Konflik KAJIAN TEORETIS DAN KONSEPTUAL

c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing- masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Akibat-akibat konflik antara lain: a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ingroup yang mengalami konflik dengan kelompok lain. b. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan sebagainya. d. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Solusi Penyelesaian Konflik: a. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok- kelompok yang mengalami konflik. b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya. c. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. d. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. 2. Islam Melihat Konflik Apabila kita kembali menelaah Al- Qur‟anul karim dan hadits-hadits Nabi saw. Kita akan menemukan, bahwa aspek sosial menempati posisi yang sangat penting setelah akidah, sesuai dengan penjelasan kebanyakan ayat Al- Qur‟an, hadits Nabi serta penjelasan tarikh-tarikh hukum Islam. 46 Dalam kitab sunnah atau buku fiqh, selain akan mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kewajiban bermasyarakat dan bermuamalah, kita juga akan menemukan keunikan syariat sosial. Berikut uraian beberapa contoh hadistsosial yang bisa menimbulkan konflik atau pertentang antar individu maupun sosial.: a. Berprasangka Buruk: “Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasullah saw bersabda „Jauhkanlah dirimu dari prasangka karena prasangka adalah sedusta-dustanya pembicaraan. janganlah saling mengintai dan meraba-raba kesalahan orang lain, janganlah saling mendengki,saling membenci dan saling membelakangi. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana Allah telah 46 Hasan Ayyub. As Sulukul Ijtima”i Fil Islam, Etika Islam menuju kehidupan yang Hakiki Bandung: Trigenda karya, 1994, h. 14. memerintahkannya kepadamu. Orang Islam adalah saudara orang Islam lainnya,jangnlah menganiayanya, merendahkannya dan menghinanya. Cukuplah kejahatan seseorang dengan menghinakan saudaranya yang Islam. Setiap orang Islam atas orang Islam lainnya haram hartanya, darahnya,dan kehormatannya. Ssesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh dan rupamu, tetapi Allah memandang hati dan amalmu.Takwa itu disi ni, nabi menunjukkan dadanya.‟” H.R. Malik, Bukhari dan Muslim b. Hasad atau Dengki: “Dari Abu Hurairah ra, Rasullah saw bersabda, „Jauhkanlah dirimu dari perbuatan hasud , sebab perbuatan hasud akan memakan kebaikan sebag aimana api memakan kayu bakar.‟Atau beliau berkata ,‟memakan rumput “ H.R. Abu Dawud dan Baihaqi . c. Ghibah: “Dari Abu Hurairah ra bahwa sesungguhnya Rasullah saw bersabda, „Apakah kamu mengetahui, apa ghibah itu?‟ Mereka berkata, „Allah dan Rasul- Nya lebih mengetahui.‟Beliau bersabda, „Kamu menceritakan saudaramu dengan ucapan yang tidak disenangi.‟ Beliau ditanya, „Beritakanlah kepadaku bagaimana jika aku yang diceritakan olehku benar ada pada saudaraku?‟ Beliau bersabda, ‟Jika yang dikatakanmu itu benar ada padanya, maka sesungguhnya kamu mengumpatnya.Dan jika yang dikatakan olehmu tidak ada padanya, maka, sesungguhnya kamu telah membuat kebohongan kepadanya.‟” H.R. Muslim

E. Konstruksi Sosial

Gagasan teori konstruksi realitas sosial pertama kali diperkenalkan oleh Peter Berger bersama Thomas Luckmann dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, 47 diterjemahkan sebagai Pembentukan Realitas Secara Sosial.hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu. 48 Berger dan Luckmannmemahami dunia kehidupan life world selalu dalam proses dialektik antara the self individu dan dunia sosio kultural. Proses dialektik itu mencakup tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi penyesuaian diri dengan dunia sosio kultural sebagai produk manusia, objektivasi interaksi dengan dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi, dan internalisasi individu mengidentifikasi dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. 49 Konstruksi sosial media massa diambil dari pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann dengan melihat fenomena media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Menurut pandangan Berger dan Luckman, tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui tahap menyiapkan materi, tahap sebaran konstruksi, tahap 47 Peter L. Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan Jakarta: LP3ES, 1991, h. 75. 48 Stephen W. Littlejhon, Theories of Human Communication, seventh edition USA: Wadsworth Publishing Company, 2001, h. 175-176. 49 Peter L. Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial. pembentukan konstruksi dan tahap konfirmasi. 50 Berikut penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa: 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: dalam hal ini ada tiga tahapan penting yaitu keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semua kepada masyarakat dan keberpihakan kepentingan umum. 2. Tahap sebaran konstruksi: tahap ini dilakukan melalui strategi media masa. Prinsip dasar dari tahap ini adalah semua informasi harus sampai kepada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas: pada tahap ini berlangsung melalui konstruksi realitas pembenaran, kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan sebagai pilihan konsumtif. 4. Tahap konfirmasi: konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton member argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan kontruksi. 51 Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karenanya perilaku memiliki tujuan dan motivasi.Pada dasarnya realitas itu tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna di saat realitas sosial 50 Burhan Bungin, Sosial Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta: Kencana, 2007, h. 205-212. 51 Burhan Bungin, Sosial Komunikasi, h. 14. dikonstruksi dan dimaknakan oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang mengkonstruksi realitas dan mengkonstruksi dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. 52 Pada konteks media cetak ada tiga tindakan dalam mengkonstruksi realitas, yang hasil akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan citra suatu realitas, yaitu: 53 1. Pemilihan atau kata simbol. Walaupun media cetak biasanya melaporkan, namun jika dalam pemilihan kata istilah atau simbol secara umum yang memiliki arti tertentu di masyarakat, tentu akan menarik perhatian masyarakat tersebut. 2. Pembingkaian suatu berita. Pada media cetak selalu terdapat tuntutan teknis, seperti keterbatasan kolom dan halaman karena tuntutan dari kaidah jurnalistik kemudian berita selalu disederhanakan melalui mekanisme pembingkaian atau framing. 3. Penyediaan ruang. Semakin besar ruang yang diberikan maka akan semakin besar pula perhatian yang akan diberikan oleh khalayak. 54 Kita dapat melihat bahwa bahasa memberi sebutan yang dipakai untuk membedakan objek.Bagaimana benda-benda dikelompokan bergantung pada 52 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger Thomas Luckmann Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 12. 53 Eriyanto, Analisis Framing, h.27. 54 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan WacanaYogyakarta:LkiS, 2001, h. 2-4. penggunaan realitas sosial tertentu.Begitu juga bagaimana kita memahami objek- objek dan bagaimana kita berperilaku terhadapnya sengat bergantung pada realitas sosial yang memegang peranan. 55

F. Konseptualisasi Framing

Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media.Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Pada mulanya frame dimaknai sebagai struktur konsptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behavior yang membimbing individu dalam membaca realitas. 56 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. 57 55 Ibid., h. 2-4. 56 Alex Sobur,Analisis Teks Media, h. 161-162. 57 Eriyanto, Analisis Framing, h. 66-77.

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEMBERITAAN KONFLIK PARTAI POLITIK DI MEDIA ONLINE (Analisis framing pemberitaan konflik Munas IX Partai Golkar pada media online mediaindonesia.com, dan vivanews.com edisi 30 November 2014 - 15 Desember 2014)

0 12 15

Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014

0 5 0

Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (Analisis Wacana Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom)

0 13 0

Analisis Framing Pemberitaan Perjalanan Koalisi Gerindra Dengan Ppp Pada Pilpres 2014 Di Harian Kompas

0 23 143

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara Pada Harian Kompas Dan Republika

4 29 207

ISU KOALISI PARTAI DI MEDIA INDONESIA ISU KOALISI PARTAI DI MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Pemberitaan tentang Koalisi Partai Menjelang PILPRES pada PEMILU 2009 dalam surat kabar Harian Media Indonesia Edisi 9 April 2009- 16 Mei 2009).

0 3 12

PENDAHULUAN ISU KOALISI PARTAI DI MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Pemberitaan tentang Koalisi Partai Menjelang PILPRES pada PEMILU 2009 dalam surat kabar Harian Media Indonesia Edisi 9 April 2009- 16 Mei 2009).

0 3 28

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ISU KOALISI PARTAI DI MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Pemberitaan tentang Koalisi Partai Menjelang PILPRES pada PEMILU 2009 dalam surat kabar Harian Media Indonesia Edisi 9 April 2009- 16 Mei 2009).

0 2 11

KESIMPULAN DAN SARAN ISU KOALISI PARTAI DI MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Pemberitaan tentang Koalisi Partai Menjelang PILPRES pada PEMILU 2009 dalam surat kabar Harian Media Indonesia Edisi 9 April 2009- 16 Mei 2009).

0 5 129

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel - Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng

0 0 15