Tabel 4.5 Hubungan Konsentrasi Debu dengan Gangguan Faal Paru Pekerja di Industri Pakan Ternak Tahun 2010
Gangguan Faal Paru Total
P Obstruksi
Ringan Restriktif
Ringan Campuran
Normal Konsentrasi Debu
0,001 Packing
0 0 1 16,7
2 33,3 3 50,0 6 100
Drilling Gudang
2 28,6 1 20,0
2 28,6 0 0
1 14,3 1 20
2 28,6 3 60,0
7 100 5 100
Mixer Receiving
2 22,2 1 14,3
0 0 2 28,6
4 44,4 1 14,3
3 33,3 3 42,9
9 100 7 100
Total 6 17,6
5 14,7 9 26,5 14 41,2
34 100
Tabel 4.5 di atas menunjukan hasil uji korelasi person bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi debu terhadap gangguan faal paru P
value
0,05.
4.6. Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Konsentrasi Debu terhadap Gangguan Faal Paru
Hasil pengukuran pengaruh karakteristik pekerja dan konsentrasi debu terhadap gangguan faal paru dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel. 4.6 Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Konsentrasi Debu terhadap Gangguan Faal Paru
Variabel Bebas Koefisien B Nilai Beta Koefisien Determinasi
F
Kostanta 0,547
0,611 0,002
Masa Kerja 0,310
0,380 Lama Kerja
0,251 0,291
Kebiasaan Merokok 0,209 0,201
APD 0,044
0,043 Konsentrasi Debu
0,003 0,085
Angka koefisien determinasi 0,611 61,1, artinya pengaruh karakteristik pekerja dan konsentrasi debu terhadap gangguan faal paru sebesar 61,1.
Universitas Sumatera Utara
Nilai F 0,002 0,05 menunjukan karakteristik pekerja dan kosentrasi debu secara signifikan dapat dipakai untuk memprediksi terjadinya gangguan faal paru.
Masa kerja memiliki nilai beta paling besar yaitu 0,380. Artinya, masa kerja yang paling besar pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan faal paru pekerja.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Y = 0,547 + 0,310 X
1
+ 0,251 X
2
+ 0,209 X
3
+ 0,044 X
4
+ 0,003 X
5
Keterangan : Y = Gangguan faal paru
X
1
X = Masa Kerja
2
X = Lama kerja
3
X = Kebiasaan merokok
4
X = Alat pelindung diri
5
= konsentrasi debu
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Gangguan Faal Paru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 pekerja, terdapat 13 38,23 pekerja yang memiliki faal paru normal dan 21 61,77 pekerja positif mengalami
gangguan faal paru dengan rincian jumlah pekerja yang mengalami gangguan faal paru kategori obstriksi ringan sebanyak 6 pekerja 17,64, kategori retriksi ringan
sebanyak 6 pekerja 17,64, dan kategori campuran sebanyak 9 pekerja 26,49. Gangguan faal paru adalah penyakit yang dialami oleh paru-paru yang
disebabkan oleh virus, bakteri, debu maupun partikel lainnya. Gangguan faal paru dalam penelitian ini didasarkan pada kemampuan individu dalam menghirup dan
melepaskan udara atau melalui pengukuran kapasitas paru. Pengukuran faal paru dalam penelitian ini menggunakan spirometri dengan indikator kapasitas vital paru,
yaitu jumlah total udara yang dikeluarkan secara paksa. Gangguan faal paru dalam penelitian terdiri dari normal, obstruktif, retriksi,
dan campuran. Restriktif, yaitu penyempitan saluran paru - paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergen seperti debu sehingga menyebabkan kapasitas vital
berkurang. Obstruktif, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan debu - debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.
Kombinasi obstruktif dan restriktif campuran, yaitu gangguan yang terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran, yang juga melibatkan saluran napas.
Gangguan faal paru yang terjadi pada industri pakan ternak adalah terjadinya efek, yaitu pathofisiologis debu dapat menyebabkan refleks batuk - batuk atau spasme
laring penghentian bernapas. Kalau zat - zat ini menembus ke dalam paru - paru, dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru - paru atau pneumonitis yulaikah, 2007.
Kapasitas fungsi paru merupakan kesanggupan paru untuk atau dalam menampung udara di dalamnya Syaifuddin, 1997. Kapasitas vital sama dengan
volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kurang lebih 4600 mll.
Gangguan faal paru yang dialami pekerja akan semakin bertambah secara perlahan mengingat kondisi lingkungan industri pakan ternak yang banyak debu.
Debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan
keracunan umum. Debu juga dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja dan terus-menerus. Bila alveoli mengeras akibatnya
mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun Depkes RI, 2003.
Pada penyakit gangguan faal paru, biasanya penderita lebih banyak mengalami kesukaran pada waktu ekspirasi dibandingkan inspirasi, sebab
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan menutupnya saluran nafas sangat meningkat dengan tekanan positif dalam dada selama ekspirasi dan sebaliknya. Selama satu periode beberapa bulan
atau tahun, efek ini akan meningkat. Akibat obstruktif saluran nafas lebih mudah mengempis dari pada saluran normal. Maka aliran ekspirasi maksimal sangat
berkurang Guyton, 1997 Pekerja mempunyai risiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada
saluran pernafasan. Tahapan proses produksi yang paling banyak menghasilkan debu pada industri pakan ternak adalah pada tahapan receiving tumpukan bahan jadi
pakan ternak. Absorbsi dari partikel-partikel debu yang terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernafasan, sebagian partikel debu yang tidak larut akan tertahan
di jaringan paru-paru, sedangkan bagian yang larut terbawa oleh darah ke bagian lain dan sebahagian lagi di ekskresi.
Penelitian Hendrawati dkk 2006 menunjukan bahwa; 1 masa kerja yang mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruktif pada pekerja di
industri yang berdebu lebih dari 10 tahun, 2 Responden yang menggunakan APD mengalami gangguan fungsi paru 19,0 dan 81,0 tidak mengalami gangguan
fungsi paru, 3 Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko untuk terjadinya gangguan fungsi paru.
Penelitian Siti M 2006, kapasitas paru dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan
merokok dan olah raga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas paru.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Gangguan Faal Paru