasuk dalam empat komponen, membantu tindakan-tindakan seperlunya yang mengarahkan resiko dalam


(48)

pencapaian tujuan organisasi. Contohnya, pemisahan tugas yang layak, otorisasi yang layak, pengendalian fisik, dokumen dan catatan yang layak, pengendalian fisik, pengecekan (pemeriksaan) secara bebas.

d. Komunikasi dan Informasi

Sistem informasi yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dapat mengidentifikasi, menyatukan, analisa, klasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi organisasi/lembaga dan menjaga akuntabilitasnya, jumlah aktiva dihitung. Informasi akuntansi dan sistem komunikasi mempunyai subkomponen, seperti penjualan, retur penjualan, penagihan, akuisisi dan sebagainya.

e. Monitoring

Monitoring adalah proses penilaian kinerja, kualitas struktur pengendalian internal dalam suatu waktu. Kegiatan monitoring melalui kegiatan yang berjalan. Misal, masalah-masalah dengan pengendalian internal dapat datang dari manajemen karena adanya keluhan dari pelanggan tentang kesalahan penagihan atau dari pemasok tentang pembayaran atau dari manajer yang menerima laporan yang berbeda dengan informasi dari bagian operasi.


(49)

4. Fungsi Pengendalian Internal

Pengendalian internal memiliki fungsi-fungsi kontrol atas internal perusahaan. Beberapa kontrol diterapkan untuk mencegah hasil-hasil yang tidak diharapkan sebelum terjadi (kontrol preventif). Kontrol lain dirancang untuk menemukan hasil-hasil yang tidak diharapkan pada saat terjadinya (kontrol detektif). Masih ada kontrol lain yang dirancang untuk memastikan bahwa tindakan korektif diambil untuk memperbaiki hal-hal yang tidak diharapkan atau untuk memastikan bahwa hal-hal tersebut tidak terulang (kontrol korektif). Semua kontrol, secara bersama-sama, berfungsi untuk memastikan bahwa tujuan atau sasaran manajemen akan tercapai.

Menurut Sawyer (2009:67) 3 (tiga) fungsi pengendalian internal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kontrol Preventif

Kontrol preventif atau pengendalian preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang merugikan, seperti kekeliruan dan pencurian. Ketika diterapkan ke dalam sebuah sistem, kontrol preventif ini memiliki kemampuan dalam mencegah kekeliruan dan secara otomatis kontrol preventif dapat mencegah biaya perbaikan. Kontrol preventif dapat mencakup, misalnya: (1) karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, (2) pemisahan tugas untuk mencegah pelanggaran yang disengaja, (3) otorisasi yang layak untuk mencegah penggunaan sumber daya organisasi dengan tidak


(50)

semestinya, (4) perbaikan menggunakan komputer untuk mencegah transaksi yang tidak semestinya, (5) dokumentasi dan catatan yang memadai serta prosedur pencatatan yang layak, dan (6) kontrol fisik atas aktiva untuk mencegah penyalahgunaan atau pencurian. Berdasarkan hal tersebut kontrol atau pengendalian preventif sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan pencegahan umum atas apa yang menjadi resiko umum perusahaan yaitu human error dan kesalahan (fraud).

b. Kontrol Detektif

Pengendalian detektif ditujukan untuk menentukan kapan peristiwa yang merugikan terjadi. Pengendalian detektif umumnya memiliki biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan preventif hal itu dikarenakan kontrol detektif mampu mengukur efektivitas pengendalian preventif. Beberapa kekeliruan tidak bisa secara efektif dikendalikan oleh sistem pencegahan, kekeliruan tersebut harus dideteksi saat terjadi. Kontrol detektif mencakup pemeriksaan dan perbandingan, seperti catatan kinerja dan pemeriksaan independen atas kinerja. Kontrol detektif juga mencakup sarana kontrol seperti rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, perhitungan kas, rekonsiliasi rincian piutang usaha ke akun pengendali piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan dan sistem pemeriksaan seperti, audit internal.


(51)

c. Kontrol Korektif

Pengendalian korektif dilakukan bila terjadi hal-hal yang tidak semestinya dan telah terdeteksi. Semua kontrol detektif tidak ada gunanya bila kelemahan yang telah diidentifikasi tidak diperbaiki atau dianggap tidak masalah bila terulang. Oleh karena itu, manajemen harus mengembangkan sistem yang tetap menyoroti kondisi-kondisi yang tidak diinginkan sampai dilakukan perbaikan. Perbaikan itu berupa berbagai prosedur untuk mencegah terulangnya kondisi yang merugikan. Pendokumentasian dan sistem pelaporan membuat masalah-masalah tetap berada di bawah pengawasan manajemen sampai diselesaikan kerusakan diperbaiki. Jadi kontrol korektif menutup lingkaran yang dimulai dari pencegahan kemudian deteksi hingga koreksi.

d. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internal didefinisikan sebagai struktur organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinasikan serta ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga ditetapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan. Pengendalian merupakan fungai manajemen yang melaksanakan analisa atas seluruh aktivitas perusahaan. Adanya pengendalian di perusahaan, maka diharapkan seluruh aktivitas dapat berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Hall, 2006:230).


(52)

Menurut The Comittee of Sponsoring Organization (COSO) (Bodnar dan Hopwood, 2001:182), sistem pengendalian internal adalah proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sistem pengendalian internal merupakan aspek yang penting dalam penerapannya di suatu perusahaan. Sistem ini memberikan kepastian secara objektif mengenai segala aspek perusahaan baik organisasional maupun personal dilakukan secara efektif dan efisien.

C. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Anthony dan Vijay (2005:174) efektivitas adalah segala sesuatu berhubungan dengan penentu apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan telah tercapai. Hasil penjualan, kegiatan operasional dan laporan realisasi anggaran dapat dijadikan sebagai contoh atas nilai efektivitas dari kinerja perusahaan selanjutnya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam merealisasikan tujuan perusahaannya. Dengan demikian efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(53)

2. Pengukuran Efektivitas

Menurut Anthony dan Vijay (2005:175) pengukuran efektivitas dapat menggunakan beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan kuantitatif akuntansi

Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan objektivitas dan independensi yang tinggi dari perusahaan. Pengukuran pendekatan ini melalui penggunaan informasi akuntansi dan keuangan yang ada pada perusahaan. Namun pendekatan ini memiliki kelemahan-kelemahan, sehingga dibutuhkan pendekatan lain yaitu kuantitatif manajemen.

b. Pendekatan kuantitaif manajemen

Pendekatan ini mengakomodasi variabel-variabel kuantitatif yang bersifat non finansial dan diluar sistem akuntansi. Pendekatan ini membantu perumusan-perumusan permasalahan yang dihadapi sebagai alat analisa dalam pemecahan permasalahan, serta memperjelas kesimpulan yang akan diambil dalam analisis kuantitaif akuntansi.

c. Digunakan sebagai pelengkap hasil kedua pendekatan diatas, hasil analisa kualitatif ini dimaksudkan untuk memperjelas kesimpulan yang akan diambil dari kedua pendekatan diatas. Sedangkan untuk mengukur efektivitas auditor dapat menggunakan teknik seperti memeriksa,


(54)

membandingkan, memeriksa dokumen dasar (vouching), menganalisa, mengecek, menginspeksi, menghitung, menelusuri (trace), serta memverifikasi (verify).

D. Keterkaitan Antar Variabel

1. Peran Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal

Menurut penelitian Hiro Tugiman (2002) pengendalian internal (internal control) dirancang untuk memberikan jaminan yang pantas berkaitan dengan pencapaian tujuaan perusahaan dengan kriteria antara lain: (1) efektifitas dan efisiensi dari operasi perusahaan, (2) realibilitas laporan keuangan, dan (3) dipatuhinya semua ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Suatu perusahaan harus meningkatkan kualitas auditor internalnya melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya agar mampu bekerja secara efektif. Hal ini berkaitan dengan peningkatan pengendalian internal perusahaan tersebut. Semakin tinggi kualitas auditor internal di dalam suatu perusahaan maka akan semakin baik pengendalian internalnya.

Menurut penelitian Hirth (2008) perusahaan yang memfungsikan internal audit dengan baik secara umum memiliki kontrol yang lebih baik. Internal audit yang baik tersebut meliputi peran auditor internal yang total dan independen, penilaian atas resiko perusahaan secara tepat, penggunaan tekhnologi dalam proses audit internal, dan mengutamakan efisiensi. Hirth (2008) mengungkapkan


(55)

pengaruh yang positif antara peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Semakin baik peran auditor internal maka akan semakin baik sistem pengendalian internal yang ada.

Menurut penelitian Fitria Anggraini (2008) peran auditor internal berpengaruh secara nyata terhadap pengendalian internal dan kinerja perusahaan. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan auditor internal meliputi penilaian dan pengevaluasian terhadap efektivitas sistem pengendalian internal organisasi. Ini merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh auditor internal.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ha1: Peran auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal

2. Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal

Menurut penelitian Ismayanti (2009) tanggung jawab auditor internal tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor internal bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian internal yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang


(56)

menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian internal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ha2: Tanggung jawab auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendlalian internal 3. Peran dan Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan

Efektivitas Sistem Pengendalian Internal

Menurut penelitian Hirth (2008) perusahaan yang memfungsikan internal audit dengan baik secara umum memiliki kontrol yang lebih baik. Internal audit yang baik tersebut meliputi peran auditor internal yang total dan independen, penilaian atas resiko perusahaan secara tepat, penggunaan tekhnologi dalam proses audit internal, dan mengutamakan efisiensi. Hirth (2008) mengungkapkan pengaruh yang positif antara peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Semakin baik peran auditor internal maka akan semakin baik sistem pengendalian internal yang ada.

Menurut penelitian Fitria Anggraini (2008) peran auditor internal berpengaruh secara nyata terhadap pengendalian internal dan kinerja perusahaan. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan auditor internal meliputi penilaian dan pengevaluasian terhadap


(57)

efektivitas sistem pengendalian internal organisasi. Ini merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh auditor internal.

Menurut penelitian Ismayanti (2009) tanggung jawab auditor internal tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor internal bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian internal yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian internal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ha3: Peran dan tanggung awab auditor internal secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendlalian internal

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari serangkaian makalah yang ditetapkan.( Abdul Hamid 2007:26 ).

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(58)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Peranan Auditor Internal(X1)

Fitria Anggraini (2008), Hiro Tugiman (2002), Hirth (2008)

Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian

Internal(Y1)

Hiro Tugiman(2002), Hirth (2008), Hermanson (2004) Tanggung Jawab Auditor

Internal(X2)


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh peranan auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Populasi yang terdapat di dalam penelitian ini adalah sepuluh perusahaan yang terdiri dari tujuh perusahaan swasta, dua institusi kementerian pemerintah, dan sisanya adalah BUMN dimana di dalam perusahaan tersebut telah menerapkan sistem pengendalian internal dan menggunakan jasa auditor internal di dalamnya. Adapun responden dalam penelitian ini adalah auditor internal.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian kali ini menggunakan metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti. Dalam metode convenience sampling ini elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling murah dan cepat (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130). C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.


(60)

a. Penelitian Pustaka

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, perusahaan industri dan perusahaan jasa, internet dan perangkat lain yang berkaitam dengan judul peneliti (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:150). b. Penelitian Lapangan

Data utama penelitian ini diperoleh melauli penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian ini auditor internal yang bekerja pada perusahaan swasta dan Inspektorat Jendral Kementerian Republik Indonesia. Peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Peneliti memperoleh data dengan mengirim kuesioner kepada perusahaan-perusahaan secara langsung ataupun melalui perantara. Penyebaran kuesioner diproyeksikan sebanyak 100 (seratus) kuesioner dengan proyeksi pengembalian lebih dari 75 (tujuh puluh lima) persen. Penyebaran atas perusahaan swasta dan Inspektorat Jenderal Kementrian Republik Indonesia di proyeksikan rata, yaitu 50 (lima puluh) kuesioner pada setiap klasifikasi jenis perusahaan. Penyebaran kuesioner itu di harapkan memberikan lingkup generalisasi variatif klasifikasi organisasi yang lebih luas dan memberikan perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.


(61)

D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah di pahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif digunakan untuk informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:45).

2. Uji kualitas Data

Kesimpulan penelitian ini dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi, pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh sebab itu kesimpulan tergantung kepada kualitas data yang di analisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 2002). Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang terhadap pernyataan


(62)

tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

i. Repeated Measure atau pengukuran ulang

ii. One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa>0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2009:46).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan.

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan perbandingan nilai Corrected


(63)

item-Total Correlation dengan r tabel, untuk degree of freedom (df) = n-2, dan alpha = 0,05 (Imam Ghozali, 2009:49).

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Imam Ghozali, 2009:95). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Imam Ghozali, 2009:99).

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas model regresi adalah dengan melihat tolerance dan VIF dengan menilai apakah model regresi bebas dari multikolinieritas. Model regresi yang bebas dari ultikolinieritas adalah sebagai berikut:


(64)

2. Tolerance lebih besar dari 0.1 (Tolerance>0.1) b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sejumlah sampel kecil (Imam Ghozali, 2009:147).

Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti arah garis diagonalnya (Imam Ghozali, 2009:147).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti


(65)

titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2009:125)

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 2002:211). Variabel independen terdiri dari peranan auditor internal dan tanggung jawab auditor internal sedangkan variabel dependennya adalah peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal.

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan : Y= SPI a = konstanta


(66)

b1-b2 = koefisien regresi X1 = Peran auditor internal

X2 = Tanggung jawab auditor internal; e = error

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1(satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2009:40).

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 10% maka hipotesis alternatif


(1)

Residuals Statistics

a

Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

N

Predicted Value

39.63

58.32

47.35

4.502

82

Std. Predicted Value

-1.716

2.437

.000

1.000

82

Standard Error of

Predicted Value

.366

1.516

.591

.230

82

Adjusted Predicted

Value

39.00

58.08

47.36

4.513

82

Residual

-7.082

7.152

.000

3.272

82

Std. Residual

-2.138

2.159

.000

.988

82

Stud. Residual

-2.193

2.187

-.002

1.009

82

Deleted Residual

-7.835

7.338

-.011

3.421

82

Stud. Deleted Residual

-2.249

2.242

-.004

1.021

82

Mahal. Distance

.001

15.963

1.976

2.822

82

Cook's Distance

.000

.363

.016

.043

82

Centered Leverage Value

.000

.197

.024

.035

82


(2)

(3)

frekuensi

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 30 tahun

24

29.3

29.3

29.3

30-45 tahun

43

52.4

52.4

81.7

> 45 tahun

15

18.3

18.3

100.0

Total

82

100.0

100.0

Tabel 4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid l

58

70.7

70.7

70.7

p

24

29.3

29.3

100.0

Total

82

100.0

100.0

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid DI-DIII

3

3.7

3.7

3.7

S1

46

56.1

56.1

59.8

S2

33

40.2

40.2

100.0


(4)

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 3 tahun

28

34.1

34.1

34.1

5-10 tahun

22

26.8

26.8

61.0

10-20 tahun

17

20.7

20.7

81.7

> 20 tahun

15

18.3

18.3

100.0


(5)

Tabel r Product Moment

Pada Sig.0,05 (Two Tail)

N r N r N R N r N r N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138 2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137 3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137 4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137 5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136 6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136 7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136 8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135 9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135 10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135 11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134 12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134 13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134 14 0.497 54 0.263

94

0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134 15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133 16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133 17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133 18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132 19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132 20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132 21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131 22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131 23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131 24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131 25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13 26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13 27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13 28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129 29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129 30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129 31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129 32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128 33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128 34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128 35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127 36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127 37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127 38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127 39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126 40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126


(6)