Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hubungan Seksual Pranikah

Berdasarkan uriaan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “fakor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya kejadian seksual pranikah yang terjadi pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 3. Untuk mengetahui hubungan antaraketerpaparan sumber informasi seksual pranikah dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Universitas Sumatera Utara 4. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kost dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala lingkungan secara mendalamtentang fenomena yang terjadi di kalangan remaja kita sekarang ini yaitu tentangseks pra nikah serta faktor-faktor yang melatar belakangi fenomena tersebut, agar lebih mengawasi serta mengontrol perilaku remaja yang tinggal di kost dan menambah pengetahuan dan sikap tentang pentingnya menjaga perilaku seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

Menurut Mohammad yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah mampu mandiri. Ada dua hal penting menyangkut batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan psikologis. Remaja atau adolescence Inggris, berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis Yani, 2009. Sedangkan menurut WHO memberikan defenisi tentang remaja konseptual yang di dalamnya remaja dikemukakan dalam tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Kriteria biologis yaitu individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundernya sampai pada saat ia mencapai kematangan seksual. Kriteria psikologis yaitu individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak sampai dewasa. Kriteria Sosial ekonomi yaitu penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri Sarwono, 2008. Universitas Sumatera Utara Hurlock 1999 mengemukakan istilah Adolescence atau remaja yang berasal dari ba hasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini juga mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Piaget dalam Hurlock, 1999 secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir sampai ia menjadi matang secara hukum. Batasan remaja menurut WHO dalam Sarwono, 2003 lebih konseptual. Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut : Remaja adalah suatu masa dimana : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanak- kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.1.1. Pembagian Masa Remaja

Menurut Monks 2001 batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai 21 tahun. Monks 2002 membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu : 1. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun Universitas Sumatera Utara 2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun 3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun Menurut Sumiati 2009 disebutkan perkembangan remaja dengan batasan- batasan usia dikelompokkan menjadi : 1. Fase remaja awal usia 10 – 14 tahun yang ditandai dengan : - Lebih dekat dengan teman sebaya. - Ingin bebas. - Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. 2. Fase remaja pertengahan usia 15 – 16 tahun yang ditandai dengan : - Mencari identitas sendiri. - Timbul keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. - Timbul perasaan cinta yang mendalam. - Kemampuan berpikir abstrak berkhayal makin berkembang. - Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Fase remaja akhir usia 17 – 19 tahun yang ditandai dengan : - Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. - Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. - Memiliki citra gambaran, keadaan, peranan terhadap dirinya. - Dapat mewujudkan perasaan cinta. - Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. Universitas Sumatera Utara Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia 11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu yang sudah menikah dianggap dan diperlukan sebagai individu dewasa penuh sehingga tidak lagi digolongkan sebagai remaja Sarwono, 2003. World Health Organization WHO memiliki batasan yang tidak jauh berbeda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusia pada rentang 10-19 tahun. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata batasan usia remaja berkisar antara 10 tahun sampai 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar 10-15 tahun, fase remaja tengah berkisar 16 -18 tahun dan fase remaja akhir berkisar 19-24 tahun.

2.1.2. Perubahan Pada Masa Remaja 1. Perubahan Fisik

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau biasa disebut “pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi organ seksual mencapai kematangan, sehingga muncul tanda-tanda sebagai berikut : 1. Tanda-tanda seks primer a. Terjadinya haid pada remaja putri. b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki 2. Tanda-tanda seks sekunder a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. b. Pada remaja putri pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan pubis Depkes 2001.

2. Perubahan Psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkahlaku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bias menimbulkan kenakalan. Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai Universitas Sumatera Utara rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif Notoatmodjo, 2007. Menurut Wibowo 1994 yang dikuti oleh Notoatmodjo 2007, tindakan dan sikap seperti ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik tentu berakibat konstruktif dan berguna. Tetapi sering kali pengaruh faktor dari luar dari remaja, seperti peer group dan ada sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk perbuatan negatif sehingga mereka terjerumus kedalam kegiatan yang tidak bermanfaat, berbahaya bahkan destruktif.

2.2. Hubungan Seksual Pranikah

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata seks berarti jenis kelamin dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual BKKBN, 2007. Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan untuk mengembangkan keturunan. Kenikmatan yang diperoleh dari hubungan tersebut merupakan karunia Tuhan kepada manusia dalam melaksanakanfungsinya meneruskan keturunan. Oleh karena itu hubungan seksual harus dilakukan dalam ikatan yang sah, dimana pasangan terikat komitmen dan tanggung jawab moral Jernih, 2010. Universitas Sumatera Utara Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini disebut koitus, tetapi ada juga penetrasi ke mulut oral atau ke anus anal. Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu agama pun yang berhubungan seks diluar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja Aryani, 2010. Hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Suatu masalah muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal yang termasuk yang berhubungan dengan fungsi organ alat kelamin yang melibatkan pasangannnya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja yang mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah organ seksual Juvida, 2012. Menurut BKKBN 2007 Hubungan seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja sebelum menikah. Perilaku seksual adalah segala sesuatu tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beranekaragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku kencan, bercumbu dan senggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri Mu‟tadin, 2002. Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai Sumiati, 2009 : Universitas Sumatera Utara 1. Mastrubasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. 2. Berpacaran dengan sebagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. 3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya dapat menunjukan dorongan yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Contoh menonton dan membaca buku pornografi. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyalur sesuai menikah maka harus dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut Gunarsa, dkk 2000. 2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Seksual Pranikah 2.3.1.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Putra Putri Di SMA YAPIM Namorambe Tahun 2013

4 85 144

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

0 46 84

Gambaran Perilaku Remaja Yang Diawasi Ibu Kost Dan Yang Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah Di Padang Bulan Medan Tahun 2009

1 37 82

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKUMAKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 PADANG TAHUN 2013.

0 0 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010.

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ORIENTASI SEKSUAL PADA REMAJA

0 0 10

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA YANG TINGGAL DI KOST LINGKUNGAN V KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI KOST LINGKUNGAN V KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 15