Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaikan surat pemberitahuan (SPT): studi empiris pada kantor pelayanan pajak di Jakarta Selatan

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: VERISCA DENA FITRIA

206082004013

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT

PEMBERITAHUAN (SPT)

(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

VERISCA DENA FITRIA NIM. 206082004013

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing II

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Atiqah, SE.,Ms.Ak NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19820120 200912 2004

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Senin Tanggal 16 Agustus tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan)”. Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati, SE.,MM Yusro Rahma,SE,Msi

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(4)

Hari ini Senin Tanggal 17 September tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Atiqah, SE. Ms. Ak Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamza, MM Rahmawati, SE., MM Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Verisca Dena Fitria Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 21 April 1988 Agama : Islam

Telepon : 08988756245

Alamat : Jl. Raya Curug Sawangan RT 02/09 No.10 Sawangan-Depok

PENDIDIKAN

1994-2000 SDN Kedaung Bapennas 2000-2003 SLTP Negeri 1 Pamulang 2003-2006 SMA Negeri 1 Pamulang

2006-2010 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research are to analyze the influence of tax knowledge, quality of servicing, audit and awareness towards taxpayer compliance of annual SPT reporting. The sample of this research come from of 80 correspondences who are all registered as tax payers in South Jakarta Tax Services Office.

Data collected trough questionnaires are processed and analyze by using multiple regression. The method of sampling using probability sampling. The test for quality are using validity of test to use is Corrected Item Total and reliability test of the research to use is Cronbach alpha. For hypothesis, we are using F test and t test.

Test results show that there is significant influence tax knowledge, services quality, audit and awareness have a influence on tax payer compliance of annual SPT and taxpayer awareness was the dominant that influence taxpayer compliance of annual SPT reporting.

Key words: The tax knowledge, quality of servicing, audit, and awareness, compliance, annual SPT


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 80 responden yang merupakan Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Jakrta Selatan.

Hasil dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diproses dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah yang digunakan probability sampling. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji validitas menggunakan Corrected Item Total dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan F dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan dan kesadaran Wajib Pajak merupakan yang dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

Kata kunci: Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, kesadaran, kepatuhan, SPT


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia tak terhingga, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus sebagai rahmatan lil’alamin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa dan Mama tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tidak terhingga, yang telah memberikan doa tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materiil kepada penulis agar tetap semangat. Untuk adik-adikku tersayang (Bill dan Edwar ) yang telah memberikan doa, semangat buat kaka. Kaka sayang kalian semua.

2. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Atiqah, SE., Ms. Ak, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.


(9)

7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

8. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

9. Sahabat-sahabatku tersayang yang banyak memberikan waktu untukku berbagi, memberikan keceriaan, doa, dukungan, dan semangat buat aku. Semoga langkah kita selalu mendapat ridho Allah SWT dan semoga cita-cita kita tercapai. Amin.

10. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2006 terima kasih banyak untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, September 2010

Verisca Dena Fitria


(10)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 12

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Pajak ... 14

1. Definisi Pajak ... 14

2. Fungsi Pajak ... 16

3. Teori Asas Pemungutan Pajak ... 16

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 17

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 18

B.Pengetahuan Perpajakan ... 20

C.Kualitas Pelayanan Pajak ... 21

D.Pemeriksaan Pajak ... 24

1. Definisi Pemeriksaan ... 24

2. Tujuan Pemeriksaan ... 24


(11)

4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila

Dilakukan Pemeriksaan ... 27

5. Jenis-Jenis Pemeriksaan ... 29

E. Kesadaran Wajib Pajak ... 30

F. Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

2. Faktor-faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan ... 33

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh... 34

G.Surat Pemberitahuan (SPT) ... 35

1. Dasar Hukum ... 35

2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 36

3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 36

4. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37

5. Langkah-langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37

6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 38

7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) .. 38

8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 39

H.Penelitian-penelitian Sebelumnya ... 39

I. Keterkaitan Antarvariabel ... 45

J. Kerangka Pemikiran ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B.Metode Penentuan Sampel ... 54

C.Metode Pengumpulan Data ... 54

D.Metode Analisis Data ... 55


(12)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

B.Karakteristik Responden ... 66

1. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ... 66

2. Deskripsi responden berdasarkan jenjang pendidikan ... 67

3. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan ... 67

C.Uji Kualitas Data ... 68

1. Uji Validitas ... 68

2. Uji Reliabilitas ... 69

D.Uji Asumsi Klasik ... 72

1. Uji Multikolinearitas ... 72

2. Uji Heteroskedastisitas ... 73

3. Uji Normalitas ... 74

E. Analisis Regresi Linear Berganda ... 76

1. Uji Koefisien Determinasi... 79

2. Uji F ... 80

3. Uji t ... 82

BAB V KESIMPULAN A.Kesimpulan ... 89

B.Implikasi ... 90

C.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel.2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 42

Tabel.3.1. Tingkat Penilaian Jawaban... 55

Tabel.3.2. Operasional Variabel... 63

Tabel.4.1. Data Distribusi Sampel Penelitian ... 65

Tabel.4.2. Data Sampel Penelitian ... 66

Tabel.4.3. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 66

Tabel.4.4. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67 Tabel.4.5. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel.4.6. Hasil Uji Validitas ... 69

Tabel.4.7. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Pajak... 70

Tabel.4.8. Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Pajak ... 70

Tabel.4.9. Hasil Uji Reliabilitas Pemeriksaan Pajak... 71

Tabel.4.10. Hasil Uji Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak ... 71

Tabel.4.11. Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ... 72

Tabel.4.12. Uji Multikolinearitas ... 73

Tabel.4.13. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 76

Tabel.4.14. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 79

Tabel.4.15. Hasil Uji F Statistik ... 80


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1. Model Penelitian ... 52 Gambar.4.1. Uji Heteroskedastisitas ... 74 Gambar.4.2. Uji Normalitas ... 75


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 96

Lampiran 2 Jawaban Pertanyaan Jenis Kelamin ... 99

Lampiran 3 Jawaban Pertanyaan Jenjang Pendidikan ... 100

Lampiran 4 Jawaban Pertanyaan Pekerjaan ... 101

Lampiran 5 Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ... 102

Lampiran 6 Jawaban Pertanyaan Kualitas Pelayanan ... 105

Lampiran 7 Jawaban Pertanyaan Pemeriksaan ... 108

Lampiran 8 Jawaban Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak ... 111

Lampiran 9 Jawaban Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak ... 114

Lampiran 10 Karakteristik Responden ... 117

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ... 118

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan 120 Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kualitas Pelayanan ... 121

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas Pelayanan ... 123

Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pemeriksaan ... 124

Lampiran 16 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemeriksaan ... 126

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak .... 127

Lampiran 18 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak . 129 Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak .... 130

Lampiran 20 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak . 132 Lampiran 21 Hasil Regresi Linier Berganda ... 133


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum, dengan cara membayar ganti rugi ini ditetapkan sesuai dengan jumlah uang yang diperlukan untuk membayar orang lain melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri. Dengan bertambahnya tugas-tugas negara, maka negara akan memerlukan biaya yang cukup besar. Pembayaran pajak yang sebelumnya bersifat sukarela berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan (Suandy, 2006: 2).


(17)

Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undang yang berlaku (Judisseno: 2002). Upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangat penting, karena kondisi keuangan negara tidak lagi berasal dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai penerimaan terbesar negara.

Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment menjadi self assessment merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak, karena penerimaan dari migas tidak dapat diandalkan lagi, sementara sumber dana dalam negeri hanya sebagai pelengkap. Official assessment system merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada aparat pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Sedangkan self assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang dan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terutang yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak.


(18)

Pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak dapat dituangkan dalam bentuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) pada setiap akhir masa pajak dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam masa batas waktu yang telah ditentukan (Indra Kusumawati, 2005: 101). Dengan menetapkan self assessment system dapat diharapkan meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh aparat pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Sebagai konsekuensinya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk melakukan salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak tersebut melalui pemeriksaan pajak. Sedangkan kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau sering disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak patuh, dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat sehingga membuat Wajib Pajak sulit untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Rendahnya kepatuhan Wajib Pajak ini dapat terlihat dari kecilnya jumlah masyarakat yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya (Indra Kusumawati, 2005: 102).


(19)

Dalam self assessment, Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan penghitungan atas pajak terutangnya, kemudian melaporkannya dengan benar semua hal tentang Wajib Pajak mulai dari identitas, kegiatan usaha sampai jumlah harta yang semuanya berkaitan dengan perpajakan. Wajib Pajak juga menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) ini sebagai dasar atau bukti bahwa Wajib Pajak tersebut telah melakukan kewajiban perpajakannya. Jadi, tidak berlebihan jika perhatian secara penuh diberikan pada penyempurnaan SPT baik dalam masalah bentuk, isi, dan susunannya, sehingga Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana yang tepat bagi tercapainya tujuan perpajakan.

Melihat kondisi perpajakan Indonesia yang memiliki tingkat kepatuhan pajak yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain maka dari itu dibutuhkan strategi sehingga munculnya kepatuhan Wajib Pajak, jika hal tersebut terjadi, maka akan meningkatkan jumlah penerimaan negara dari sektor pajak. Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi, peringatan, ataupun ancaman (Gunadi, 2005: 4).

Beberapa daerah ternyata kepatuhan Wajib Pajak masih rendah. Di Medan kepatuhan hanya 38,5 persen dibanding Wajib Pajak terdaftar yang berjumlah 61.761. Menurut pejabat yang berwenang rendahnya kepatuhan Wajib Pajak antara lain karena masih rendahnya pemahaman mereka tentang pajak (Berita Sore, 2009). Sedangkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak di


(20)

Provinsi Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat masih sangat rendah, yang mengakibatkan intensifikasi pemungutan pajak di kawasan ini belum optimal. Data menunjukkan dari 225.000 lebih Wajib Pajak orang perorang, hanya 10 persen yang menyerahkan Surat Pemberitahun Pajak Terhutang (SPPT). Sedangkan Wajib Pajak badan hanya 32,23 persen dari 15.700 Wajib Pajak lebih yang terdaftar yang sudah menyerahkan SPPT (Berita Daerah, 2009).

Melalui berbagai sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak maka Pemerintah berusaha meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan tentu saja meningkatkan Wajib Pajak yang ada saat ini menjadi Wajib Pajak yang patuh. Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, misalnya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam (Chaizi Nasucha, 2009).

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Faktor pengetahuan sangat penting dalam membantu Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, khususnya pengetahuan tentang pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Apabila Wajib Pajak tidak memiliki dasar pengetahuan perpajakan, maka Wajib Pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi Surat Pemberitahuan


(21)

(SPT) dan menyetor pajaknya. Wajib Pajak yang tidak mengetahui tentang pengetahuan pajak akan mengalami kesulitan tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan.

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang perpajakan juga sering dituding sebagai latar belakang penyebab Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya. Memang, banyak Wajib Pajak yang belum memahami benar tata cara perpajakan dan self assessment system yang menyebabkan mereka banyak menggunakan jasa pihak ketiga dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagian Wajib Pajak di Indonesia adalah orang-orang menengah ke atas yang berpenghasilan tinggi, berpendidikan tinggi dan seharusnya sudah memiliki pemahaman yang baik tetapi kesadaran dan kepatuhan mereka untuk membayar pajak juga masih tergolong lemah. Pemerintah juga tidak dapat menyalahkan masyarakat atas kesulitan pemasukan yang dialami tanpa melihat pada sistem yang terjadi pada tubuh pemerintah itu sendiri.

Sulitnya prosedur yang ditempuh oleh setiap masyarakat yang ingin mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya juga menjadi kendala masyarakat untuk sadar dan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini pihak Direktorat Jenderal Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang menangani Wajib Pajak secara langsung harus benar-benar kreatif dan bekerja keras.

Selain itu untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak penghasilan, Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan program yaitu


(22)

peningkatan pelayanan yang meliputi segala jenis pelayanan yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban maupun hak Wajib Pajak di bidang perpajakan seperti penerbitan atau pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak, melayani dalam mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Pelayanan yang diberikan aparat pajak kepada Wajib Pajak diharapkan dapat menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga setiap Wajib Pajak yang mengambil, mengisi dengan benar, lengkap, jelas, menandatangani dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak dengan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah ditetapkan (Erly Suandy, 2006: 163).

Self Assessment System dalam peraturan perundang-undangan pajak di Indonesia yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 sangat berpengaruh bagi Wajib Pajak, dikarenakan Wajib Pajak diberi kepercayan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sehingga hal ini mengharuskan Wajib Pajak untuk siap menghadapi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan, yakni dalam menghadapi pemeriksaan pajak. Aparat pajak melakukan kegiatan penegakan hukum yang terdiri dari pemeriksaan pajak, penyidikan pajak, dan penagihan pajak (John Hutagaol, 2006). Pemeriksaan pajak adalah salah satu bentuk upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak merupakan instrumen untuk menentukan kepatuhan baik formal maupun materiil yang tujuannya untuk


(23)

menjaga dan meningkatkan tax compliance seorang Wajib Pajak. Selain itu, penegakan hukum di bidang perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat terkait untuk menjamin agar Wajib Pajak dan calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi (Mardiasmo, 2008: 57).

Pentingnya pengetahuan tentang pajak akan menimbulkan kesadaran pajak (tax consiousness). Hal ini terutama melalui jalur pendidikan yang terencana dengan baik dimulai sejak usia dini hingga generasi muda mendatang sehingga mereka mempunyai pengetahuan pajak yang baik. Kesadaran perpajakan timbul dari dalam diri Wajib Pajak sendiri, tanpa dilakukannya pemeriksaan. Tetapi dalam kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang belum sadar akan kewajiban perpajakannya dari segi hal melakukan pendaftaran Wajib Pajak sampai ke pembayaran pajak terutang. Hal ini disebabkan, ada pandangan perpajakan selama ini, antara lain aturan perpajakannya belum mudah dimengerti oleh masyarakat, rendahnya pendidikan sebagian masyarakat, kurang ramahnya petugas perpajakan dalam menjalankan tugasnya, kurangnya sosialisasi peraturan yang dilakukan dari pihak masyarakat, aparat pajak sampai kepada sistem perpajakan dan rumitnya


(24)

prosedur yang ditempuh oleh masyarakat yang ingin mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya. Selain itu, masyarakat masih menganggap pajak sebagai beban dan bersifat paksaan, tidak sebagai bentuk pengabdian dan kewajiban masyarakat. Untuk itu kesadaran pajak yang dipupuk terus menerus akan menimbulkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Jadi, semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penerimaan pajak dan keberhasilan perpajakan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dominicus Doli dan M. Khoiru Rusydi (2008) yaitu melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan. Penelitian ini menguji apakah tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lili Fadilah (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi Utara. Penelitian ini ingin menguji apakah pemeriksaan yang terdiri dari dari variabel independen yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan laporan pemeriksaan pajak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.


(25)

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo. Penelitian ini ingin menguji apakah pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya hanya menguji secara terpisah antara pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Dominicus Doli dan M. Khoiru Rusydi, 2008). Penelitian terkait juga dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati yang menguji pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak sedangkan penelitian yang menguji pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak dilakukan (Lili Fadilah, 2008). Penelitian ini juga dilakukan ditempat yang berbeda, Dominicus Doli dan M.Khoiru Rusydi melakukan penelitian di KPP Pratama Malang Selatan, Lili Fadilah melakukan penelitian di KPP Pratama Bekasi Utara sedangkan Supriyati dan Nur Hidayati melakukan penelitian di KPP Sidoarjo. Dalam penelitian ini, penulis menambahkan satu variabel bebas (kualitas pelayanan), menggunakan sampel Wajib Pajak orang pribadi yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).


(26)

Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang belum diketahui secara pasti sehingga penelitian ini berjudul, “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan dan Kesadaran terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan)”.


(27)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)?

2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

b. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Sebagai bahan pertimbangan Direktorat Jenderal Pajak dan khususnya kantor Pelayanan Pajak dalam rangka untuk melakukan perbaikan yang berkenaan dengan pelayanan dan pemeriksaan perpajakan.


(28)

b. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan penulis dalam dunia perpajakan pada umumnya dan segala prosedur yang terkait masalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT).

c. Bagi Pihak lain

Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau media informasi bagi mereka yang memerlukannya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pajak 1. Definisi Pajak

Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Menurut Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.Santoso Brotodiharjo dalam Waluyo (2006: 2) berpendapat bahwa:

“Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat kontraprestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas-tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi (2009: 1) menyatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Lhia (2008) berpendapat bahwa:

“Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh para Wajib Pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa (kontraprestasi) yang secara langsung diterima oleh pembayar (Wajib Pajak)”.


(30)

Sementara pemahama merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan tim sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi aparat pajak sebagai pengumpul pajak maupun Wajib Pajak sebagai pembayar pajak.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:

a. Iuran dari rakyat kepada negara.

b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.

c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

d. Tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari pemerintah.

e. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

f. Pajak diperuntukkan sebagai pencapaian tujuan pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan masyarakat.


(31)

2. Fungsi Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dan apabila terdapat sisa akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan, misalnya bidang sosial dan ekonomi.

3. Teori Asas Pemungutan Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) asas pemungutan pajak dapat dibagi dalam yaitu:

a. Teori Asuransi

Teori asuransi diartikan dengan suatu kepentingan masyarakat yang harus dilindungi oleh negara. Masyarakat seakan mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara. Dengan adanya kepentingan dari masyarakat harus membayar “premi” kepada negara.


(32)

b. Teori Kepentingan

Teori kepentingan diartikan sebagai negara yang melindungi kepentingan harta benda dan jiwa warga negara dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduknya. c. Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa dan harta sehingga wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh negara tersebut dipikulkan kepada yang menikmatinya.

d. Teori Bakti

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara mempunyai kewajiban membayar pajak sebagai tanda baktinya kepada negara.

e. Teori Gaya Beli

Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara dimaksudkan untuk memelihara masyarakat dalam negara yang bersangkutan.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Tony Marsyahrul (2005), dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu: self assessment system, official assessment system, withholding system.


(33)

a. Self Assessment System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang Wajib Pajak menentukan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat sendiri, yang Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang.

b. Official Assessment System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang.

c. Withholding System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang perhitungan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu (Siti Resmi, 2009: 21)

1) Hak Wajib Pajak

Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kerahasiaan atas seluruh informasi yang telah disampaikan pada Direktorat Jenderal Pajak


(34)

dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Berkaitan dengan pembayaran pajak terutang, Wajib Pajak berhak memperoleh:

a. Hak untuk mendapat pembinaan dan pengarahan dari fiskus. b. Menerima tanda bukti penerimaan SPT Tahunan.

c. Hak untuk membenarkan Surat Pemberitahuan (SPT). d. Memperoleh Surat Ketetapan Pajak Pengusaha Kena Pajak.

e.Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan kepastian atas permohonan tersebut.

f. Hak untuk mengajukan keberatan. g. Hak untuk mengajukan banding.

h.Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. i. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia Wajib Pajak. j. Hak mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

k. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

l. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan. 2) Kewajiban Wajib Pajak

Sesuai dengan self assessment system, Wajib Pajak mempunyai kewajiban yaitu:

a.Melaksanakan pendaftaran diri atau melaporkan usahanya untuk memperoleh NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak.

b.Mengambil sendiri formulir SPT dan formulir perpajakan lainnya ditempat yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.


(35)

c.Mengisi dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatangani sendiri serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

d.Membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas negara atau di tempat lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.

e.Kewajiban membuat pembukuan dan pencatatan.

f. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

B. Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan


(36)

bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan tentang pajak, seharusnya dapat menyadari bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sebagai pencapaian tujuan pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut diimplementasikan terhadap suatu sikap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat dapat dimulai dari pemahaman terhadap pemahaman terhadap peraturan serta kebijakan perpajakan, pemahaman dalam menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemahaman akan kewajiban dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), serta pemahaman akan adanya sanksi pajak dalam hal keterlambatan atau kealpaan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

C. Kualitas Pelayanan Pajak

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak yang menginginkannya. Arti kualitas tidak hanya memuaskan pelanggan, tetapi menyenangkan pelanggan, memberikan inovasi dan membuat pelanggan menjadi kreatif. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai.


(37)

Menurut Amin Ibrahim (2008) berpendapat bahwa:

“Pelayanan adalah pendekatan yang lengkap yang menghasilkan kualitas pelayanan bagi masyarakat atau pelanggan. Pelayanan merupakan penggerak utama bagi operasional kegiatan bisnis dan ini memegang peranan yang sangat penting”.

Pada hakikatnya semua karyawan jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah untuk melayani masyarakat dalam perpajakan, sudah saatnya diberikan dasar-dasar pengetahuan tentang publik relation, sehingga setiap kesempatan yang berhubungan dengan Wajib Pajak mereka mampu menjadi petugas yang baik dan mampu membangun citra positif Direktorat Jenderal Pajak.

Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima kepada masyarakat akan terpenuhi apabila sumber daya manusia melaksanakan tugasnya secara profesional. Sehingga Wajib Pajak akan merasa puas atas pelayanan yang diberikan dan cenderung Wajib Pajak akan melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibentuk dengan sederhana, mudah dipahami oleh Wajib Pajak, maka pelayanan atas hak dan kewajiban Wajib Pajak akan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem informasi dan kualitas yang handal akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang semakin baik (Suryadi, 2006: 108).


(38)

Hardi Irawan (2002: 35-39) dalam Susilawati (2006), mengemukakan 5 (lima) unsur kualitas pelayanan yaitu:

a. Berwujud (tangible)

Berwujud (tangible) adalah seluruh bentuk penampilan fisik dari pemberi pelayanan meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (realibility)

Keandalan (realibility) adalah kemampuan Kantor Pelayanan Pajak dalam memberikan yang dijanjikan.

c. Ketanggapan (responsiveness)

Ketanggapan (responsiveness) adalah seberapa cepat tanggap Kantor Pelayanan Pajak terhadap suatu persoalan yang timbul pada Wajib Pajak dimana keinginan para staf untuk membantu para Wajib Pajak dan memberikan pelayanan dengan baik.

d. Asuransi (assurance)

Asuransi (assurance) adalah jaminan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak pada saat mempergunakan pelayanan tersebut, jaminan tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, kejujuran yang dimiliki para staf.

e. Empati (empathy)

Empati (empathy) adalah sejauh mana Kantor Pelayanan Pajak ada di dalam hati Wajib Pajak. Empati tersebut dapat berupa, kemudahan


(39)

dalam melakukan hubungan yang baik, perhatian dan memahami kebutuhan Wajib Pajak.

D. Pemeriksaan Pajak 1. Definisi Pemeriksaan

Pasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209).

2. Tujuan Pemeriksaan

Menurut Nur Hidayat (2002: 1), tujuan pemeriksaan sebagai penguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah hal yang seharusnya, tetapi perilaku pemeriksa yang melampaui batas akan tetap mempertahankan citra pemeriksaan.

Pemeriksaan pajak yang dilakukan Pemeriksaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(40)

Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti permulaan tindak pidana dibidang perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.

Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2000, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan. b. Penghapusan Nomor Pokok wajib Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

f. Pencocokan data dan atau alat keterangan.

g. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai. h. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.


(41)

3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan

Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burthon (2008: 4), ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari:

a. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan dilakukan atas suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya dan untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak. Pemeriksaan lapangan dilaksanakan dengan cara pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana. Undang-undang maupun Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 yang mengatur mengenai Tata Cara Pemeriksaan tidak memberikan batasan apa yang dimaksud dengan pemeriksaan lengkap maupun pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat Wajib Pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan atau tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada umumnya. Sedangkan pemeriksaan sederhana adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat Wajib Pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan atau tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.


(42)

b. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor dilakukan atas suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan ini hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.

Dari perbedaan ruang lingkup pemeriksaan di atas berpengaruh pada jangka waktu penyelesaiannya. Untuk pemeriksaan lengkap harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8 (delapan) bulan. Untuk pemeriksaan sederhana harus diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan. Sedangkan pemeriksaan kantor yang dilakukan secara sederhana harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) minggu.

4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Menurut Pardiat (2008: 2) adanya hak dan kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan yaitu:

a. Hak-hak Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.

2) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.


(43)

3) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.

4) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan. 5) Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka

waktu yang telah ditentukan.

6) Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.

b. Kewajiban Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak.

3) Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.


(44)

5. Jenis-Jenis Pemeriksaan

Menurut Erly Suandy (2008: 4), jenis-jenis pemeriksaan terdiri dari yaitu:

a. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan atau keterangan yang secara khusus berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.

c. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi

Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah kerja unit Pelaksana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili.


(45)

e. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan tahun berjalan adalah pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan utnuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.

E. Kesadaran Wajib Pajak

Dalam psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.

Menurut Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya.

Berbicara mengenai sadar dan kesadaran yang dikaitkan dengan masyarakat adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan merasa ingin tahu, ingat kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat keadaan dirinya. Kesadaran dapat disebut juga yaitu kesadaran yang timbul dari diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab (Fanie Oktaliana, 2009: 18).

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak ada beberapa pemahaman yang harus disosialisasikan kepada masyarakat lewat


(46)

kampanye sadar akan pajak dalam berbagai bentuknya seperti seminar, diskusi, simulasi, dan aktivitas lainnya yaitu:

a. Perlunya keteladanan

Pemerintah mampu memberikan teladan dan diikuti tokoh-tokoh dan publik figurnya, maka masyarakat pun menyadari bahwa pentingya untuk membayar pajak untuk masa depan negaranya. Tetapi, jika pemerintah menunjukkan hal yang tidak baik dengan memperlihatkan keingkarannya terhadap kewajiban pajak, maka hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap perpajakan.

b. Kemudahan sistem pembayaran

Adanya upaya pemerintah khususnya Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan kemudahan dari sistem pembayaran pajak yang lebih efektif dan efisien agar memberikan kemudahan bagi masyarakat dan Wajib Pajak dari awal pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sampai penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT).

F. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan menurut Gunadi (2005: 4) dapat didefinisikan merupakan suatu keadaan bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi, peringatan, ataupun ancaman.


(47)

Menurut Menurut Safri Nurmantu (2009) ada 2 (dua) macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan materiil.

a. Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut sudah benar atau belum dan hal yang terpenting SPT PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.

b. Kepatuhan Materiil

Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakan terutama memenuhi hakekat kewajiban perpajakannya. Di sini Wajib Pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi SPT PPh tersebut.

Menurut Chaizi Nasucha (2004: 10) kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan dari:

a.Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

b.Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang. c.Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan. d.Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.


(48)

2. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan

Menurut Safri Nurmantu (2009) ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan yaitu:

a. Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan Perpajakan

Makin jelas undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan makin mudah bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Makin sulit aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi terdapat ketidakpastian dan ketidakberkesinambungan peraturan, maka makin sulit bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. b. Besarnya Biaya Kepatuhan

Biaya kepatuhan adalah semua biaya yang harus dipikul oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Biaya kepatuhan terdiri dari antara lain fee untuk konsultan atau akuntan dan biaya pegawai.

c. Adanya Panutan

Sistem panutan di kalangan masyarakat di Indonesia untuk menjadi Wajib Pajak "terbesar" dapat merupakan faktor yang meningkatkan rasa kepatuhan perpajakan. Contoh pimpinan diatas mendorong untuk mengajak anggota organisasinya untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) sebelum batas waktu. Sebaliknya apabila pimpinan tidak membayar pajak atau tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) bahkan tidak atau belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan merupakan panutan yang negatif bagi


(49)

anggota masyarakat Wajib Pajak untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 544/KMK.04/2000, kriteria Wajib Pajak patuh adalah:

a.Wajib Pajak Patuh

Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). 2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. b.Tepat Waktu

Tepat waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) meliputi:

1) Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang terlambat dalam tahun terakhir untuk masa pajak Januari sampai November tidak


(50)

lebih dari 3 (tiga) masa pajak setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

2) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya.

G. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Dasar Hukum

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP menyebutkan bahwa:

”Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkam”.

Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin dari Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2006: 159).


(51)

3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Secara fungsional Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana komunikasi antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Bagi Wajib Pajak merupakan sarana pertanggungjawaban kewajiban perpajakan selama satu periode, sedangkan bagi aparat pajak sebagai sarana pamantauan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Secara fisik Surat Pemberitahuan (SPT) adalah formulir yang telah disiapkan aparat pajak untuk diisi Wajib Pajak guna melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan lengkap sesuai undang-undang perpajakan merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak, sebab timbulnya sanksi baik yang bersifat administratif maupun pidana dapat berawal dari pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) yang tidak benar dan tidak lengkap (Erly Suandy, 2006: 160).

4. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 160) Surat Pemberitahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan.

a. Surat Pemberitahuan Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.


(52)

b. Surat Pemberitahuan Tahunan

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Pajak.

5. Langkah-Langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 163), adapun langkah-langkah dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) antara lain, yaitu:

a. Wajib Pajak harus mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

b. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

c. Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus.

d. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 164), adapun penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dilakukan dengan cara yaitu:


(53)

b. Melalui kantor pos

7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a.Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa

Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT PPh Pasal 21 Paling lambat 20 (dua puluh) hari

setelah Masa Pajak berakhir PPh Pasal 22, Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor

14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22, PPn dan PPnBm yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir

PPh Pasal 23 dan Pasal 26 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dalam satu Masa Pajak

Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan

14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir

b. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT SPT Tahunan Pajak Penghasilan 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya

tahun pajak

SPT Tahunan PPh Pasal 21 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun


(54)

8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan beserta laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, maka akan diterbitkan surat teguran (Erly Suandy, 2006: 167).

H. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi (2005) yaitu melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu. Penelitian ini membuktikan bahwa kehandalan (variabel x1), ketanggapan (variabel x2), jaminan (variabel x3), empati (variabel x4), wujud fisik (variabel x5) memiliki pengaruh terhadap kepuasan Wajib Pajak. Besarnya pengaruh berdasarkan hasil F-hitung = 29,062 menunjukkan bahwa secara simultan variabel


(55)

kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan wujud fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan masyarakat Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu.

Penelitian dilakukan oleh Trunojoyo (2008) yaitu melakukan penelitian tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Gubeng Surabaya). Penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kesadaran Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Penelitian dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M. Khoiru Rusydi (2008) yaitu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan. Penelitian ini ada empat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya yaitu faktor pengetahuan perpajakan, sanksi pajak, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), dan tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Hasil penelitian ini berdasarkan koefisien determinasi diketahui sebesar 80,9% faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan yaitu pengetahuan perpajakan, sanksi pajak, kemudahan dalam proses penyampaian SPT dan tingkat kesadaran Wajib


(56)

Pajak Badan. Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lili Fadilah (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan pemeriksaan pajak (variabel x1), pelaksanaan (variabel x2) dan laporan pemeriksaan pajak (variabel x3) secara simultan diperoleh F sebesar 9,448 dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,000, ini berarti nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. jadi persiapan, pelaksanaan dan laporan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansinya sebesar 0.000 yang berarti bahwa variabel pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Govind S. Iyer, Philip M.J Reckers and Debra L.Sanders (2010) yaitu melakukan penelitian mengenai Increasing Tax Compliance in Washington State: A Field Experiment. Hasil


(57)

penelitian ini menunjukkan untuk melakukan percobaan lapangan yang meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi pada Obyek Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu) Sumadi (2005) a.Variabel Independen (x) yaitu: 1) Kehandalan 2) Ketanggapan 3) Jaminan 4) Empati 5) Wujud fisik b.Variabel Dependen

(y) yaitu:

1) Kepuasan wajib pajak

a.Dari hasil analisis regresi dapat

diketahui bahwa secara simultan dimensi

kualitas pelayanan mampu memberikan pengaruh terhadap kepuasan wajib pajak.

b.Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat diketahui

bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan masyarakat yaitu variabel kehandalan, variabel ketanggapan, dan variabel jaminan, sedangkan

variabel empati dan variabel wujud fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wajib pajak.


(58)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Gubeng Surabaya) Trunojoyo (2008) a.Variabel Independen (x) yaitu: 1) Kesadaran wajib pajak 2) Persepsi wajib

pajak tentang sanksi dan hasrat

membayar pajak b. Variabel Dependen

(y) yaitu: 1) Kepatuhan

wajib pajak

a. Secara parsial terdapat pengaruh dari variabel kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.

b. Secara bersama-sama atau simultan kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.

3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Untuk Wajib Pajak Badan Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) a.Variabel Independen (x) yaitu: 1) Tingkat pengetahuan wajib pajak 2) Sanksi-sanksi pajak 3) Kemudahan pengisian SPT 4) Kesadaran wajib pajak b.Variabel Dependen (y) yaitu: 1) Kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Pengetahuan wajib pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran wajib pajak secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.


(59)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

4 Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi Utara Lili Fadilah (2008)

a.Variabel Independen (x) yaitu: 1) Persiapan pemeriksaan pajak 2) Pelaksanaan 3) Laporan pemeriksaan pajak

b.Variabel Dependen (y) yaitu:

1) Kepatuhan wajib pajak

Persiapan, pelaksanaan dan laporan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak 5 Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Supriyati dan Nur Hidayati (2008)

a.Variabel Independen (x) yaitu:

1) Pengetahuan tentang pajak 2) Persepsi wajib

pajak terhadap petugas pajak 3) Persepsi wajib

pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh b.Variabel Dependen (y) yaitu: 1) Kepatuhan wajib pajak Berdasarkan hasil

pengujian bahwa variabel pengetahuan pajak

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan

variabel persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

6 Increasing Tax Compliance In Washington State: A Field Experiment Govind S.Iyer, Philip M.J.Reckers and Debra L.Sanders (2010)

a. Tax Compliance b. Use Tax

c. Field Experiment

Washington State

meminta untuk melakukan percobaan lapangan yang meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi. Tingkat kepatuhan pajak terendah mungkin karena visibilitas yang rendah, dan Bisnis & Pekerjaan pajak. Banyak pajak yang belum


(60)

I. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan” menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul ”Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak yang menginginkannya. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar


(61)

pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib Pajak.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209). Penelitian yang dilakukan Lili Fadilah (2008) dengan judul ”Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak” membuktikan adanya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(62)

Ha1: Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan” menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul ”Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha2: Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).


(63)

3.Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak yang menginginkannya. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

4.Pengaruh Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209). Penelitian yang dilakukan Lili Fadilah (2008) dengan judul ”Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”


(64)

membuktikan adanya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Maka hipotesis yang ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha4: Pemeriksaan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

5.Pengaruh Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran Wajib Pajak atas perpajakan amatlah diperlukan gunameningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan Wajib Pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Suyatmin, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Trunojoyo (2008) yaitu melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Menunjukkan bahwa variabel kesadaran Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Maka hipotesis yang keempat dapat dirumuskan sebagai berikut:


(65)

Ha5: Kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

J. Kerangka Pemikiran

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Siti Resmi, 2009: 21).

Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (fiskus) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan berlakunya self assessment system diharapkan kepatuhan masyarakat, khususnya Wajib Pajak dapat meningkatkan dengan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib


(66)

Pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Apabila Wajib Pajak tidak memiliki dasar pengetahuan perpajakan, maka Wajib Pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dan menyetor pajaknya. Wajib pajak yang tidak mengetahui tentang pengetahuan pajak akan mengalami kesulitan tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang perpajakan juga sering dituding sebagai latar belakang penyebab Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya. Rumitnya prosedur yang ditempuh oleh setiap masyarakat yang ingin mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya juga menjadi kendala masyarakat untuk sadar dan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan upaya-upaya antara lain memberikan kualitas pelayanan yang optimal baik kualitas sumber daya manusia maupun sistem informasi perpajakan dan melakukan pemeriksaan pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Jadi, dari hal tersebut diikuti dengan adanya kesadaran yang timbul dari diri sendiri tanpa adanya paksaan dari siapapun yang nantinya akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).


(67)

Gambar.2.1 Model Penelitian

Wajib Pajak

Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan Perpajakan

(X1)

Kualitas Pelayanan (X2)

Pemeriksaan (X3)

Kesadaran (X4)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Uji Model Regresi

Analisis Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas b. Heteroskedastisitas c. Normalitas

Uji Statistik t Uji Statistik F

Koefisien Determinasi


(68)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Jadi, untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) maka hal yang pertama berpengaruh yaitu tingkat pengetahuan Wajib Pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak juga harus melakukan upaya-upaya antara lain peningkatan pelayanan kepada pembayar pajak dan disertai dengan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakannya dan apabila terjadi kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) akan dikenakan sanksi. Yang terakhir tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak tanpa adanya paksaan dari siapa pun. Dengan adanya kesadaran ini Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan perpajakan yang akan meningkatkan kepatuhan.

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan langsung kuesioner pada sampel dari suatu populasi dari objek penelitian di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Selatan.


(69)

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP “Jakarta Selatan” dan sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melaporkan SPT Tahunannya Ke KPP “Jakarta Selatan”. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 122).

C. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung yang menjadi obyek peneliti dengan cara yaitu kuesioner dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertayaan dan pertanyaan tersebut disebarkan kepada Wajib Pajak.

Jenis skala pengukuran yang digunakan untuk menjawab pertanyaan kuesioner adalah skala Likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap subjek, obyek atau kejadian tertentu. Skala Likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 104). Masing-masing jawaban secara berurutan diberi skor 1 sampai 5 sebagaimana disajikan dibawah ini:


(70)

Tabel. 3.1

Tingkat Penilaian Jawaban

2. Pengumpulan Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, majalah, atau laporan yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan dilakukan yaitu: 1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

No Jenis Jawaban Skor

1 SS = Sangat Setuju 5

2 S = Setuju 4

3 R = Ragu-ragu 3

4 TS = Tidak Setuju 2


(1)

KWP5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 2 2.5 2.5 2.5

tidak setuju 4 5.0 5.0 7.5

ragu-ragu 18 22.5 22.5 30.0

setuju 46 57.5 57.5 87.5

sangat setuju 10 12.5 12.5 100.0


(2)

Lampiran 20: Hasil uji validitas dan reliabilitas kepatuhan wajib pajak (Y)

Uji Validitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KWP1 15.30 3.884 .597 .405 .659

KWP2 15.39 4.012 .415 .185 .726

KWP3 15.38 3.731 .612 .432 .650

KWP4 15.19 4.610 .363 .157 .737

KWP5 15.45 3.339 .551 .330 .677

Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(3)

Lampiran 21: Hasil Regresi Linier Berganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .652a .426 .395 1.427 .426 13.891 4 75 .000 2.159

a. Predictors: (Constant), kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan pajak

b. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 113.194 4 28.299 13.891 .000a

Residual 152.793 75 2.037

Total 265.988 79

a. Predictors: (Constant), kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan pajak

b. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B Correlations B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part

1 (Constant) 10.569 2.428 4.354 .000 5.733 15.405

pengetahuan pajak .143 .068 .184 2.098 .039 .280 .007 .204 .235 .184 kualitas pelayanan pajak .192 .082 .280 2.353 .021 .029 .354 .359 .262 .206 pemeriksaan pajak .140 .065 .180 2.090 .037 .276 .145 .215 .072 .054 kesadaran wajib pajak .480 .084 .518 5.712 .000 .313 .648 .585 .551 .500 a. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja kantor pelayanan pajak (KPP) dengan pelayanan wajib pajak sebagai variabel intervening di kpp medan timur

9 52 93

Pengaruh peran account representatif, pemahaman prosedur perpajakan wajib pajak, dan kualitas pelayanan tempat pelayanan terpadu di kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (studi kasus pada delapan kantor pelayan

3 6 128

Analisis pengaruh tingkat penghasilan dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk wajib pajak orang pribadi di wilayah Kembangan Jakarta Barat

2 47 67

Pengaruh reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan, dan kesadran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan

3 25 146

Analisis pengaruh pelayanan konsultasi, dan pengawasan account representative terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris pada kantor pelayanan pajak tangerang dan serpong

3 35 149

Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaikan surat pemberitahuan (SPT): studi empiris pada kantor pelayanan pajak di Jakarta Selatan

1 8 151

Pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey pada WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees)

6 32 59

Pengaruh kepuasan wajib pajak terhadap kualitas pelayanan dan implikasinya pada kepatuhan wajib pajak

0 4 1

Pengaruh pengetahuan pajak dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

0 4 2

Pengaruh penerapan peraturan perpajakan dan kualitas pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak formal :(survey pada wajib pajak di KPP Pratama Cicadas Bandung)

0 9 1