Menurut Tan dan Libby 1997 dalam Sulistiyowati 2003, seorang auditor minimal harus memiliki keahlian audit yang secara garis
besar dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Keahlian teknis
Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya
dalam lingkup akuntansi secara umum dan auditing. Yang termasuk keahlian teknis adalah :
1 Komponen pengetahuan dengan faktor-faktornya yang meliputi pengetahuan umum dan khusus berpengalaman, mendapat
informasi yang cukup dan relevan, selalu berusaha untuk tahu, dan mempunyai visi.
2 Analisis tugas yang mencakup ketelitian, tegas, profesional dalam tugas, keterampilan teknis. Menggunakan metode
analisis, kecermatan, loyalitas dan idealisme.
b. Keahlian non teknis.
Keahlian non teknis merupakan kemampuan dalam diri seorang auditor yang baik, dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan
pengalaman. Menurut Rasuli 2000 dalam Sulistiyowati 2003 keahlian non teknis meliputi:
1 Ciri-ciri psikologis yang meliputi rasa percaya diri, tanggung jawab, ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif,
kemampuan beradaptasi, kejujuran, dan kecekatan.
12
2 Kemampuan berpikir yang analitis dan logis, cerdas, tanggap dan berusaha menyelesaikan masalah, berpikir cepat dan
terperinci. 3 Strategi penentuan keputusan yang mencakup independen,
objektif dan memiliki integritas. Hasil penelitian Murtanto dan Gudono 1999 dalam Darwito
2006 menunjukan bahwa komponen keahlian untuk auditor di Indonesia terdiri atas:
a. Komponen Pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan
terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. b. Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Menurut Abdolmuhammadi 1999 dalam penelitian Lehmann dan
Norman 2006 dalam Sucipto 2007 terdapat tiga kelompok akuntan pemeriksa yang diklasifikasikan menurut tingkat pengalamannya:
Novice Group
: Meliputi Mahasiswa dan staf yang mempunyai pengalaman kurang dari
12 bulan. Mid-Level Experiance Group
: Meliputi staf senior yang mempunyai pengalaman antara 12 bulan sampai
dengan 72 bulan.
13
Experiance Group : Meliputi Partner dan Manager yang
mempunyai pengalaman lebih dari 72 bulan.
Menurut Raharjo 1998 dalam Sucipto 2007 Pengetahuan auditor yang berkaitan dengan pemeriksaan atau audit adalah:
a. Pengetahuan jenis-jenis dokumen dalam operasi dalam perusahaan dan alur dokumen dalam operasi perusahaan
b. Pengetahuan atas berbagai indikasi terjadinya kekeliruan dan kecurangan dan kemampuan auditor untuk mengetahui sisi
psikologis. Menurut Sri Sularso dan Ainun Na’im 1999 dalam Sucipto 2007
faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan pengetahuan akuntan pemeriksa adalah:
a. Pengalaman Audit b. Diskusi mengenai audit dengan rekan kerja
c. Pengawasan dan review oleh akuntan pemeriksapengawas d. Program pelatihan
e. Tindak lanjut perencanaan audit f. Penggunaan pedoman audit.
Disamping faktor-faktor tersebut menurut Libby dan Luft 1993 dalam penelitian Thomas, Davis dan Seaman 1998 dalam Sucipto
2007, partisipasi dalam continuing profesional education CPE atau pendidikan edukasi berkelanjutan PPL juga dapat meningkatkan
14
pengetahuan seorang auditor dalam menjalankan tugas pengauditannya. Dalam penelitian tersebut ternyata continuing profesional education
CPE atau pendidikan edukasi berkelanjutan PPL terbukti dapat
meningkatkan pengetahuan seorang auditor yang kemudian berdampak pada keahlian dan performance auditor tersebut.
Menurut Hartadi 2004 dalam Sucipto 2007, pengalaman yang dimiliki oleh akuntan pemeriksa yang mendukung kemampuannya untuk
melakukan audit atau pemeriksaan adalah: a. Pengalaman atas penanganan berbagai bentuk kecurangan dan
kekeliruan secara menyeluruh. Hal tersebut membuka peluang semakin besar bahwa pihak auditor akan mudah
mengidentifikasi berbagai bentuk kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan.
b. Pengalaman atas pengidentifikasian berbagai bentuk kekeliruan yang terjadi dalam laporan keuangan, dengan adanya
pengalaman tersebut maka auditor akan tahu berbagai bentuk kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan. c. Pengalaman dalam melakukan analisa alur dokumen operasi
perusahaan. Hal ini akan semakin memperlancar pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor dan mempercepat proses
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.
15
Standar Profesional Akuntan Publik Tentang Keahlian Auditor
Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia IAI, yaitu standar umum seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga
bagian yaitu: 1. Standar Umum Pertama,
01 Standar umum pertama berbunyi:
”Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor” 02
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk
dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia
tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen 3. Tanggal Berlaku Efektif
16
Fraud Auditor
Auditor yang sudah terlatih dalam bidang audit mempunyai potensi untuk menjadi fraud auditor. Di Amerika Serikat, untuk menjadi seorang pemeriksa
fraud seseorang diharuskan menempuh pendidikan yang memenuhi syarat.
Mereka mendapatkan pelatihan khusus di bidang pendeteksian, pengusutanpenyidikan, dan pencegahan terhadap fraud dan kejahatan kerah
putih. Setiap anggota asosiasi, diharapkan dapat menjadi seorang Pemeriksa Fraud
Bersertifikat Certified Fraud Examiners, yang memperoleh sertifikat setelah melalui proses aplikasi yang ekstensif luas dan lulus ujian CFE yang
seragam. Keanggotaan asosiasi CFE terbuka bagi semua orang yang bermoral tinggi
dengan syarat profesional yang berkepentingan, berpendidikan, atau berpengalaman di bidang pemeriksaan fraud. Para CFE tersebut berasal dari
berbagai profesi, termasuk auditor, Akuntan, penyidik fraud, spesialis pencegah kerugian, aparat penegak hukum, jasapenuntut, manajer dan para eksekutif,
pengacara, ahli kriminologi, akademisi dan pelajar, serta konsultan anti fraud. Lingkup kerja CFE meliputi perolehanpenggalian bukti, memeriksa rekening atau
laporan keuangan, menyusun laporan, dan turut membantu proses penyelidikan dalam berbagai bentuk.
Menurut Regar 1998 dalam Sulistiyowati 2003, seorang fraud auditor harus memiliki ciri-ciri khusus, antara lain sikap ingin tahu curiosity, curiga
pofesional professional skepticism, ketangguhan persistence, kreativitas
17
creativity, kepercayaan
conpidence dan pertimbangan profesional
professional judgement. Menurut Tunggal dan Tunggal 2000 dalam Sulistiyowati 2003, seorang
fraud auditor yang efektif harus memiliki kemampuan dan pengetahuan pada
tingkat tertentu, dan berbagai perspektif berikut: • Manusia dan individu
• Organisasi, budaya, dan motivasi • Ekonomikompetitif
• Sosial • Peraturan, hukum, dan bukti bagaimana cara melihat, mendeteksi dan
mendokumentasikan kecurangan yang terjadi • Pengawasan akuntansi, audit dan internal kapan, di mana, dan bagaimana
kecurangan yang paling mungkin terjadi dalam akuntansi dan laporan keuangan
Menurut Tunggal dan Tunggal 2000 dalam Sulistiyowati 2003, seorang fraud auditor yang efektif harus mampu secara kompeten:
• Melakukan suatu tinjauan pengendalian intern. • Menilai kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.
• Merencanakan sekenario kerugian kecurangaan yang mungkin terjadi berdasarkan kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi dalam pengendalian
itern.
18
• Mengenali keadaan-keadaan yang bisa di pertanyakan dan diperkecualikan dalam neraca akuntansi.
• Mengenali transaksi-transaksi yang bisa dipertanyakan dan diperkeculikan terlalu tinggi, terlalau rendah, terlalau sering, terlalau jarang, terlalu
banyak, terlalau kecil, waktu yang janggal, tempat yang janggal, orang yang janggal
• Membedakan antara kesalahan manusia sederhana dan kelalaian dalam catatan yang curang.
• Mengikuti aliaran dana masuk dan keluar akuntansi dalam perusahaan. • Mencari dokumen pendukung mendasar untuk transaksi-tranasaksi yang
biasa dipertanyakan. • Meninjau dokemen-dokumen tersebut dari segi keanehannya, misalnya
jumlah yang dinaikkan, pemalsuan, penjiplakan, rekening palsu, pembuatan faktur klaim, penghancuran data, klasifikasi akuntansi yang
tidak cocok, ketidakteraturan dalam rangkaian, kuantitas, penetapan harga, penambahan atau perluasan, serta penggantian salinan-salinan untuk
dokumen asli. • Mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk memastikan kerugian asset,
transaksi-transaksi curang, dan laporan-laporan keuangan. • Mendokumentasikan dan melaporkan suatu kerugian karena klaim-klain
kejahatan atau asuransi.
19
• Mengetahui kebijakan-kebijakan manajeman, administratif dan organisasi, prosedur dan praktik-praktik.
• Meninjau motifasi dan iklim etis organisasi.
3. Pemeriksaan Kecurangan Fraud Auditing