Analisis Hubungan Antar Variabel X dan Y
Tabel 50. Hasil Analisis Regresi Linier Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian dengan Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi
Perhitungan Regresi Linier dengan Program SPSS Versi 19
Hasil
Constanta Intercept a 0,337
Koefisien Regresi b 0,882
Persamaan Regresi Y = 0,337 +0,882X
r Correlation 0,749
R square 0,561
Standard Error EstimasiSeest Se 0,432
DF n-2 48
Standard Error dan Koefisien Regresi b Sb
0,313
T
hitung
X Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohaian T Tabel pada taraf significansi 5
1,684 Sumber : Data Primer, 2013 lihat lampiran
Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier pada table diatas diperoleh bahwa : Constanta intercept a
= 0,337 Koefisien Regresi b
1
= 0,882
Dengan demikian regresi Y atas X adalah : Y = 0,337 + 0,882 X
Persamaan diatas diartikan sebagai berikut : Konstanta sebesar 0,337, menyatakan bahwa jika tidak ada komunikasi
antarpribadi petugas kerohanian X=0, maka kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi sebesar 0,337
1. Koefisien regresi untuk X Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian sebesar 0,882, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X, maka
akan meningkatkan kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi sebesar 0,882
Kemudian untuk mengetahui signifikansi hasil perhitungan regresi tersebut digunakan T
hitung
. Sebelumnya harus diketahui besarnya nilai standard error dari koefisien regresi bSb, yaitu 0,313. Besarnya T
hitung
X Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian adalah 7,750. Kemudian harga T
hitung
ini akan dikonsultasikan dengan T
Tabel
pada taraf signifikansi 5 dengan DF 48. Jika T
hitung
T
Tabel
pada taraf signifikansi 5, maka koefisien regresinya signifikan yang berarti hipotesis diterima. Hasil perbandingan T
hitung
dan T
Tabel
dengan taraf signifikansi 5 dan DF 48 adalah :
Hipotesis : T
hitung
T
Tabel
pada taraf signifikansi 5 adalah 7,750 1,684
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa T
hitung
lebih besar dari T
Tabel
. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima. Artinya, dalam penelitian ini terdapat
pengaruh komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung Tahun 2013.
Berdasarkan tabel diatas diketahui juga R square 0,561, artinya bahwa pengaruh komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan kesiapan pasien menghadapi
tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung Tahun 2013 adalah sebesar 0,561 atau 56,1. Sedangkan sisanya 43,9 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
dan tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya komunikasi terapeutik perawat, informasi popularitas dokter bedah yang menangani, informasi dari pasien lain
yang dioperasi di RS. Imanuel dan sebagainya. Kurang berpengaruhnya komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan kesiapan pasien menghadapi
tindakan operasi kemungkinan karena durasi komunikasi rata-rata hanya 15 menit terlalu singkat. Selain dari pada itu, kemungkinan petugas yang memberikan
belum sepenuhnya menerapkan komunikasi efektif dan persuasif dan materi yang dikomunikasikan kurang fokus kepada materi kesiapan menjelang operasi.
Berdasarkan nilai
koefisien korelasi
yang diperoleh
sebesar 0,749,
mengindikasikan hubungan antara variabel komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan kesiapan pasien menghadapi operasi berkorelasi kuat. Arah
korelasi positip menunjukkan komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan kesiapan pasien menghadapi operasi berkorelasi kuat pengaruhnya terhadap
kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung.