1. Mastrubasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan
kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. 2. Berpacaran dengan sebagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan
seksual. 3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada
dasarnya dapat menunjukan dorongan yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Contoh menonton dan membaca buku pornografi.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyalur sesuai menikah maka harus
dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut Gunarsa, dkk 2000.
2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Seksual Pranikah 2.3.1.
Pengetahuan Knowlwdge
Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat Notoatmodjo, 2007, yakni :
Universitas Sumatera Utara
1. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adala mengingat kembali recall
terhadap suatu yang sepsifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis Synthesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menciptakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penelitian itu didasari pada
suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yng ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Pengetahuan seksual pranikah remaja penting diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya, membaca buku porno,
menonton film porno, dsb. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya pemberian informasi mengenai pengetahuan seksual pranikah dikalangan remaja Chyntia,
2003.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang
fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah Sarwono 2006. Masyarakat masih sangat mempercayai pada
mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat
istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar Soetjiningsih, 2007.
Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar di kalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual mitos yang berkembang adalah
hubungan seksual dapat mengurangi frustasi, menyebabkan awet muda, menambah semangat belajar, akibat hubungan seksual mitos yang berkembang yaitu tidak akan
hamil kalau senggama terputus, hanya menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja, berenang dan berciuman bisa menyebabkan kehamilan, dan yang mendorong
hubungan seksual pranikah mitos yang berkembang adalah ganti- ganti pasangan seksual tidak menambah resiko PMS, pacaran perlu variasi antara lain bercumbu,
mau berhubungan seksual berarti serius dengan pacar, sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS, dan sebagainya
2.3.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara
Universitas Sumatera Utara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari Notoatmodjo, 2007.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima Receiving
Menerima, diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berati orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung Jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu :
1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek dengan menggunakan skala
Guttman Singarimbun dan Efendi, 1995. Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah
melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan,gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak.
Sikap yang dimaksud adalah sikap remajaterhadap perilaku seksual pranikah Bungin, 2001. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner Notoadmojo, 2003. Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk
jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju Hidayat, 2007.
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif Azwar, 2009: 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu Adapun sikap yang menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan
seksual pranikah adalah karena sikap kurang terbukanya anak kepada orang tua, si anak berusaha menyimpan masalahnya sendiri serapat mungkin akibat putusnya
hubuangan komunikasi dengan keluarga karena orang tua cenderung konservatif dan
Universitas Sumatera Utara
anak berada di alam perantauan. Orang tua sendiri dirasa kurang bisa mengamati fase awal anak merantau, dimana muncul anggapan dikalangan orang tua, bahwa anak
selama ini menjadi tanggung jawabnya sudah dewasa dan pantas untuk di”lepas”kan. Apalagi ditambah kepercayaan yang diberikan orang tua untuk pengelolaan
finansiaan dan lainnya secara mandiri, hal inilah yang kemudian disebut sikap orang tua yang lebih permisif terhadap anak.
2.3.3. Keterpaparan Sumber Informasi Tentang Seksual
Adanya anggapan informasi seks hanya menjadi otoritas kaum dewasa dan bukan anak-anak dan remaja, sehingga seks hadir dalam kehidupan remaja tidak
dikenal secara utuh dan terpotong-potong. Kurang , dalam keluarga seks tabu untuk dibicarakan ke anak-anak sehingga
.informasi tentang seks menyebabkan para remaja memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung
pengetahuan tersebut bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi yang salah. Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui
media massa dengan teknologi canggih Video cassettc, satelit palapa dan lain-lain tidak dapat dibendung lagi.remaja sedang dalam periode ingin tahu dan ingin
mencoba akan meniru apa yang dilihat atau di dengarnya dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka belum pernah mengalami masalah seks
secara lengkap dari orang tuanya. Hal ini disebabkan orang tua dan anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling kesumber-sumber lain yang lebih akurat
khususnya teman Sarwono, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Informasi seksual yang cenderung berbau pornografi ini merupakan suatu pengaruh lingkungan yang paling dominan dalam terjadinya pergaulan seks berbau
dikalangan remaja, kerena mereka yang pada umumnya sedang bergejolak. Jenis- jenis sumber informasi yang diperoleh oleh remaja adalah sebagai berikut :
Megawaty, 1999. a. Film
Film adalah sesuatu jenis media yang sebagai sumber informasi dengan cara menayangkan gambar hidup serta bicara. Penayangan ini biasanya melalui
televisi, video dan bioskop. Pada umumnya film yang banyak ditonton oleh masyarakat terutama para remaja adalah film yang bersifat hiburan. Biasanya
sebelum produser membuat sebuah film, maka terlebih dahulu ia membaca keinginan dan selera penonton dengan melihat film apa yang paling laris
dipasaran. Catatan dalam film nasional diperoleh perbandingan bahwa film- film yang bertemakan drama rumah tangga dan drama remaja film seks,
dikategorikan sebagai jenis film yang sukses sekali, sementara jenis film lain, tema sejarah dan lainnya penontonnya berada jauh dibawah jumlahnya. Jadi
film dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian seseorang terutama penyebab dari seks bebas dikalangan pelajar, karena film dapat memberikan kesan yang
mendalam setelah disaksikan secara langsung, film juga dapat menggugah khayalan-khayalan baru tentang apa yang telah disaksikan.
b. Media cetak Termasuk dalam jenis sumber informasi media cetak adalah buku-buku,
majalah, novel, surat kabar, dan bentuk-bentuk tulisan lainnya, informasi
Universitas Sumatera Utara
tentang seksual juga mempergunakan media cetak sebagai alatnya. Kenyataan sehari-hari dapat kita saksikan beberapa buku-buku porno, novelroman cabul
beredar bebas, digelar, dan diobral dengan harga murah dikaki lima, mudah terlihat dari sampulnya yang dibuat sengaja didesain merangsang dan
menggambarkan isi buku tersebut. Kehidupan mutu cetak, rata-rata isinya menceritakan tentang kegiatan seksual secara verbal, kasar, mendetail dan
sengaja ditulis untuk menimbulkan rangsangan. Biasanya bacaan tersebut lebih besar pengaruhnya daripada bacaan yang menceritakan kejujuran, ilmu
pengetahuan dan kebenaran, sehingga cenderung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang berbau kejahatan seks.
c. Radio Casette Salah satu media sumber informasi ini juga dapat merupakan faktor penyebab
dari seks bebas dikalangan pelajar, karena banyak lagu-lagu yang disiarkan melalui radio maupun lagu-lagu dalam bentuk pita kaset yang di impor dari
Negara-negara barat. Pengaruh ini dapat terjadi apabila bait demi bait dari lagu tersebut dihayati sedemikian rupa dengan melihat sifat dari pelajar yang
sangat suka akan sesuatu yang unik dan menyenangkan maka pengaruh lagu- lagu yang berbau seksual itu tidak terlalu sukar merusak kedalam jiwanya.
Sebenarnya informasi mengenai seksual bukan lah sesuatu yang harus ditutupi untuk dirahasiakan, karena kebutuhan jawaban untuk setiap pertanyaan tentang
seksual dan apabila si anak tidak menemukan jawaban yang tepat dari orang yang sebenarnya orang tua, guru maka anak akan mencari sendiri informasi tersebut.
Keadaan yang seperti ini yang dimanfaatin oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab dengan memakai media informasi yang ada dan gampang didapat dengan mudah.
2.3.4. Lingkungan
Faktor lingkungan adalah adanya tokoh masyarakat yang melakukan hubungan bebas yang kemudian menjadi media kampanye dan propaganda seks bebas yang
selanjutnya menjadi tren anak muda. Masyarakat saat melihat yang mereka anggap lebih tinggi derajatnya akan berusaha meniru, baik secara sadar maupun tidak, dari
perbuatan “tokoh” tersebut. Kemudian kurangnya tanggung jawab masyarakat akan cinta dan sex bebas menjadi faktor penyebab lain yang dirasa pengaruhnya cukup
kuat dalam diri individu. Selain itu masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksualitas, yang kemudian ditambah kurangnya perhatian
masyarakat untuk menjaga anggotanya dari pengaruh yang salah seperti itu. Sebagai akibat keegoisan masyarakat kota yang menjadi lingkungan baru bagi remaja yang
merantau. Serta lemahnya control budaya pada masyarakat, terutama pada rumah kost maupun kontrakan yang sering kali diserahkan kepada pengontrak dan tidak
mempedulikan apa yang akan terjadi pada rumah tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena tidak adanya pengawasan dari pihak pemilik rumah kost, ditambah lagi
masyarakat sekitar yang cenderung tidak mau tahu dengan apa yang terjadi di lingkungan mereka. Ada beberapa faktor mempengaruhi hubungan seks pranikah di
tempat kost adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Teman Sebaya
Sumber informasi yang paling umum adalah teman-teman sebaya, kemudian diikuti dengan literature, ibu, sekolah dan pengalaman. Banyak remaja memandang
teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Yang merupakan teman sebaya peers adalah anak-anak remaja dengan
tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia diluar
keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Pada masa remaja, kedekatannya dengan kelompok sebayanya
sangat tinggi karena selain ikatan peer group memutuskan hubungan keluarga, maka tidak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi
informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah,
tidak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan
kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri Santrock, 2003.
Tekanan teman sebaya merupakan ide yang umum dalam kehidupan remaja, pengaruh teman sebaya dapat memberikan tekanan positif dan negatif, yaitu :
a. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui dan berperilaku seperti yang
mereka inginkan, tetapi dalam kehidupan yang baik atau positif dan
Universitas Sumatera Utara
memilih untuk tidak menjadi anggota dari perkumpulan teman sebaya yang bersifat negatif.
b. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang yang menyetujui atau berbuat seperti yang mereka
inginkan, namun keinginannya negatif Santrock, 2003.
2. Kondisi Rumah Kost
Kost adalah tempat tinggal sementara bagi orang yang merantau ataupun mahasiswamahasiswi untuk lebih strategis dalam mencapai kampus karena rumah
yang sangat jauh ataupun untuk menghemat biaya
.
Lokasi rumah yang berjauhan dari tempat kuliah menuntut mahasiswa sebahagian memilih kost-kostan sebagai rumah kedua. Banyak hal yang positif
didapat dari lepasnya “remaja beranjak dewasa” ini dari lingkungan keluarga menuju lingkungan yang penuh sebaya. Antara lain, mereka lebih menjadi mandiri,
berani mengambil keputusan sendiri dan tidak cengeng. Namun ada sisi negatif yang mungkin kurang disadari oleh mereka, yaitu lemahnya pengawasan orang tua
dan pemilik kost membuat mereka begitu mudahnya melakukan hubungan seks di dalam kamar tertutup.
Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan sang anak, orang tua hanya berpikiran bagaimana mengirimkan uang kuliah
kepada anaknya yang kost. Biasanya remaja yang kost memasukkan pacaran pada pagi hari dan keluar pada sekitar jam 9 malam hari, hal itu agar tidak diketahui
masyarakat sekitar atau pemilik rumah kost. Hal ini didukung dengan adanya rumah
Universitas Sumatera Utara
kost campur, pria dan wanita, kost campur memang bukan hal baru, sebagian besar teman-teman kost mendukung perilaku seks bebas. Ada penjaga kost yang
mengizinkan tamu laki dibolehkan masukdan sebahagian ibu kost tidak mengetahuinya. Dari segi biaya dan citra, salah satu anak kost mengatakan seks
bebas dikamar kost juga menimbulkan image orang lain terhadap sebutan cewek nakal Kompas, 2008.
Anak-anak kost merupakan komunitas yang rentan terhadap hal ini karena mereka memiliki kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa ada larangan
dan pengawasan dari orang tua atau siapapun. Sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan manapun termasuk lingkungan negatif yang
lambat laun akan mempengaruhi perilaku mereka menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif anak kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan
dari orang tua, lingkungan pergaulan yang negatif dan kebebasan hidup ditempat kost Natalia, dkk, 2008.
Adapun kondisi rumah kost yang dapat remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah :
Keadaan Rumah Kost yang tidak di awasi. Remaja kost yang tidak diawasi adalah tidak ada pemilik kost tinggal bersama
anak-anak kostnya mereka hanya bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu perempuan atau laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan
banyak kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat berbuat sesuka hatinya Dhalia, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Mereka semakin enjoy dengan pergaulan seks bebas dan tanpa kompromi dengan desa, walaupun hanya French kiss, atau petting, bahwa mahasiswa
melakukan seks ditempat kost karena beberapa faktor menguntungkan yaitu sebahagian besar teman-teman kost mendukung perilaku bebas tersebut dan
bahkan ada penjaga kost yang mengizinkan atau mengambil keuntungan dari perilaku seks tersebut. Contohnya dengan menarik iuran penghuni kost apabila
ada teman lawan jenis yang menginap, seks bebas dikamar kost tidak membutuhkan biaya, tetapi bila dilakukan di hotel atau tempat umum akan
membutuhkan biaya Sugiyanto, 2008. Perilaku seks bebas dikamar kost juga meminimalkan image orang lain terhadap
sebutan “cewek nakal” atau “cowok nakal”. Semakin banyak mengerti atau punya pengalaman seks bebas, mereka semakin merasa dirinya modern atau
gaul. Hal ini didukung dengan adanya rumah kost campur, pria dan wanita, karena kost campur bukan hal yang lain lagi.
Keadaan Rumah Kost yang di awasi. Rumah kost yang diawasi adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah
bersama dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan- peraturan dan dibuat tempat khusus untuk menerima tamu Dhalia, 2012.
Rumah kost yang diawasi kecil kemungkinan untuk dapat melakukan seks bebas, karena adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh ibu kost seperti jam
berkunjung yang dibatasi, tidak boleh ada teman yang menginap bahkan apabila berpergian, tidak boleh terlalu malam hanya sampai jam 21.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Rumah kost yang diawasi adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah bersama dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-
peraturan dan dibuat tempat khusus untuk menerima tamu.
2.4. Akibat Terjadinya Hubungan Seks Pranikah
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan
seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi orang tua, keluarga bahkan masyarakat.
Akibat buruk dari hubungan seksual pranikah berpengaruh bukan saja bagi pasangan khususnya remaja putri, tetapi juga orang tua, keluaga, bahkan masyarakat.
1. Akibat Bagi Remaja
a. Gangguan kesehatan reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual PMS termasuk HIVAIDS.
b.Meningkatkan resiko terhadap penyakit menular seksual PMS seperti gonore kencing nanah, sifilis, herpes pada alat kelamin dan klamida.
c. Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan pengguguran kandungan yang tidak aman infeksi organ
reproduksi, kemandulan dan kematian akibat perdarahan, dan keracunan hamil.
d.Trauma kejiwaan rendah diri, depresi, rasa berdosa, hilang harapan masa depan, remaja perempuan tidak perawan dan remaja laki-laki tidak perjaka.
e. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melajutkan pendidikan dan kesempatan kerja, terutama bagi remaja perempuan.
Universitas Sumatera Utara
f. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.
2. Akibat Bagi Keluarga
a. Menimbulkan aib bagi keluarga b.Beban ekonomi keluarga bertambah
c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan ejekan masyarakat disekitarnya.
3. Akibat Bagi Masyarakat
a. Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b.Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan
reproduksi menurun. c. Menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat
menurun Saroha, 2009. Sementara sifat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain
adalah ketegangan mental kebingungan akan peran social yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil diluar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, halini disebabkan rasa malu dan penolakan sekolah menerima
kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks Mu‟tadin, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
2.6. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kasus seksual pra nikah pada remaja putri.
2. Ada hubungan antara sikap dengan kasus seksual pranikah pada remaja putri.
3. Ada hubungan antara keterpaparan sumber informasiseksual pranikah dengan kasus seksual pranikah pada remaja putri.
4. Ada hubungan antara lingkungan kost dengan kasus seksual pranikah pada remaja
Hubungan seksual pranikah pada
remaja - Pengetahuan
- Sikap - Keterpaparan
Sumber Informasi - Lingkungan
Kost
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan desain penelitian cross sectional potong lintang yaitu penelitian terhadap variabel-variabel
yang termasuk faktor independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus
seksual pranikah pada remaja yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Alasan pemilihan lokasi ini karena
1. Daerah Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru banyak terdapat tempat-tempat kost yang dekat dengan lokasi kampus.
2. Karena masih tingginya kasus seksual pranikah pada remaja usia 18-21 tahun di daerah Lingkungan V Kelurhan Padang Bulan Kecamatan Medan
Baru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dari bulan September 2013 sampai dengan April 2014.
Universitas Sumatera Utara