Hubungan Konsentrasi Debu dengan Gangguan Faal Paru

5.3. Hubungan Konsentrasi Debu dengan Gangguan Faal Paru

Hasil penelitian dengan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan konsentrasi debu dengan terjadinya gangguan faal paru dengan nilai p=0,001 p0,05. Artinya bahwa gangguan faal paru pekerja disebabkan oleh adanya debu-debu dalam pabrik yang setiap hari dihirup oleh pekerja, sehingga berdampak terhadap kemampuan dan kapasitas paru yang mengarah pada terjadinya gangguan-gangguan fungsi saluran nafas. Hasil penelitian juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara konsentrasi debu terhadap gangguan faal paru r=0,666. Artinya, kosentrasi debu diatas NAB memiliki hubungan sebesar 66,6 terhadap terjadinya gangguan faal paru. Ada 2 lokasi yang hasil pengukuran salah satu titik memiliki konsentrasi debu dibawah NAB, yaitu titik ke empat bagian packing 63,6 mgm 3 dan titik ke empat bagian mixer 98 mgm 3 Menurut Depkes RI 2003 konsentrasi debu di udara juga dipengaruhi oleh keadaan sanitasi lingkungan pabrik yang dilihat dari aspek kelembaban udara, suhu, pencahayaan dan keadaan ventilasi udara. Temuan penelitian menunjukkan berdasarkan dari aspek ventilasi keseluruhan ruangan pabrik belum memiliki ventilasi . Titik ke empat pada bagian packing berdekatan dengan pintu masuk pabrik dan titik ke empat pada bagian mixer berada di lantai 3 yang posisinya dekat dengan ventilasi. Tingginya konsentrasi debu di satu titik sangat dipengaruhi oleh sirkulasi udara. Universitas Sumatera Utara yang memenuhi syarat yaitu kurang dari 10 luas lantai dengan sirkulasi udara 0,15- 0,25 mdetik, kemudian keadaan suhu pabrik lebih dari 30 Menurut Yunus 1997, bahwa debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada sakuran nafas bagian atas; yang berukuran 3-5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut respirabel, paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bionkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap alveoli, debu yang ukurannya 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli dan bila membentur alveoli ia dapat tertimbun. C. Penelitian Windanarto 2004 menemukan bahwa debu kapas mempunyai hubungan signifikan dengan kapasitas paru pekerja dengan nilai rerata 63,9 mgm3 10 mgm3. Selain itu adanya korelasi hubungan antara waktu pemaparan kadar debu dengan keluhan klinis terhadap tenaga kerja terutama pada bagian pabrikspinning. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa korelasi terbesar adalah adanya gejala klinis reak bagi para pekerja bagian spinning. Menurut Meoerad 2003, bahwa partikel debu dapat menyebabkan timbulnya gangguan pada saluran pernapasan. Debu berukuran 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas, sedangkan yang berukuran antara 3-5 mikron akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian tengah. Deu yang berukuran antara 0,1-0,5 mikron berdifusi keluar masuk alveoli. Bila membentur alveoli ia akan tertimbun disitu. Dalam dosis besar, semua debu bersifat Universitas Sumatera Utara merangsang dan dapat menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi tersebut berupa produksi lendir berlebihan. Debu yang masuk ke saluran nafas menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh berupa batuk dan bersin. Otot polos di sekitar jalan nafas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.

5.4. Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Konsentrasi Debu dengan Gangguan Faal Paru