sebagai pemberi pelayanan, peran petugas kesehatan sebagai pengajar diperlukan pada fase ini. Peran ini meliputi upaya meningkatkan motivasi klien untuk
mempelajari dan melaksanakan aktivitas peningkatan kesehatan, untuk mengikuti program pengobatan dokter, dan untuk mengekspresikan perasaan atau pengalaman
yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan yang terbentuk, contohnya memberikan pengajaran tentang pemberian ASI disaat awal
sesudah melahirkan Tamsuri, 2006. Tahap terakhir dari komunikasi terapeutik adalah tahap terminasi. Tahap
terminasi dimulai ketika klien dan petugas kesehatan memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan klien. Pada tahap ini tugas petugas kesehatan adalah mengevaluasi
pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan dan membuat pertemuan berikutnya kalau
diperlukan Suryani, 2006.
2.2.6. Hal-hal yang Memengaruhi Komunikasi Terapeutik
Manusia baik sebagai komunikator maupun komunikan dapat memengaruhi proses komunikasi. Tingkat pengetahuan memengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengirimkan pesan, misalnya untuk memilih kata-kata, menentukan saat pesan harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai teknik komunikasi verbal dan non
verbal. Bagi seorang penerima informasi, pengetahuan penting untuk menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh komunikator sekaligus untuk
memberi umpan balik kepada pemberi pesan Tamsuri, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Peran dan tanggung jawab memengaruhi komunikasi yang dilakukan individu, baik teknik maupun isi komunikasi. Petugas kesehatan lebih sering menggunakan
teknik komunikasi formal dan membicarakan kondisi klien karena tanggung jawabnya serta membuat banyak tulisan dalam berkomunikasi sebagai bentuk
pertanggung jawaban. Sementara dalam pergaulan, individu membicarakan tentang rumah tangganya, anak-anaknya, atau cita-citanya. Komunikasi seperti ini tidak
memerlukan media tulisan. Perbedaan peran dan tanggung jawab menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi Tamsuri, 2006.
Karakteristik pribadi seorang petugas kesehatan sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam melakukan komunikasi terapeutik karena alat yang
digunakan petugas kesehatan pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri. Karakteristik tersebut diantaranya adalah Suryani, 2006 :
1 Kejujuran, yang mana sangat penting dalam komunikasi terapeutik karena
tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu lembut sehingga sering menyembunyikan isi
hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. 2
Dalam berkomunikasi dengan klien, petugas kesehatan sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan tidak berbeli-belit. Non
verbal perawat harus cukup ekspresif dan harus sesuai dengan verbalnya.
Universitas Sumatera Utara
Ketidaksesuaian verbal dan non verbal petugas kesehatan dapat menimbulkan kebingungan bagi klien.
3 Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan klien lewat
non verbalnya sangat penting dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ini bisa ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien. 4
Sikap empati petugas kesehatan pada klien akan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena sekalipun dia turut merasakan
permasalahan yang dirasakan kliennya tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga petugas kesehatan dapat memikirkan masalah yang dihadapi
klien secara objektif. Sedangkan petugas kesehatan yang bersikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara
emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien. 5
Dalam memecahkan masalah klien petugas kesehatan harus memiliki kemampuan melihat permasalahan dari kaca mata klien agar pemecahan
masalah klien merasa puas karena keputusan yang diambil berdasarkan keputusannya sendiri.
6 Kemampuan untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salah satu
karakteristik dari seorang petugas kesehatan yang efektif. Jika seseorang merasa diterima maka akan merasa aman dalam menjalin hubungann
interpersonal. Menilai atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai-nilai yang diyakini petugas kesehatan menunujukkan bahwa petugas tidak menerima
Universitas Sumatera Utara
klien apa adanya. Perkataan petugas seperti, “koq gitu aja nangis” misalnya merupakan bentuk dari ketidakmampuan perawat menerima klien apa adanya.
Seorang petugas kesehatan yang baik tidak akan memandang hina pada klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan
kotor. 7
Petugas kesehatan harus sensitif terhadap perasaan klien. 8
Petugas kesehatan tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri petugas itu sendiri.
Karakterisik yang baik dari seorang petugas kesehatan sangat menentukan baik buruknya penerimaan informasi mengenai IMD yang diterima klien sehingga
hal-hal yang disampaikan diharapkan dapat memengaruhi pelaksanaan IMD.
2.2.7. Teknik Komunikasi Terapeutik