6
sebuah ruangan menunggu pemilik yang telah membelinya datang untuk mengambil ataupun mungkin juga akan dikirim langsung kepada pemiliknya.
Tulisan ini akan dimaksudkan untuk mendeskripsikan mengenai produksi Gitar Bona Pasogit
8
8
Bona Pasogit adalah bahasa Batak yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah kampung halaman.
Sipoholon menyangkut tentang teknik pembuatan dan sistem pemasarannya. Mengenai teknik pembuatan akan dideskripsikan mengenai proses
dan cara pembuatannya yang menyangkut teknik pembuatan, bahan serta alat yang digunakan dan beberapa hal terkait yang menyangkut mengenai teknik
pembuatannya. Menarik untuk dibicarakan karena pembuatannya masih menggunakan cara yang sangat sederhana dengan keuletan tangan handmade
dan dibantu menggunakan peralatan yang sederhana juga. Sedangkan mengenai pemasarannya akan mengulas tentang sistem pemasaran yang menyangkut tentang
produksi, faktor faktor yang mempengaruhi permintaan kepada gitar tersebut. proses pemasaran dan pangsa pasar yang menjadi tujuan pembuat gitar dalam hal
ini adalah Bpk. Albert Hutagalung. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, saya
memilih judul untuk penelitian ini yaitu: Produksi Gitar Bona Pasogit Sipoholon Buatan Bapak Albert Hutagalung di Desa Lumban Baringin
Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara: Kajian Terhadap Teknik Pembuatan dan Pemasaran.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, pokok
permasalahan yang menjadi topik bahasan di dalam tulisan ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Bagaimana teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit Sipoholon yang
dilakukan oleh bapak Albert Hutagalung. 2.
Bagaimana pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan pokok permasalahan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui tentang teknik pembuatan Gitar Bona Pasogit
Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung. 2.
Untuk mengetahui pemasaran produk Gitar Bona Pasogit Sipoholon buatan bapak Albert Hutagalung.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi dan pengetahuan tentang salah satu dari sekian
banyak aset kebudayaan yang masih dimiliki daerah Sumatera Utara yaitu Gitar Bona Pasogit Sipoholon
2. Sebagai suatu upaya untuk memberikan masukan bagi masyarakat
umumnya nantinya untuk lebih mengenalkan produk gitar tersebut, khususnya terlebih kepada pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan
salah satu kebudayaan daerah ini untuk dapat tetap bertahan, semakin berkembang, dan dapat dilestarikan.
Universitas Sumatera Utara
8
3. Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi bahan informasi sebagai
gambaran materi dasar bagi penelitian selanjutnya.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Produksi dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas produksi adalah segala usaha untuk menambah atau mempertinggi nilai atau
faedah dari sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit produksi adalah segala usaha dan aktivitas untuk menciptakan suatu barang atau mengubah bentuk suatu
barang menjadi barang lain Abdullah, 1992: 4; 38. Jadi yang dimaksud dengan produksi dalam tulisan ini adalah proses pembuatan atau menciptakan suatu
barang dalam hal ini gitar Bona Pasogit Sipoholon tersebut yang tentu saja menjadi sebuah produk gitar baru dan tentunya sudah memiliki trademark merek
dagang yang tersendiri. Kajian adalah mempelajari, memeriksa, menyelidiki suatu hal atau objek
yang sudah ditentukan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995. Dalam tulisan ini yang menjadi objek kajian adalah mengenai teknik pembuatan serta pemasaran
gitar tersebut. Teknik adalah metode atau sistem di dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan
pembuatan adalah proses atau cara yang dilakukan Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Yang dimaksud dengan teknik pembuatan dalam tulisan ini
adalah metode atau cara dalam membuat atau menghasilkan produk gitar tersebut yang tentunya dilakukan dengan handmade dan mungkin berbeda dengan proses
pembuatan gitar dengan bantuan mesin dan teknologi. Teknik dalam tulisan ini
Universitas Sumatera Utara
9
juga membicarakan tentang pedoman dasar, cara, langkah langkah atau kerangka kerja yang dipakai untuk menghasilkan gitar dalam hal ini produk gitar Bona
Pasogit. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu
maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh produk atau jasa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan,
dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain Kotler, 1997. Yang menjadi fokus dan yang dimaksud dengan pemasaran dalam tulisan
ini adalah bagaimana produksi, sistem pemasaran produk gitar tersebut kepada setiap pembeli konsumen yang tentunya berhubungan dengan target
pemasarannya atau pangsa pasar yang menjadi tujuan produk gitar tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi sehingga permintaan oleh konsumen terjadi,
dan memilih menggunakan gitar tersebut dibandingkan beberapa jenis gitar lainnya yang memiliki merek trademark yang mempunyai nama serta
penawaran produk yang dilakukan oleh pembuat gitar tersebut dalam hal ini Bapak Albert Hutagalung selaku pemilik usaha tersebut juga akan menjadi objek
kajian di dalam tulisan ini.
1.4.2 Teori
Studi etnomusikologi adalah studi yang bukan hanya sebagai studi musik dari aspek oralnya, akan tetapi juga dari aspek sosial, kultural, psikologi, dan
estetikanya pula. Ada setidaknya enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian dan salah satunya adalah mengenai budaya material musik. Dalam
tulisan ini untuk membahas mengenai pendeskripsian alat musik, penulis mengacu
Universitas Sumatera Utara
10
pada teori yang dikemukakan oleh Kashimo Shususmu yaitu Measuring and Ilustrating Musical Instrument. Pendekatan yang mendasar untuk membahas
mengenai budaya material instrumen musik yaitu pendekatan secara struktural dan fungsional dalam Laporan Asia Performing Traditional Art AFTA,
1978:174 terjemahan Rizaldi Siagian. Studi Struktural berkaitan dengan pengamatan Observasi, pengukuran,
perekaman atau pencatatan bentuk, ukuran besar kecil konstruksi, serta bahan- bahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi
fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat atau komponen yang memproduksi menghasilkan suara antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap
metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara loudness bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh
alat musik tersebut. Dalam tulisan ini mengenai proses dan teknik pembuatan gitar tersebut akan memakai pendekatan secara struktural.
Proses menghasilkan atau menciptakan alat musik membutuhkan kecermatan serta keuletan mulai dari pemilihan bahan sampai finishing. Setiap
alat musik mempunyai cara pembuatan yang berbeda-beda, mulai dari bahan baku yang digunakan, serta tingkat kesulitan pada saat proses pengerjaannya. Menurut
Williams 1986: 1, proses pembuatan alat musik gitar akustik di mulai dari pemilihan bahan baku, peralatan yang digunakan, cara memproduksi, sistem
pelarasan hingga finishing. Menurut Pearson dan Webster 1956 , penggunaan kayu sebagai bahan
baku pembuatan alat musik telah dikenal sejak 2500 SM. Hal ini disebabkan karena kayu memiliki karakter unik dan cocok untuk dijadikan bahan baku
Universitas Sumatera Utara
11
pembuatan khususnya alat musik berdawai, karena kemampuan kayu untuk memancarkan suara melalui getaran Kollmann dan Cote, 1958 . Menurut
Brown 1952 , persyaratan kayu sebagai bahan baku adalah jenis kayu yang memiliki perbandingan elastisitas kelenturan yang
tinggi terhadap masa jenis atau kerapatannya. Namun demikian, kekuatannya sangat penting karena dapat
mempengaruhi suara yang dihasilkan. Kayu dengan kualitas tinggi diperlukan untuk menghasilkan suara yang baik.
Peralatan digunakan untuk memudahkan pengerjaan, dan dalam membuat instrumen musik diperlukan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis bahan yang
akan digunakan. Peralatan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap lama tidaknya proses pembuatan dan baik tidaknya kualitas sebuah instrumen. Untuk
cara memproduksi hingga tahap akhir berkaitan dengan langkah langkah beserta teknik yang digunakan selama berlangsungnya proses pembuatan alat musik
tersebut. Sedangkan sistem pelarasan sendiri merupakan kegiatan menentukan frekuensi nada yang akan digunakan pada instrumen musik tersebut.
Dalam penelitian etnomusikologi ada dua pendekatan yang digunakan baik itu pendekatan emik ataupun pendekatan etik. Pendekatan emik mendasarkan
pada ukuran-ukuran, kriteria dan paradigma dari sisi masyarakat pemilik musik atau kebudayaan. Sedangkan pendekatan etik menekankan pada ukuran, kriteria
dan paradigma dari sisi peneliti. Dalam pendekatan emik peneliti tidak membuat ukuran-ukuran maupun
kriteria kriteria sendiri dalam mengamati fenomena kebudayaan, tetapi berusaha menangkap bahasa ataupun kebudayaan masyarakat itu dengan ukuran dan
kriteria pemilik bahasa ataupun kebudayaan masyarakat tertentu yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
12
Pendekatan secara emik digunakan di dalam tulisan ini untuk melengkapi teori tersebut yang akan melihat gambaran dari objek yang menjadi kajian mengenai
teknik pembuatan dalam tulisan ini. Selain mengenai deskripsi tentang instrumen musik, masih ada sejumlah
masalah-masalah analisis lain yang menjadi sasaran penelitian mengenai budaya material musik. Salah satunya menurut Alan P.Merriam dalam buku berjudul
Etnomusikologi: Defenisi dan Perkembangannya terjemahan dari Santosa dan Rizaldi Siagian menjelaskan bahwa nilai ekonomi instrumen juga penting untuk
menjadi sasaran kajian yang mencakup budaya material musik. Dalam buku tersebut Alan P.Merriam memberikan sebuah pemahaman yaitu
sebagai berikut: “Nilai ekonomi instrumen juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis
yang mencari nafkah dari membuat instrumen. Apakah ada atau tidak spesialis di sana, proses pembuatan instrumen jelas melibatkan waktu ekonomis pembuatnya.
Instrumen dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; di dalam keadaan apa pun, produksinya adalah bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakat luas.
Instrumen mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan, mungkin dimiliki oleh perorangan; pemilikannya mungkin diakui secara individual akan tetapi untuk
kepentingan praktis diabaikan; atau mereka mungkin menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu 1992:116 ”.
Menurut Kotler 2008 : 48, bauran pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga, tempat, dan promosi
yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari target marketnya.
Universitas Sumatera Utara
13
Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. Menurut Kotler Amstrong, 4P didefinisikan:
1. Produk Product Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan
ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas meliputi desain, merek, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru
2. Harga Price Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang menunjukkan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi Place Distribusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya tersedia
di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi, pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi Promotion Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan
jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan, dan public relation.
Dalam hal pemasaran, tulisan ini akan berpedoman kepada teori pemasaran secara umum Philip Kotler,1997. Dijelaskan bahwa setidaknya ada beberapa
konsep inti mengenai pemasaran antara lain yaitu: 1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan.
Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Sedangkan Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kepuasan tersebut. Permintaan
Universitas Sumatera Utara
14
adalah keinginan akan suatu produk yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya.
2 Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. 3 Nilai, Biaya dan Kepuasan.
Nilai adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Biaya adalah sesuatu yang harus disertakan untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan. Kepuasan adalah hasil yang didapat setelah memilih atau menggunakan produk tersebut
4 Pertukaran, Transaksi dan Hubungan. Pertukaran adalah cara untuk mendapatkan produk. Transaksi adalah pertukar
nilai antara suatu pihak. Hubungan adalah membangun sebuah jaringan dengan pembeli.
5 Pasar, Pemasaran, dan Pemasar. Pasar adalah semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan
tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Mengenai pemasaran telah dijelaskan di bagian konsep dalam
tulisan ini. Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu.
Mengenai konsep inti dari pemasaran ini akan dilihat dari perilaku pembeli konsumen dan penjual produsen yang dijelaskan secara deskripsi. Tulisan ini
akan menjelaskan mengenai mengapa timbulnya kebutuhan , keinginan, dan permintaan kepada gitar tersebut yang dipengaruhi juga oleh produk merek.
Mengenai nilai, biaya, dan kepuasan akan dijelaskan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga memilih untuk membeli produk gitar tersebut. Akhirnya
Universitas Sumatera Utara
15
akan terjadi hubungan timbal balik antara pembeli dan penjual. Proses pertukaran, transaksi dan hubungan yang dilakukan akan dijelaskan juga dalam
tulisan ini. Mengenai pasar, pemasaran, dan pemasar akan dilihat dari sisi pembuat atau penjual gitar tersebut dalam hal ini Bapak Albert Hutagalung.
1.5 Lokasi Penelitian
Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah di desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya dalam sebuah
gudang bengkel milik bapak Albert Hutagalung yang juga berdekatan dengan kediaman beliau dimana proses produksi gitar tersebut dikerjakan. Untuk
mendukung informasi mengenai gitar tersebut penulis juga mengumpulkan sejumlah data dan informasi dari orang orang yang tentunya mengetahui tentang
gitar tersebut diantaranya masyarakat setempat, para pekerja yang membantu produksi gitar tersebut, seniman yang mengetahui tentang gitar tersebut, dan
tentunya para pembeli atau konsumen yang telah memakai gitar tersebut.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu semua hal yang menjadi objek penelitian digambarkan,
diringkaskan, dan menarik segala aspek yang didapat dari hasil penelitiaan tersebut untuk dianalisis secara deskriptif.
Menurut Sugiyono 2005:1 Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
Universitas Sumatera Utara
16
secara trianggulasi gabungan, analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna generalisasi. Dalam melakukan penelitian ini, saya
melakukan beberapa tahapan antara lain:
1.6.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan ke lokasi objek penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan studi pustaka yang tujuannya untuk mencari sebanyak
mungkin data dan informasi yang tentunya relevan dengan objek yang menjadi bahan kajian di dalam tulisan ini nantinya. Penulis mengumpulkan berbagai
referensi diantaranya buku, tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Dalam tulisan ini penulis juga mendapat tambahan data dan
informasi yang relevan mengenai objek yang menjadi kajian dengan penulusuran data secara online yang tentunya dengan memanfaatkan jaringan internet.
Untuk mendukung dan melengkapi wawasan penulis di dalam tulisan ini, penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap topik-topik lain yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti pengetahuan tentang sejarah, musikologi, metodologi penelitian, fisika, ekonomi, etnografi dan beberapa topik
lainnya. Hasil yang didapat dari studi kepustakaan tersebut akan menjadi landasan di dalam pembahasan tulisan ini.
1.6.2 Penelitian Lapangan
Penelitian Lapangan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan mengenai objek yang akan diteliti. Penulis melakukan
observasi secara langsung ke lokasi penelitian yaitu yang berada di desa Lumban
Universitas Sumatera Utara
17
Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara, dan langsung menemui informan kunci yaitu bapak Albert Hutagalung di lokasi proses
pembuatannya yang tak jauh dari kediamannya. Penulis juga mencari dan menemui beberapa narasumber yang berkompeten sebagai informan pangkal yang
tentunya tau mengenai gitar sipoholon tersebut untuk mencari sejumlah data tambahan. Dalam pengamatan langsung ke lokasi penelitian, penulis dilengkapi
dengan kamera digital yang membantu di dalam pengambilan gambar maupun video yang tentunya bertujuan untuk mengumpulkan data dalam bentuk foto-foto
dan rekaman video.
1.6.3 Wawancara
Untuk melakukan wawancara penulis terlebih dahulu menyusun daftar sejumlah beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan yang tentunya
berkaitan dengan pokok permasalahan. Pada akhirnya wawancara bersifat informal dan bebas dan tidak terikat kepada daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pokok pembicaraan yang tentunya masih fokus kepada hal yang menjadi inti permasalahan. Penulis
langsung melakukan wawancara kepada Bapak Albert Hutagalung selaku informan kunci dan beberapa informan lainnya yang tentunya paling tidak
mengetahui tentang gitar tersebut.
1.6.4 Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh akan dikaji, diolah, dan dianalisis dalam kerja laboratorium. Data yang didapat dari lapangan dan semua data hasil dari
Universitas Sumatera Utara
18
studi kepustakaan selanjutnya akan dibuat dalam bentuk tulisan ilmiah yang berupa skripsi yang disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka serta
teknik penulisan secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi
penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli
Utara yang menjadi lokasi penelitian.
2.1 Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi
Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 150 - 170 meter di atas permukaan laut. Letak geografisnya berada pada 2 - 3
Lintang Utara dan 98 - 99,5 Bujur Timur. Secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau
berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Labuhan Batu Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan
dan Tapanuli Tengah.
9
Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km
2
yang terdiri dari luas dataran 3.793,71 km
2
dan luas perairan Danau Toba 6,60 km
2
. Dari 15
9
Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
Universitas Sumatera Utara
20
kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 km
2
atau 14,96 dari luas Kabupaten dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 km
2
atau 2,10. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada rata-rata ketinggian lebih dari
900 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Wilayah ini merupakan salah satu daerah dengan curah hujan yang
cukup banyak yaitu 0,8 mm pertahun dengan suhu udara rata-rata adalah 22 C.
Adapun lokasi penelitian berada di Kecamatan Sipoholon yang menjadi salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
10
Peta 1. Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
10
Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara
Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi, Toba Samosir, Samosir, dan Humbang Hasundutan yang sekarang termasuk
dalam Keresidenan Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Sesudah kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dr. Ferdinand
Lumbantobing diangkat sebagai Residen Tapanuli dan disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri khususnya di Tapanuli Utara.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara dulu Kabupaten Batak, Kabupaten Tapanuli Selatan dulu Kabupaten Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Tengah dulu Kabupaten
Sibolga dan Kabupaten Nias dulu Kabupaten Nias. Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947
dibubarkan yang pada saat itu juga dibagi menjadi 4 kabupaten. Di samping itu di tiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
yang anggotanya dari anggota partai politik setempat. Pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten Dairi yang pada waktu itu menjadi bagian dari wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara mengingat luasnya wilayahnya untuk meningkatkan daya guna pemerintahan.
11
Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai
11
Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
Universitas Sumatera Utara
22
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian pada tahun 2003
Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan
Undang-Undang No.9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah
Kabupaten Tapanui Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan yang salah
satunya adalah Kecamatan Sipoholon yang menjadi lokasi penelitian. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan
membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dianfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan
perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan
Wisata Rohani Salib Kasih di Kecamatan Siatas Barita. Kekayaan seni dan budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan
kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batubara, dan panas bumi.
12
12
Tapanuli Utara Dalam Angka 2011
Universitas Sumatera Utara
23
2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang menjadi objek kajian dalam tulisan ini adalah berada di sebuah gudang bengkel instrumen tempat pembuatan gitar Sipoholon tersebut
dekat dengan kediaman Bapak Albert Hutagalung selaku pembuatnya, yang letaknya berada di Desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara. Kecamatan Sipoholon memiliki batas - batas wilayah tertentu. Adapun batas - batas wilayah tersebut adalah berbatasan dengan Kecamatan
Parmonangan di sebelah Barat, Kecamatan Andiankonting di Selatan, Kecamatan Tarutung di sebelah Timur, Kecamatan Siborong - borong dan Pagaran di sebelah
Barat Daya. Sipoholon merupakan satu diantara 15 kecamatan yang ada di Tapanuli Utara.
Kecamatan Sipoholon berada pada ketinggian 300 – 1500 di atas permukaaan laut. Letak geografis Sipoholon adalah 2
00 - 2 06 Lintang Utara dan
98 45 – 98
58 Bujur Timur. Luas wilayah kecamatan Sipoholon adalah 189.20 Km
2
dan jarak Kecamatan Sipoholon 6 km menuju ibukota Kabupaten. Pada tahun 2010, Kabupaten Tapanuli Utara secara wilayah administrasi terdiri dari 15
kecamatan yang terbagi dalam 232 desa dan 11 kelurahan. Kecamatan yang paling banyak jumlah desakelurahan yaitu Kecamatan Tarutung 24 desa dan 7
kelurahan dan yang paling sedikit jumlah desakelurahan yaitu Kecamatan Simangumban 8 desa.
13
13
Sipoholon Dalam Angka
Keadaan desakelurahan ditinjau dari tingkat perkembangannya masih sangat memprihatinkan, dari 243 desakelurahan baru
1,23 desakelurahan swasembada sisanya 30,04 desa swakarya dan 68,72
Universitas Sumatera Utara
24
desa swadaya.
14
Di Kecamatan Sipoholon sendiri terdapat 14 desa atau kelurahan yang salah satunya adalah Desa Lumban Baringin yang sekarang lebih dikenal
dan diganti dengan nama Desa Hutauruk
15
yang menjadi lokasi penelitian dalam tulisan ini. Desa ini memiliki luas sekitar 6,92 km
2
atau 3,66 luas Kecamatan Sipoholon dan berada pada 969 m di atas permukaan laut.
Pada tahun 1946 Wilayah Kecamatan Sipoholon dilepas dari Kecamatan Tarutung sehingga Wilayah Kecamatan Sipoholon dibagi atas 7 Kenegerian dan
salah satu diantaranya adalah Negeri Hutauruk. Pada tahun 1952 ke Negerian
Hutauruk Kecamatan Sipoholon kembali dibagi menjadi 4 dilingkungan yang di kepalai oleh Kepala Kantor atau Kepala Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa
Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit. Kemudian melalui SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140 3144 Tahun 1992, tanggal 27
Oktober 1992 keempat Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit digabung menjadi 1 Desa
yakni Desa Hutauruk. Dilihat dari letak ketinggian sudut geografis, desa ini terletak di dataran
tinggi yaitu 300- 1500 meter di atas permukaan laut. Desa ini terdiri dari 6 buah dusun dan berbatasan diantaranya di sebelah Utara Kelurahan Situmeang
Habinsaran Kecamatan Sipoholon, sebelah Timur Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung, di sebelah Selatan Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung dan sebelah
Barat Desa Hutapea Kecamatan Adian Koting. Jarak desa menuju ibukota Kecamatan adalah 2,5 km.
14
Tapanuli Utara Dalam Angka
15
Wawancara dengan Sekretaris Kecamatan Sipoholon Bapak Edison Hutauruk
Universitas Sumatera Utara
25
Peta 2. Wilayah Kecamatan Sipoholon
2.3 Pola Perkampungan dan Letak Rumah