BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air Susu Ibu ASI merupakan makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga berusia 6 bulan, ASI yang pertama
keluar berwarna kuning yang mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula, bayi yang baru lahir dan ibu saling
memberikan stimulasi penting dalam waktu satu jam pertama, bayi baru lahir sangat siap untuk segera mendapatkan asupan bergizi Depkes RI, 2002.
Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa. Sebagai manusia anak berhak untuk mendapatkan
pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya. Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan upaya yang tepat,
terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar untuk
menjamin pencapaian tertinggi kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun
Ahmadi, 1999 Inisiasi Menyusu Dini IMD yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir,
sebelum bayi dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibunya, tetapi
Universitas Sumatera Utara
langsung mendekap dan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir Roesli, 2008.
Berdasarkan penelitian WHO 2000, di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 jika bayi tersebut tidak
disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 sekitar 40 kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi.
Inisiasi menyusu dini IMD dapat mengurangi 22 kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu dini IMD mengurangi kematian balita 8,8 Roesli, 2008.
Righard 2006 menyatakan bahwa pada dasarnya bayi dapat menyusu sendiri sejak lahir. Hasil penelitian di Ghana pada tahun 2006 terhadap 10.947 bayi
menunjukkan bahwa 16 kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini meningkat menjadi 22 jika
pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Lebih dari sepertiga kematian anak terjadi pada bulan-bulan pertama kehidupannya, pemberian ASI sejak
dini adalah asupan gizi terbaik untuk melindungi bayi terhadap penyakit yang mematikan seperti infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, dan obesitas.
Bahkan melalui pemberian IMD akan membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007, menyusui merupakan proses alamiah yang dapat dilakukan oleh hampir semua ibu
kepada bayinya, namun ibu yang menyusu bayinya pada 1 jam pertama kelahiran hanya 41,8 bahkan di beberapa daerah menunjukkan angka yang jauh lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia ketentuan mengenai IMD tercantum dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 450MenKesSKIV2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk
satu jam pertama yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan
melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang
harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan. Akan tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini IMD di Indonesia
menurut SDKI tahun 2009 hanya 40,21 bayi yang disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran.
Suradi 2004 menyatakan dengan menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak menit pertama bayi baru lahir sangat penting untuk kesehatan bayi
dan keberhasilan pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang paling mudah dan sukses dilakukan adalah bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan mentalnya untuk melahirkan
dan menyusui, serta bila ibu mendapat informasi, dukungan, dan merasa yakin akan kemampuannya untuk merawat bayinya sendiri.
Pada kenyataannya, ketika seseorang masuk kedalam suatu pelayanan kesehatan, dia memerlukan bantuan dari petugas kesehatan, hubungan yang terjadi
adalah hubungan saling membantu dengan tujuan mengatasi masalah kesehatan yang selanjutnya hubungan ini disebut dengan hubungan terapeutik. Dalam hubungan ini
dilakukan proses komunikasi penyampaian hal-hal terkait masalah kesehatan baik itu terkait mengatasi masalah kesehatan maupun upaya-upaya yang dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kesehatan pasienklien. Komunikasi yang dilakukan dalam hubungan ini disebut dengan komunikasi terapeutik Tamsuri, 2006.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan dan kesehatan klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan klien. Persoalan mendasar
antara petugas kesehatan dan klien sehingga dapat dikategorikan kedalam komunikasi pribadi antara petugas kesehatan dan klien, petugas kesehatan membantu dan klien
menerima bantuan Musliha dkk, 2009. Salah satu cara dalam meningkatkan pengetahuan seseorang dalam
menerapkan anjuran petugas kesehatan adalah dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling
percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien sehingga dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan pasien Handayani, 2011.
Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan mempunyai peran besar terhadap kemajuan kesehatan pasien. Komunikasi terapeutik berkaitan
dengan penerimaan informasi yang baik sehingga banyak kasus diharapkan dengan adanya penerimaan komunikasi akan berdampak pada pengetahuan dan pernyataan
sikap pasien Palestin, 2002. Untuk meningkatkan interaksi petugas kesehatan dengan pasien, diperlukan
suatu komunikasi yang baik oleh tenaga kesehatan. Dengan komunikasi , seorang petugas kesehatan dapat memberi informasi yang lengkap guna meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan pasien dalam setiap informasi yang disampaikan kepadanya Niven, 2002.
Berdasarkan hasil penelitian dari Handayani 2011 mengenai pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pengetahuan pasien tentang diet pada hemodialisa di
RSUD dr. Pirngadi Medan diketahui bahwa pengetahuan pasien tersebut meningkat rata-rata sebesar 93,9.
Berdasarkan hasil penelitian dari Setiawan 2005 di RSU H.Adam Malik Medan diketahui bahwa dengan dilakukannya komunikasi terapeutik terhadap pasien
yang akan menjalani operasi dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka yang pada awalnya sebanyak 84,6 pasien reponden penelitian mengalami tingkat kecemasan
ringan dan 15,5 dengan tingkat kecemasan sedang menjadi 92,3 mengalami tingkat kecemasan ringan dan hanya 7,7 yang mengalami tingkat kecemasan sedang
Setiawan, 2005. Berdasarkan hasil penelitian dari Yulianty 2010 bahwa peran petugas
kesehatan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan IMD 35,5 dan dari hasil pelaksanaan IMD yang dilakukan dalam penelitian di Puskesmas Bromo Kota Medan
menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD tergolong baik dengan persentase 90,3 . Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan UU RI Nomor 36, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini petugas kesehatan yang terkait dengan proses membantu ibu dalam proses IMD adalah setiap petugas yang terkait dengan prosesnya mulai dari
awal pemberian informasi mengenai IMD sampai dengan pasien tersebut tahu, setuju, dan akhirnya dengan kesadaran sendiri meminta bantuan petugas kesehatan untuk
melakukan IMD. Petugas kesehatan dalam hal ini bisa saja bidan, perawat ataupun
dokter.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat danatau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, danatau masyarakat UU RI Nomor 36, 2009.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan selain puskesmas, klinik dokter, posyandu, apotek, dll. Oleh karena itu rumah sakit pun
wajib melakukan upaya promotif dan preventif. Jadi, bukan hanya upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan di rumah sakit. Upaya promotif dan preventif akan
digambarkan dengan penjelasan pada bab berikutnya.
Dalam Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Universitas Sumatera Utara
Pasien di rumah sakit adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Jadi, sudah menjadi suatu kewajiban dari petugas kesehatan di rumah sakit untuk memberitahukan informasi tentang
kesehatan baik itu diminta oleh pasien ataupun tidak diminta selama itu masih terkait dengan kebutuhan kesehatan pasien tersebut yang dalam hal ini adalah pemberian
IMD. Tidak semua pasien tahu tentang IMD maka sudah seharusnya petugas kesehatan menyampaikan informasi dan membantu hingga terlaksananya IMD
dengan baik pada pasien yang akan melakukan proses persalinan di rumah sakit.
IMD dapat mencegah 22 kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif Roesli, 2008.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, cakupan pelaksanaan IMD di Provinsi
Sumatera Utara tahun 2010 hanya 38,2, sedangkan di Kota Medan sebanyak 2,23 pada tahun 2010, dan di Kota Tanjungbalai hanya sebanyak 1,23 padahal cakupan
pelaksanaan IMD yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional PROPENAS dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu
PP-ASI adalah sebesar 80. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memperihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat
meningkatkan keberhasilan program ASI eksklusif Depkes RI, 2011. Untuk wilayah kerja rumah sakit cakupan pelaksanaan IMD juga belum
mencapai angka yang diharapkan diantaranya seperti di RSUD Dr. Abdul Manan
Universitas Sumatera Utara
Simatupang Kabupaten Asahan dengan angka cakupan pelaksanaan IMD sebesar 11,45 dan di RSUD Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi sebesar 17.
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai adalah satu-satunya rumah sakit milik pemerintah yang ada di kota Tanjungbalai. Di
rumah sakit ini sudah seharusnya dilakukan ketentuan yang tertuang dalam peraturan pemerintah mengenai pelayanan kesehatan yang harus diterapkan di rumah sakit
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah terkait dengan IMD. Di rumah sakit ini angka cakupan pelaksanaan IMD pada tahun
2011 adalah sebesar 9 yang mana masih jauh dari standar yang telah ditetapkan
oleh pihak rumah sakit yaitu sebesar 70.
Menurut Nuchsan 2000 dalam Yulianty 2010, berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada
petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar
bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini.
Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Dari hasil wawancara pada survei pendahuluan dengan beberapa petugas
kesehatan di ruang rawat inap obgyn RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai ternyata tidak semua ibu melakukan pemberian IMD karena kurangnya pengetahuan
ibu tentang IMD yang mengakibatkan ibu tidak bersedia melakukannya dengan alasan yang diantaranya seperti takut bayinya masuk angin, kedinginan, atau kasihan
Universitas Sumatera Utara
terhadap keadaan bayi yang dibiarkan begitu saja diatas perut ibu dalam waktu yang cukup lama sekitar 30 – 60 menit. Kurangnya pengetahuan pasien ini diasumsikan
karena kurang optimalnya komunikasi terapeutik yang dilakukan petugas kesehatan. Penyampaian informasi mengenai IMD dan ASI ekslusif di RSUD Dr.
Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai disampaikan oleh petugas kesehatan yang bertugas di poliklinik kandungan dan kebidanan yang mana pada poliklinik ini
dilakukan pelayanan asuhan kehamilan antenatal care yang salah satu prosedur kerjanya adalah penyampaian informasi kepada ibu hamil yang datang berkunjung
memeriksakan kehamilannya. Penyampaian informasi mengenai IMD dan ASI ekslusif biasanya dilakukan kepada ibu hamil trisemester III. Penyampaian informasi
yang dilakukan adalah secara interpersonal atau dengan kata lain komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi terapeutik dengan harapan pesaninformasi yang
disampaikan dapat diterima ibu dengan baik sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan ibu sehingga nantinya muncul kesadaran ibu untuk melakukan IMD.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pemberian IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota
Tanjungbalai.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah bagaimana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota
Tanjungbalai.
1.4.Hipotesis
Ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan
IMD. 1.5.2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai bahwa pentingnya penerapan
komunikasi terapeutik yang baik bagi seorang petugas kesehatan yang
berdampak pada keberhasilan pelaksanaan IMD.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA