Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Bromo Kota Medan

(1)

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

OLEH

ROSLINA YULIANTY 087033029/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSLINA YULIANTY 087033029/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Roslina Yulianty Nomor Induk Mahasiswa : 087033029

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K))

(

Siti Zahara Nasution, S.Kp.M.N.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr.Drs.Surya Utama, M.S) (Dr.Drs.Surya Utama, M.S)


(4)

Telah di uji

Pada Tanggal : 12 Agustus 2010

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K) Anggota : 1. Siti Zahara Nasution. S.Kp, M.N.S

2. Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, September 2010

(Roslina Yulianty) 0870330289


(6)

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) usia 28 hari yang di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 3,7%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan. Penelitian ini merupakan survei Explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat dengan jumlah sebanyak 31 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan menggunakan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah melatih keterampilan (p=0,008).

Disarankan kepada pihak Puskesmas Bromo Medan untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga kesehatan swasta seperti Sentral Laktasi yang bergerak di bidang Kesehatan Ibu, melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya.


(7)

ABSTRACT

Early Latch on Breastfeeding is one of efforts to decline baby mortality rate of 28 days aged, which rate in Indonesia was 22 percent high yet in 2000. But, the Early Latch on Breastfeeding practice in Indonesia was still low. According to the National Health Demography Survey of 2002, the Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) breasting in Indonesia was 3.7 percent only.

This research was aimed to analyze the influence of role of health officer on the implementation of the early latch on breastfeeding at Bromo Health Center in Medan. This study adopted an explanatory survey. Population on this research were all health officer comprising of physician, midwife, nurses with total 31 people involved and all become sample. Data was obtained through questionnaire and provided observational sheet. The data were analyzed by using multiple linear regression test.

The result of this research showed that variable which had influence on the role of health officer in implementing the early nursing initiation was train the skill

(p=0,008).

It is recommended to the management of Health Centers to encourage cooperation with Non Government Organization or other health organization as Sentral Laktasi as it serving on mothers’ health and do socialization about the importance of Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) and exclusive mother’s breast to practice surrounding.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan”.

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K) dan Siti Zahara Nasution, S.Kp.M.N.S, selaku komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dengan penuh kesabararan dari awal sampai selesainya penyusunan tesis ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis. M.Kes dan Siti Saidah Nasution,S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Kepala Puskesmas Bromo Medan beserta pegawai yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh dokter, bidan dan perawat yang berada di Puskesmas Bromo Medan yang telah memberikan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian. 10. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta kakak dan adikku tersayang untuk segala

dukungan moril dan materil serta pengertiannya.

11. Suamiku tercinta Ray S.T untuk segala dukungan, kesabaran dan pengertiannya, serta sumber inspirasi dan motivasi.

12. Sahabatku Julia Veronica, M.Kes, Hj Arifah, S.Kep, Burhanuddin, S.K.M dan dr Abdul Wahid untuk segala dukungan dan motivasi yang telah berkontribusi dalam terselesainya tesis ini

13. Staf non akademik Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan fasilitas yang dibutuhkan peneliti.


(10)

14. Rekan – rekan satu angkatan, khususnya minat PKIP, atas dukungan dan kebersamaan yang diberikan.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah berkontribusi dalam terselesaikannya tesis ini.

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Selanjutnya demi kesempurnaan tesis ini, peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun.

Medan, September 2010


(11)

RIWAYAT HIDUP

Roslina Yulianty, lahir di Medan pada tanggal 10 Juli 1979, Anak ketiga dari Ayahanda Drs. H.Mohd Salim M, MBA dan Ibunda Hj. Mariani Usma, yang saat ini bertempat tinggal di Jalan Mapilindo No. 125 Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1985 di TK Taman Harapan Medan, Sekolah Dasar di SD Negeri 060792 Medan tamat Tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Medan tamat tahun 1995, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan tamat tahun 1998, Akademi Kebidanan (D3 Kebidanan) DepKes RI Medan tamat tahun 2001, D-IV Bidan Pendidik USU Medan tamat tahun 2003 dan Tahun 2008 Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menikah pada tahun 2007 dan belum dikaruniai anak. Tahun 2001 sampai tahun 2002 pernah bekerja di RSU Imelda Medan. Tahun 2003 sampai tahun 2009 pernah bekerja di Akademi Kebidanan Sehat Medan sebagai Pembantu Direktur I dan staf pengajar, dan Tahun 2010 sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai dan di Akademi Putra Abadi Langkat Stabat sebagai pengajar hingga saat ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Teori Peran ... 11

2.2 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan IMD ... 11

2.3 Iniasi Menyusu Dini (IMD)... 12

2.3.1 Pengertian ... 12

2.3.2 Beberapa Penelitian Tentang IMD ... 13

2.3.3 Alasan Pentingnya IMD ... 15

2.3.4 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat ... 16

2.3.5 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan ... 17

2.3.6 Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini ... 18

2.3.7 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini ... 19

2.3.8 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 20

2.3.9 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini... 21

2.4 Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs... 23

2.5 Kebijakan WABA tentang IMD... 24

2.6 Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI di Puskesmas ... 25

2.7 Landasan Teoritis ... 27

2.8 Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian... 29


(13)

3.2.1 Lokasi Penelitian... 29

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Uji Validitas ... 31

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 32

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 34

3.5.1 Variabel Dependen ... 34

3.5.2 Definisi Independen ... 34

3.6 Metode Pengukuran ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.2 Karakteristik Responden ... 39

4.3 Hasil Analisis Univariat ... 40

4.3.1 Distribusi Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 40

4.3.2 Distribusi Pemberian Informasi Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan... 41

4.3.3 Distribusi Penilaian Pelaksanaan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan... 41

4.4 Hasil Analisis Bivariat ... 42

4.4.1 Hubungan Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan... 42

4.4.2 Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan... 43

4.5 Hasil Analisis Multivariat ... 44

BAB 5 PEMBAHASAN ... 48

5.1 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan IMD di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 48

5.2 Pengaruh Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini ... 50

5.3 Pengaruh Pemberian Informasi Bagi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini... 51


(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Skor Korelasi Validitas Antara Tiap-Tiap Kuesioner

Dengan Nilai Total ... 32 3.2. Skor Korelasi Reliabilitas Antara Tiap-Tiap Kuesioner

Dengan Nilai Total... 33 3.3. Variabel Dependen ... 35 3.4. Variabel Independen ... 36

4.1. Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 39 4.2. Distribusi Responden Menurut Keterampilan Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 40 4.3. Distribusi Responden Menurut Pemberian Informasi Tenaga Kesehatan

dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 41 4.4. Distribusi Penilaian Tindakan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan... 43 4.5. Hubungan Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan

Inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 43

4.6. Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 44 4.7. Hasil Uji Linier Berganda ... 45


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lembar permohonan menjadi responden... 59

2. Lembar persetujuan responden ... 60

3. Kuesioner Penelitian ... 61

4. Lembar Observasi ... 64

5. Surat Izin Survey Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan... 66

6. Surat Izin Survey Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan... 67

7. Surat Izin Survey Penelitian dari Puskesmas BromoMedan... 68

8. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan ... 69

9. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan... 70

10. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Bromo Medan ... 71

11. Hasil Validitas dan Reabilitas ... 72

12. Analisis Data ... 73


(18)

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) usia 28 hari yang di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 3,7%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan. Penelitian ini merupakan survei Explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat dengan jumlah sebanyak 31 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan menggunakan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah melatih keterampilan (p=0,008).

Disarankan kepada pihak Puskesmas Bromo Medan untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga kesehatan swasta seperti Sentral Laktasi yang bergerak di bidang Kesehatan Ibu, melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya.


(19)

ABSTRACT

Early Latch on Breastfeeding is one of efforts to decline baby mortality rate of 28 days aged, which rate in Indonesia was 22 percent high yet in 2000. But, the Early Latch on Breastfeeding practice in Indonesia was still low. According to the National Health Demography Survey of 2002, the Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) breasting in Indonesia was 3.7 percent only.

This research was aimed to analyze the influence of role of health officer on the implementation of the early latch on breastfeeding at Bromo Health Center in Medan. This study adopted an explanatory survey. Population on this research were all health officer comprising of physician, midwife, nurses with total 31 people involved and all become sample. Data was obtained through questionnaire and provided observational sheet. The data were analyzed by using multiple linear regression test.

The result of this research showed that variable which had influence on the role of health officer in implementing the early nursing initiation was train the skill

(p=0,008).

It is recommended to the management of Health Centers to encourage cooperation with Non Government Organization or other health organization as Sentral Laktasi as it serving on mothers’ health and do socialization about the importance of Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) and exclusive mother’s breast to practice surrounding.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga medis, tetapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya. Ternyata, dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan dan membantu mengurangi angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian sebanyak 2/3 dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting sebab dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya sehingga ibu hamil masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM). Demikian pula suatu pusat pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 1997).

Proses inisiasi menyusu dini dilakukan sesaat setelah bayi lahir dalam keadaan sehat dan menangis, sesudah dipotong tali pusarnya dan dilap dengan kain hangat (dengan tetap mempertahankan vernix). Bayi dibiarkan telanjang dan diletakkan di dada ibu yang juga telanjang dengan posisi tengkurap menghadap


(21)

kearah ibu. Bayi sengaja dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya. Proses pencarian memakan waktu bervariasi, sekitar 30-40 menit. Dalam hal ini segala tindakan atau prosedur yang membuat bayi stress atau merasa sakit ditunda dulu, seperti menimbang, mengukur dan memandikan bayi dilaksanakan setelah Inisiasi menyusui dini selesai dan dapat dilakukan pada bayi yang dilahirkan dengan cara normal maupun operasi caesar (Roesli, 2008).

Berdasarkan penelitian WHO (2000), dienam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).

Menurut penelitian-penelitian dari Inggris dibawah pimpinan Karen Edmond yang melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di jurnal Pediatrics 30 Maret 2006. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi baru lahir antara bulan Juli 2003 dan Juni 2004. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam waktu satu jam pertama dengan membiarkan kontak kulit kekulit , maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan jika mulai menyusui pertama saat bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan (Roesli, 2006).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002–2003 hanya 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, dan hanya 8% bayi di


(22)

Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif enam bulan, sementara target Pemerintah tahun 2010 ingin mencapai ASI Eksklusif sebanyak 80%. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan – perusahan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga Petugas Kesehatan (Baskoro, 2008).

Sumatera Utara sebagai bagian dari Negara Indonesia, tentunya juga harus ikut mendukung dan melaksanakan rencana Pemerintah dalam menurunkan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB di Propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir. Menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 34,2/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 33,5/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 menjadi 32,5/1.000 kelahiran hidup (Infokom SUMUT, 2007).

Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara telah memberi sumbangan terhadap jumlah AKB di Sumatera Utara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Medan pada tahun 2005 sejumlah 26/1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2006 AKB naik menjadi 43/1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 turun menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Medan, 2005-2007).


(23)

Selama ini, masih banyak Ibu – Ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak dilahirkan, Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusui. Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini belum banyak diketahui masyarakat, bahkan juga Petugas Kesehatan. Hal ini wajar karena Inisiasi menyusu Dini adalah Ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia (Roesli, 2008).

Menurut Protokol Evidence Based yang baru diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir paling sedikit satu jam, Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusui dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusui serta memberikan bantuan jika diperlukan, Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada Bayi sampai dengan Inisisai menyusui selesai dilakukan.

Beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai kejanin melalui ari –ari dan mungkin meyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat – obatan atau tindakan, seperti operasi caesar, vakup, forcep, bahkan perasaan sakit didaerah


(24)

kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjukan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenaga, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi mencari payudara ibu atau the breast crawl (Roesli, 2008).

Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas, disebabkan masih banyaknya sikap para petugas persalinan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kesehatan seperti konsep baru tentang pemberian ASI dan hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusu dan bayi baru lahir. Bahkan ada juga sikap Petugas Kesehatan yang langsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun

tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya (Anton Baskoro, 2008).

Persiapan menyusui pada masa kehamilan dan nifas merupakan hal yang penting, sebab dengan persiapan yang lebih baik, maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu di rumah sakit, puskesmas atau di rumah bersalin terdapat kelas seperti kelas persiapan menjadi orang tua (parent education), yang salah satu materi yang disampaikannya adalah bimbingan persiapan menyusui. Bidan dan perawat sangat berperan dalam memberikan penyuluhan–penyuluhan persiapan menyusui bagi ibu agar mendapatkan air susu yang optimal (Anik Maryunani, 2009).


(25)

Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapapun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu.untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk penyusuan dini. Pada seorang primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama hanya 50 ml (kira-kira 3 sendok makan), bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI berkurang. Pengisapan ASI 30 menit pertama setelah lahir dengan adanya refleks mengisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak, tidak dianjurkan memberikan prelacteal feeding yaitu minum, makan sebelum ASI keluar karena akan menimbulkan masalah, lebih-lebih kalau prelacteal feeding tersebut diberikan dengan menggunakan botol dot, hal ini akan menyebabkan bayi bingung (nipple confuse) yang disebabkan perbedaan mekanisme menyusui pada payudara ibu (Nuchsan, 2000).


(26)

Peran rumah sakit bersalin, rumah sakit umum dan puskesmas sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan Pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut yaitu melarang para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI. Melarang promosi susu buatan/formula di semua sarana pelayanan kesehatan termasuk posyandu. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik unit persalinan milik pemerintah maupun swasta. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat (Nuchsan, 2000).

Peran adalah serangkaian perilaku yang diartikan/diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diharapkan. Peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang termuat dalam buku JNPK-KR (2007) adalah melatih keterampilan, mendukung, membantu dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif, memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada Ibu hamil, membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai, menghindarkan memburu– buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu kemulut bayi, membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara, membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.


(27)

Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari Tahun 2010, bahwa Puskesmas Bromo Medan merupakan salah satu Puskesmas Perawatan (rawat inap) yang juga menyediakan pelayanan persalinan di wilayah Kecamatan Medan Denai. Jumlah persalinan di Puskesmas Bromo Medan pada Tahun 2009 sebanyak 109 orang. Pelayanan persalinan ditangani oleh Tenaga Kesehatan khususnya bidan dan didampingi oleh tenaga kesehatan lainnya dimana masih ada ditemukan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini pada saat menolong persalinan dan masih ada tenaga kesehatan yang belum mengikuti pelatihan inisiasi menyusu dini (IMD). Penerapan IMD di Puskesmas Bromo Medan, telah dimulai sejak bulan Februari tahun 2008, ibu yang melahirkan di puskesmas diberi pelayanan IMD dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan memudahkan kontak ibu dan bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).

Menurut Profil Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa, pemberian ASI pada bayi mencapai 96,5% tetapi hanya 30% dari mereka yang menyusui sampai 2 tahun, sedangkan berdasarkan survey awal di Puskesmas Bromo pada tahun 2009 bahwa dari jumlah kelahiran 392 bayi yang berada diwilayah kerja puskesmas, yang diberi ASI Eksklusif ada 91 bayi (23%), sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan PROPENAS adalah 80%. Ini membuktikan masih ada ibu – ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusifnya, dan juga meskipun bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif, tetapi ibu – ibu tidak sampai menyusukan bayinya hingga berusia 6 bulan. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya petuga kesehatan dalam


(28)

memberikan penerangan bagaimana pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sehingga bayi akan dapat memperoleh ASI Eksklusifnya bagitu bayi dilahirkan.

Peneliti juga melakukan pengamatan, bahwa di Puskesmas Bromo Medan terdapat poster tentang promosi ASI yang terdapat didepan ruang tunggu dan ruang kesehatan ibu dan anak, setelah dilakukan wawancara kepada beberapa ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya ternyata mereka tidak mengerti tentang inisiasi menyusui dini (IMD), sehingga kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada ibu hamil tersebut. Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini.Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.


(29)

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis yaitu ada pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam meningkatkan peran petugas dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan jumlah bayi Eksklusif di wilayah kerjanya.

2. Sebagai masukan bagi ibu akan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dapat memberikan manfaat bagi ibu dan bayi antara lain mempererat ikatan kasih sayang serta menyukseskan pemberian ASI Ekslusif.

3. Sebagai referensi Ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995).

Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar – benar sama.

2.2. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Berikut peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang termuat dalam buku JNPK-KR (2007) :


(31)

1. Melatih keterampilan, mendukung, membantu dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif.

2. Memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada Ibu hamil

3. Membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai.

4. Menghindarkan memburu – buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu kemulut bayi.

5. Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara.

6. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu.

7. Menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.

2.3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2.3.1. Pengertian

Masa – masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan disebut inisiasi menyusui dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya. Dengan menyusui secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).


(32)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari putting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan putting susu ibunya dan segera menyusu dari putting susu ibunya (Hartati, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007)

2.3.2. Beberapa Penelitian Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Hasil penelitian Sose dll CBA Foundation (1978) yang dikutip Utami Rusli (2008) menunjukan bahwa hubungan antara saat kontak kulit ibu – bayi dengan meletakkan bayi kontak kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi


(33)

kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui diusia yang sama.

2. Hasil penelitian Fika dan Syafiq yang dikutip Utami Rusli (2008) menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI Eksklusif.

3. Hasil penelitian Karen Edmond dkk di Ghana yang dikutip Utami Rusli (2008) menyebuttkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan kontak kulit kekulit ibu – bayi (setidaknya selama satun jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika bayi mulai menyusu pertama saat bayi berusia diatas dua jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari yang diselamatkan..

4. Hasil penelitian DR. Lennart Righad dan seorang bidan Margareta Alade, 1990 dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir. Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya :

a. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi kekulit ibu dibirkan setidaknya 1 jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak kearah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.


(34)

b. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri.

c. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan didada ibu dengan kontak kulit kekulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

d. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satupun yang dapat menyusu sendiri.

e. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan beberapa minggu. f. Pada bayi yang dibirkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru

dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali dibawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik.

2.3.3. Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Anik (2009) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu : 1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat

turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan

2. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat


(35)

secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi

3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan

4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

5. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri

6. Sentuhan, kuluman / emutan dan jilatan pada putting ibu akan merangsang oksitosin pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain, yang membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari payudara

2.3.4 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat menurut Utami Rusli (2008) adalah seperti berikut :


(36)

a. Begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat. c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak

dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. e. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memaksukkan

putting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

2.3.5 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Roesli, 2008) :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua tangannya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.


(37)

e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

2.3.6. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berikut ini persiapan melakukan Inisiasi Menyusu dini (Roesli, 2008) :

a. Pertemuan – pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk menyosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

b. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.

c. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, inisiasi menyusu dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat – obatan atau tindakan.

1. Pertemuan bersama – sama beberapa keluarga membicarakn secara umum. 2. Pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus.

d. Di Rumah Sakit Sayang Ibu, inisiasi menyusu dini termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.


(38)

2.3.7. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli, (2008), langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini, yaitu :

1. Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat persalinan. 2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi dan gerakkan.

3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok

4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua tangannya karena adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit bayi

5. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapt dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi.

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi keputing ibu.

7. Mendukung ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda - tanda perilaku bayi sebelum menyusu dan dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi sentuhan kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum


(39)

menemukan putting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit bayinya sampai berhasil menyusu pertama.

8. Berikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau menyusui awal selesai

10. Rawat gabung, ibu dan bayi dirawat dlam satu kamar selam 24 jam dan tidak dipisahkan tetap selalu dalam jangkauan ibu.

2.3.8. Manfaat Inisiai Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut :

1. Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan kematian.

2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tidak diberi enzim sehinga penyerapannya tergantung enzim diusus anak. Sehingga ASI tidak merebut enzim anak.

3. Yang sering dikeluhkan ibu – ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak akan diberikan banyak, sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.


(40)

2.3.9. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi menurut Utami Rusli (2008) yaitu :

1. Bayi kedinginan

Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yng melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga Kesehatan kurang tersedia

Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.


(41)

5. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara.yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetric and Gynekology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dpat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi) meresap,melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini selesai.

8. Bayi kurang siaga

Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (ikatan kasih sayang).

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)


(42)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

2.4. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS

Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium

Development Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni : membantu

mengurangi angka kematian anak (Utami Rusli, 2008).

Menurut The World Health Report (2005) yang dikutip oleh Utami Rusli (2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang yakni Brasil, Ghana, India, Oman, Norwegia, dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.

Sekitar 40% kematian balita terjadi di usia bayi baru lahir (dibawah satu bulan). Jika bayi menyusu sejak dini maka akan mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mampu mengurangi 8,8% angka kematian balita (Utami Rusli, 2008).


(43)

2.5. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.

WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konfrensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang sesuai.

WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

a. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kehidupannya.

b. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .


(44)

c. Mendorong Mentri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan kesehatan.

d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.

e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang inisiasi menyusu dini (WBW, 2007).

2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI di Puskesmas

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI mengatakan bahwa Peningkatan pemberian ASI yang meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya berusia 2 tahun, sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya dalam peningkatan sumber daya manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu menyusui telah memberikan bayinya ASI Eksklusif.

Untuk mencapai hal tersebut Depertemen kesehatan RI (2002), telah menyusun Strategi Nasional yanga slah satu sasarannya adalah petugas kesehatan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan Pemerintah tentang ASI di Puskesmas adalah meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan meneruskan pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara baik dan benar. Tujuan khusunya salah satunya adalah meningkatkan petugas


(45)

kesehatan ditingkat puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3) Melakukan pembinaan dan 4). Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusu sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 07 April 2004. Adapun 10 (sepuluh) langkah tersebut yaitu :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang menyusui.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan memberi penyuluhan tentang manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.

4. Membantu ibu - ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.

5. Memperagakan kepada ibu – ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan melalui penyuluhan.

6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir usianya 4 atau 6 bulan.

7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama dokter, bidan, perawat dan ibu.

8. Memberikan ASI pada bayi tanpa dijadwal. 9. Tidak memberikan dot atau kompeng.


(46)

10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pokja lakstasi yang memanyau kesehata ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun dan mendemonstrasikan perawatan bayi, perawatan payudara dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

2.7. Landasan Teoritis

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut diatas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dari satu jam pertama pada awal kehidupannya.

Menurut Nuchsan (2000), dapat disimpulkan bahwa, berhasil atau tidaknya penyusuan dini sangat tergantung kepada Petugas Kesehatan. Meraka yang pertama – tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Melaksanakan rawat gabung ditempat persalinan baik unit persalinan milik Pemerintahan maupun Swasta. Meningkatkan kemampuan Petugas Kesehatan dalam hal ASI sehingga Petugas Kesehatan terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat.


(47)

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini sebagai variable utama yang dipengaruhi oleh peran Tenaga Kesehatan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Medan sebagai variable beba

Independen Variabel Dependen Variabel

Peran Tenaga Kesehatan : 1. Melatih Keterampilan 2. Pemberian Informasi

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Keberhasilan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai dengan

MDGs


(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat Explanatory Research yang menjelaskan pengaruh variabel bebas (Peran Tenaga Kesehatan terdiri dari melatih keterampilan tentang inisiasi menyusu dini dan pemberian informasi) terhadap variabel terikat (Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bromo Kota Medan, dengan pertimbangan Puskesmas Bromo Kota Medan merupakan Puskesmas Perawatan (rawat inap) dengan jumlah kelahiran bayi diwilayah kerja Puskesmas sebanyak 320 bayi per tahun, dan jumlah Bayi Baru Lahir (BBL) tersebut dalam pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Kurangnya sosialisasi Tenaga Kesehatan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kepada ibu hamil maupun ibu bersalin dan belum pernah dilakukan penelitian yang sama di lokasi ini.


(49)

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan jadwal penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi dengan dosen pembimbing, pelaksanaan penelitian sampai dengan laporan akhir yang dimulai dari bulan Desember 2009 dan diharapkan selesai bulan Agustus Tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Kesehatan yang berada di Puskesmas Bromo Kota Medan yang terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat, dengan jumlah populasi sebanyak 31 orang.

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai responden dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) yaitu jumlah populasi dari suatu penelitian tidak terlalu banyak, oleh karena itu jumlah populasi sama dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang tenaga kesehatan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer yang dikumpulkan secara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah


(50)

dipersiapkan sebelumnya mengenai peran tenaga kesehatan terhadap tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan juga menggunakan lembar observasi.

Untuk mendukung penelitian ini, maka diambil data sekunder yaitu yang dikumpulkan dari Laporan Kegiatan Program Puskesmas Bromo Tahun 2009 serta data - data dari Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.4.1 Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrument. Uji Validitas instrument penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan yang dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005). ), dalam penelitian ini diambil 10 Tenaga Kesehatan yang berada diwilayah kerja Puskesmas Bromo Medan yang diluar dari sampel untuk diuji, dengan karakteristik yang sama dengan tenaga kesehatan yang ada dipuskesmas nilai r – Hitung dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 10 Tenaga Kesehatan adalah sebesar 0,300, maka ketentuan dikatakan valid, jika :

1. Jika nilai r Hitung variable ≥ 0,300 , maka dinyatakan valid 2. Jika nilai r Hitung variable < 0,300 maka dinyatakan tidak valid


(51)

Tabel 3.1. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total

Nomor Pertanyaan Corrected Item Total Correlation Hasil

P1 0.4536 Valid

P2 0.4353 Valid

P3 0.6615 Valid

P4 0.6615 Valid

P5 0.6225 Valid

P6 0.3348 Valid

P7 0.3206 Valid

P8 0.3697 Valid

P9 0.3345 Valid

P10 0.3563 Valid

P11 0.3699 Valid

P12 0.4012 Valid

P13 0.3777 Valid

P14 0.3646 Valid

P15 0.3793 Valid

P16 0.3516 Valid

P17 0.3215 Valid

P18 0.3609 Valid

3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Tehnik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian adalah tehnik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf kepercayaan pengujian adalah 95% (Riduwan, 2005), dalam penelitian ini diambil 10 Tenaga Kesehatan yang diluar dari sampel untuk diuji, dengan karakteristik yang sama dengan tenaga kesehatan yang ada dipuskesmas. maka nilai r tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 10 orang Tenaga Kesehatan adalah sebesar 0,50, maka ketentuan dikatakan valid, dan relialibel jika :


(52)

1. Jika nilai r- Hitung variable ≥ 0,50, dikatakan valid dan relialibel 2. Jika nilai r- Hitung variable < 0,50, dikatakan tidak valid dan relialibel

Tabel 3.2. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total

Nomor Pertanyaan Corrected Item Total Correlation Hasil

P1 0.5385 Reliabel

P2 0.5879 Reliabel

P3 0.5459 Reliabel

P4 0.5459 Reliabel

P5 0.5411 Reliabel

P6 0.5952 Reliabel

P7 0.5975 Reliabel

P8 0.5785 Reliabel

P9 0.5603 Reliabel

P10 0.5803 Reliabel

P11 0.6002 Reliabel

P12 0.6139 Reliabel

P13 0.5871 Reliabel

P14 0.5670 Reliabel

P15 0.5962 Reliabel

P16 0.5926 Reliabel

P17 0.5952 Reliabel

P18 0.5703 Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.1 dan table 3.2 diketahui bahwa secara keseluruhan variable peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dapat dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada Corrected item- total Correlation menunjukkan > 0,300, demikian juga dengan realibilitas alat ukur juga dapat dikatak realibel, karena diperoleh hasil Alpha Cronbach > 0,50.


(53)

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu tenaga kesehatan dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) kepada ibu yang melahirkan di Puskesmas Bromo Medan.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah peran tenaga kesehatan : melatih keterampilan, pemberian informasi dan tahapan – tahapan IMD

1. Melatih Keterampilan Petugas adalah tenaga kesehatan melatih dan meningkatkan ketrampilannya tentang IMD.

2. Pemberian Informasi adalah tenaga Kesehatan memberi informasi tentang manfaat inisiasi menyusu dini pada ibu hamil maupun ibu melahirkan.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu variabel pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini didasarkan pada skala ordinal dari pertanyaan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0), dan dikategorikan menjadi dua, yaitu


(54)

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen

N o

Variabel Jumlah Indikator

Kriteria Nilai

Bobot Nilai Bobot Variabel Seluruh Indikator Skala Ukur

1 Pelaksanaan IMD

1 1. Dilaksanakan 2. Tidak dilaksanakan

1 0

1 0

Nominal

3.6.2. Pengukuran Variabel Independen

Pengukuran variabel independen (variabel bebas) terdiri dari peran tenaga kesehatan terhadap tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang meliputi keterampilan tentang Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian informasi yaitu :

1. Pengukuran variabel ketrampilan tenaga kesehatan didasarkan pada skala ordinal dari 5 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0), dan dikategorikan menjadi dua, (Arikunto, 2006 ) yaitu :

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (N + 1 ) yaitu ≥ 3 2

2. Kurang, jika responden memperoleh skor ≤ median (N + 1 ) yaitu ≤ 3 2

2. Pengukuran variabel pemberian informasi bagi tenaga kesehatan didasarkan pada skala ordinal dari 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0), dan dikategorikan menjadi dua, yaitu : 1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (N + 1 ) yaitu ≥ 4.5

2

2. Kurang, jika responden memperoleh skor ≤ median (N + 1 ) yaitu ≤ 4.5 2


(55)

Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Independen

No Variabel Jumlah Pertanyaan

Alternatif Jawaban

Bobot Nilai

Kategori Kriteria Penilaian

Total Nilai

Skala Ukur

1. Ketrampilan tenaga kesehatan

5 Ya

Tidak

1 0

1.Baik 2.Kurang

≥ Median

≤ Median

≥ 3

≤ 3

Ordinal

2. Pemberian informasi

8 Ya Tidak

1 0

1.Baik 2.Kurang

≥ Median

≤ Median

≥ 4.5

≤ 4.5

Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

b. Coding, pemberian kode dan scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entri data.

c. Entry Data, setelah proses coding dilakukan pemasukkan data kekomputer. d. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekkan dan perbaikan

terhadap data yang sudah masuk.

e. Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer

f. Analisa data Univariat, untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variable terikat yaitu peranan petugas kesehatan terhadap pemberian inisiasi menyusu dini ( IMD ).


(56)

g. Analisa Bivariat yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik kai kuadrat (Chi Square)

h. Analisa data Multivariat dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda.


(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Bromo Kota Medan merupakan salah satu Puskesmas Perawatan (rawat inap), terletak di Jalan Rotary kelurahan desa Binjai, kecamatan Medan Denai yang berdiri pada tanggal 17 September 1996 dengan luas wilayah 87 Ha atas bantuan Rotary Club Medan dan Rotary Club Leiden Netherland.

Puskesmas Bromo Kota Medan mempunyai Visi yaitu mewujudkan Kecamatan Sehat 2015, kecamatan Sehat 2015 merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Sedangkan Misi Puskesmas Bromo Kota Medan meliputi :

1. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat beserta lingkungan.


(58)

Fasilitas Puskesmas Bromo Kota Medan terdiri dari ruang poli umum, ruang poli gigi dan mulut, ruang laboratorium, ruang apotik, ruang kesehatan ibu dan anak, ruang keluarga berencana, ruang operasi/ tindakan keperawatan, ruang bersalin, ruang rawat inap perempuan, ruang rawat inap laki – laki, ruang pertemuan/ aula, dan gudang obat. Program wajib yang dilakukan puskesmas Bromo yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA/ KB, gizi, program pencegahan dan penanggulangan penyakit dan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.

4.2.Karakteristik Responden

Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah dokter, bidan dan perawat yang bekerja di ruang rawat inap Puskesmas Bromo Medan. Karakteristik responden terdiri dari umur, profesi dan masa kerja pada tabel 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bromo Kota Medan

No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

1. Umur

20-30 tahun 2 6,5

30-40 tahun 12 38,7

40-60 tahun 17 54,8

Jumlah 31 100

2. Profesi

Dokter 4 12,9

Bidan 9 29,0

Perawat 18 58,1

Jumlah 31 100

3. Masa Kerja

0-20 tahun 18 58,1

20-30 10 32,3

30-40 3 9,7


(59)

Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 40-60 tahun yaitu sebanyak 17 responden (54.8%) dan mayoritas dengan profesi perawat yaitu 18 responden (58.1%) sedengakan responden yang memiliki masa kerja 0-20 tahun lebih besar dibandingkan 20-30 tahun dan 30-40 tahun yaitu 18 responden (58.1%).

4.3. Hasil Analisis Univariat

4.3.1. Distribusi Responden Menurut Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan

Penilaian melatih keterampilan petugas dikelompokkan dalam 2 kategori yakni : baik dan kurang. Hasil penelitian dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas

Bromo Kota Medan

Keterampilam Petugas Jumlah

(n)

Persentase (%)

Baik 28 90,3

Kurang 03 09.7

Total 31 100

Tabel 4.2. diatas menunjukkan sebagian besar responden memiliki melatih keterampilan baik yaitu 28 orang (90,3%) dan hanya 03 orang (09.7%) tenaga kesehatan yang kurang mendapatkan keterampilan artinya mayoritas tenaga kesehatan mendapatkan keterampilan dengan baik terhadap pelaksanaan inisisasi menyusu dini.


(60)

4.3.2. Distribusi Responden Menurut Pemberian Informasi bagi Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan

Penilaian pemberian informasi dikelompokkan dalam 2 kategori yakni : baik dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Pemberian Informasi Bagi Tenaga Kesehatan DalamPelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

di Puskesmas Bromo Kota Medan

Pemberian Informasi Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 21 67,7

Kurang 10 32,3

Total 31 100

Tabel 4.3. diatas menunjukkan sebagian besar responden memberikan informasi dengan baik yaitu 21 orang (67,7 %) dan 10 orang (32,3 %) tenaga kesehatan yang kurang memberikan informasi artinya mayoritas tenaga kesehatan memberikan informasi dengan baik terhadap pelaksanaan inisisasi menyusu dini.

4.3.3. Distribusi Penilaian Pelaksanaan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

Penilaian tindakan Tenaga kesehatan terhadap inisiasi menyusu dini yang telah dilaksanakan responden dikelompokkan dalam 2 kategori yakni : baik dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4


(61)

Tabel 4.4 Distribusi Penilaian Tindakan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

Tindakan Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase

Baik 28 90,3

Kurang 03 09,7

Total 31 100

Tabel 4.4. diatas menunjukkan sebagian besar responden telah melakukan tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu dini dengan baik yaitu 28 orang (90.3%) dan 03 orang (09,7%) tenaga kesehatan yang kurang melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini artinya mayoritas tenaga kesehatan dengan baik melaksanakan inisisasi menyusu dini.

4.4. Hasil Analisis Bivariat

4.4.1. Hubungan Keterampilan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (90,3%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan keterampilan kategori baik dibandingkan dengan keterampilan tenaga kesehatan yang kurang (9,7%). hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan keterampilan tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini ( p=0.00) dengan taraf signifikan (p=0,05). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.


(62)

Tabel 4.5 Hubungan Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan Pelaksanaan IMD

Dilaksanakan Tidak Tota dilaksanakan

No Keterampilan

Tenaga Kesehatan

n % n % N %

Nilai Nilai X2 p

1. Baik 2. Kurang

27 01

96,4 01 3,6 33,3 02 66,7

28 03

100,0 100,0

12,341 0,00

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiaisi menyusu dini (90,3%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan melatih keterampilan kategori baik dibandingkan dengan keterampilan tenaga kesehatan yang kurang (9,7%) artinya semakin baik keterampilan tenaga kesehatan semakin besar kemungkinan tenaga kesehatan dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini.

4.4.2. Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (67,7%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan pemberian informasi kategori baik dibandingkan dengan pemberian informasi bagi tenaga kesehatan yang kurang (32,3%). hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan pemberian informasi terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini


(63)

(p=0.20) dengan taraf signifikan (p=0,05). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan Pelaksanaan IMD

Dilaksanakan Tidak Tota dilaksanakan

No Pemberian

Informasi

n % n % N %

Nilai Nilai X2 p

1. Baik 2. Kurang

18 10

85,7 3 14,3 100,0 0 0

21 10

100,0 100,0

1,582 0,209

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiaisi menyusu dini (67,7%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan pemberian informasi kategori baik dibandingkan dengan pemberian informasi bagi tenaga kesehatan yang kurang (32,3%) artinya semakin baik pemberian informasi yang disampaikan kepada ibu semakin besar kemungkinan ibu mendapatkan informasi tentang inisiasi menyusu dini.

4.5. Hasil Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen dan sekaligus melihat variabel paling dominan dari variabel independen terhadap dependen dengan pertimbangan pada analisis bivariat (uji chi square) terdapat variabel. yang mempunyai nilai p=0.05.


(64)

Adapun uji yang digunakan dalam analisi ii adalah regresi linear berganda, dengan pertimbangan karena skala ukur variable independen merupakan nominal dan dikotomi, kemudian variabel dependen menpunyai skala ukur ordinal dan jumlah variabelnya lebih dar satu variabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel Nilai B Nilai p

Melatih Keterampilan 0,694 0,008 Pemberian Informasi 0,017 0,940 Nilai Konstanta 43,852 0,00

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa dari kedua variabel peran tenaga kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan IMD dilihat dari nilai p keseluruhan variabel < 0,01. Untuk masing masing peran yaitu melatih keterampilan tenaga kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai p 0,008 ( < 0,05). Untuk pemberian informasi tidak memliki hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,940 (> 0,01)

a. Uji Pengaruh Simultan (Ftest)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian ini adalah Peran tenaga kesehatan yang dibentuk oleh 2 peran yakni melatih keterampilan dan pemberian informasi dalam inisiasi menyusu dini, dimana kedua peran tersebut secara simultan mempengaruhi variabel dependen


(65)

yakni Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD). Uji ini dapat dilihat pada nilai F-test sebesar 4,946 dengan p = 0.007, signifikan pada 0.05, berarti melatih keterampilan dan pemberian informasi dalam inisiasi menyusu dini secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dalam pelaksanaan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD).

b. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Besar nilai r sebesar 596 dengan koefisien determinasi sebesar 0.355, yang berarti variabilitas dari Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD). Dapat dijelaskan oleh melatih keterampilan dan pemberian informasi sebesar 35.5%, dalam arti melatih keterampilan dan pemberian memberikan konstribusi sebesar 35.5% terhadap pembentukan Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD), sedangkan sisanya dipenagruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelittian ini.

Hasil penelitian ini memiliki persamaan regresi :

Y = 43,852 (konstanta) + 0.694 (Keterampilan petugas) + 0.017 (pemberian Informasi)

Berdasarkan persamaan ini dapat diperkirakan apabila terjadi peningkatan melatih keterampilan petugas dan pemberian informasi maka akan meningkatkan tindakan tenaga kesehatan terhadap inisiasi menyusu dini


(66)

c. Konstribusi dari masing-masing peran

Dari hasil analisis pada penelitian ini, terlihat hanya peran melatih keterampilan yang secara signifikan memberikan konstribusi terhadap melatih keterampilan tenaga kesehatan terhadap IMD, dibuktikan dengan koefisien r sebesar 0.595, dan harga p sebesar 0.000, signifikan pada tahap 0.01, sedang peran pemberian informasi dalam inisiasi menyusu dini tidak memberikan konstribusi secara signifikan dengan harga p masing-masing 0,236, berada pada taraf signifikan diatas 0.01.


(1)

HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA PERAN TENAGA

KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of

Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 113.5484 44.4559 6.6675 42

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

KP1 111.4516 37.7892 .4536 .5385

KP2 110.5484 44.4559 .4353 .5879

KP3 110.6774 40.0258 .6615 .5459

KP4 110.6774 40.0258 .6615 .5459

KP5 110.7419 39.3978 .6225 .5411

PI1 111.1290 43.1828 .3348 .5952

PI2 111.1935 43.2946 .3206 .5975

PI3 111.0000 41.8667 .3697 .5785

PI4 110.9355 40.3957 .3345 .5603

PI5 110.7419 42.8645 .3563 .5803

PI6 110.8065 44.6280 .3699 .6002

PI7 111.9032 45.0237 .3153 .6139

PI8 110.8065 43.2946 .3777 .5871

PELAK1 111.0645 40.6624 .3646 .5670

PELAK2 110.8710 43.9828 .3087 .5962

PELAK3 111.0645 43.0624 .3516 .5926

PELAK4 110.6129 44.9118 .3215 .5952


(2)

Alpha = .7875

HASIL PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Frequencies

Pelaksanaan IMD

28 90.3 90.3 90.3

3 9.7 9.7 100.0

31 100.0 100.0

Baik Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pemberian Informasi

21 67.7 67.7 67.7

10 32.3 32.3 100.0

31 100.0 100.0

Baik Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Melatih Keterampilan

28 90.3 90.3 90.3

3 9.7 9.7 100.0

31 100.0 100.0

Baik Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Regression

Model Summaryb

.596a .355 .283 2.159 .355 4.946 3 27 .007 1.195

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics

Durbin-W atson

P

a. redictors: (Constant), Pemberian Informasi, Melatih Keterampilan D

b. ependent Variable: Pelaksanaan

Correlations

1.000 .595 .134

.595 1.000 .198 .69

.134 .198 1.000 .243

. .000 .236 .013

.000 . .142 .000

.236 .142 . .094

31 31 31 31

31 31 31 31

31 31 31 31

Pelaksanaan Melatih Keterampilan Pemberian Informasi

Pelaksanaan Melatih Keterampilan Pemberian Informasi

Pelaksanaan

Melatih Keterampilan Pemberian Informasi Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Pelaksanaan Keterampilan Petugas

Pemberian Informasi

Descriptive Statistics

52.65 2.550 31

10.6452 2.09043 31

13.0645 1.82456 31

Pelaksanaan Melatih Keterampilan Pemberian Informasi


(4)

Residuals Statisticsa

47.61 53.71 52.65 1.519 31

-5.97 4.39 .00 2.049 31

-3.312 .704 .000 1.000 31

-2.764 2.031 .000 .949 31

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Pelaksaan a.

Coefficientsa

43.852 5.427 8.081 .000

.694 .243 .569 2.855 .008

.017 .223 .012 .076 .940

(Constant)

Melatih Keterampilan Pemberian Informasi Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Pelaksanaan a.

ANOVAb

69.195 3 23.065 4.946 .007a

125.902 27 4.663

195.097 30

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Tahapan IMD, Pemberian Informasi, Melatih Keterampilan a.

Dependent Variable: Pelaksanaan b.


(5)

Crosstabs

Pelaksanaan IMD * Melatih Keterampilan

Chi-Square Tests

12.341b 1 .000

6.178 1 .013

7.265 1 .007

.019 .019

31 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .29.

b.

Crosstab

27 1 28

25.3 2.7 28.0

96.4% 3.6% 100.0%

96.4% 33.3% 90.3%

87.1% 3.2% 90.3%

1 2 3

2.7 .3 3.0

33.3% 66.7% 100.0%

3.6% 66.7% 9.7%

3.2% 6.5% 9.7%

28 3 31

28.0 3.0 31.0

90.3% 9.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

90.3% 9.7% 100.0%

Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Keterampilan Petugas

% of Total Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Keterampilan Petugas

% of Total Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Keterampilan Petugas

% of Total Baik

Kurang Pelaksanaan

IMD

Total

Baik Kurang

Melatih Keterampilan


(6)

Pelaksanaan IMD * Pemberian Informasi

Chi-Square Tests

1.582b 1 .209

.369 1 .543

2.487 1 .115

.533 .296

31 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .97.

b.

Crosstab

18 10 28

19.0 9.0 28.0

64.3% 35.7% 100.0%

85.7% 100.0% 90.3%

58.1% 32.3% 90.3%

3 0 3

2.0 1.0 3.0

100.0% .0% 100.0%

14.3% .0% 9.7%

9.7% .0% 9.7%

21 10 31

21.0 10.0 31.0

67.7% 32.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

67.7% 32.3% 100.0%

Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Pemberian Informasi

% of Total Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Pemberian Informasi

% of Total Count

Expected Count % within

Pelaksanaan IMD % within Pemberian Informasi

% of Total Baik

Kurang Pelaksanaan

IMD

Total

Baik Kurang

Pemberian Informasi