EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(1)

DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh:

CESARIANA JOJOR HARIABRI SITANGGANG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF INTERPERSONAL COMMUNICATION

SPIRITUAL OFFICERS FOR READINESS PATIENT FACING THE SURGERY IN IMANUELS HOSPITAL LAMPUNG PROVINCE

By

Cesariana Jojor Hariabri Sitanggang Ilmu Komunikasi

0916031089

Interpersonal Communication is one of the proper communication applied to other persons or a small group of people, to gain a feedback immediately. As Interpersonal Communications carried by the spiritual officers to patients who will face the surgery in Imanuel’s Hospital. Spiritual officers visit patients who will be facing surgery in the treatment room and perform accompaniment by applying Interpersonal Communications. Often happens that patients who will face surgery be very anxiety and fear so not ready having surgery, even reject the

surgery. Through the effective and persuasive of Interpersonal Communication by the officers with patient is expected to overcome the anxiety and fear so that the patient ready to face the surgery, especially the ready in psychologist mentals.

Based on the background of problem above, then obtained the problem formulation of research namely “ How big the effectiveness of Interpersonal Communication Spirituality Officers levels for readiness patient against the surgery in Imanuels Hospital Lampung Province?”. Research purposes is how big amount of the effectiveness of interpersonal communication between the spiritual officers with readiness patient against the surgery in Imanuels Hospital Lampung Province. Type of research used in this research is descriptive reseach with the main purpose to make a picture or description by the approach of

quantitative who uses a method of research survey to 50 respondents. Data collecting technique using questionnaire

Data processing through stage editing, coding and tabulating. Data analysis using formulas correlation spearmen brown, a coefficient of determination ( CD ) and the equation with linear regression aid software spss 19.0. Spearmen correlation test based on the Brown note the existence of a significant relationship between interpersonal communication Spiritual Officer of the readiness patient's to face the surgeryin Imanuels Hospital Bandar Lampung, the rvalue 0,704 > rtable 0,284. Based on calculations of the Coefficients Determination ( CD ) known the magnitude of the effectivity of our Spirituality Interpersonal Communication for


(3)

surgery in Imanuels Hospital is 56,1 %, which amounted to which is evidenced by Tcount is 7,750 > Ttable is 1,684.

Keywords: Effectiveness, Interpersonal Communication, Spirituality Officers, Patient pre-surgery.


(4)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI

DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

Cesariana Jojor Hariabri Sitanggang Ilmu Komunikasi

0916031089

Komunikasi antarpribadi adalah salah satu jenis komunikasi yang tepat diterapkan kepada orang lain atau sekelompok kecil orang, untuk mendapatkan umpan balik segera. Sebagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh petugas kerohanian kepada pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel. Petugas kerohanian mengunjuni pasien yang akan menghadapi operasi di ruang perawatannyadan melakukan pendampingan dengan menerapkan komunikasi antarpribadi. Sering terjadi bahwa pasien yang akan menghadapi tindakan operasi menjadi sangat cemas dan ketakutan sehingga tidak siap dioperasi dan menolak dioperasi. Melalui komunikasi antarpribadi yang efektif dan persuasive oleh petugas kerohanian dengan pasien, diharapkan dapat mengatasi operasinya, terutama kesiapan mental psikologis.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian, yaitu “Seberapa besar tingkat efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung?”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya efektifitas komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung tahun 2013”. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode penelitian survey terhadap 50 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi literature.


(5)

hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni nilai r hitung adalah 0,704 > r table 0,284. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (KD) diketahui besarnya efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni sebesar 49,56%. Berdasarkan perhitungan dengan rumus regresi linier dapat diketahuibahwa terdapat pengaruh antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni sebesar 56,1%, yang dibuktikan dengan T hitung 7,750 > T Tabel 1,684

Kata Kunci : Efektifitas, Komunikasi Antarpribadi, Petugas Kerohanian, Pasien Pre-Operasi .


(6)

(7)

(8)

(9)

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Efektivitas ... 8

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 9

2.3. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi ... 11

2.3.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 11

2.3.2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 12

2.3.3. Karakteristik Keluasan dan Kedalaman Hubungan dalam Komunikasi Antarpribadi... 13

2.3.4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi... 14

2.3.5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dari Sudut Pandang Humanistik... 15

2.4. Tinjauan Tentang Kesiapan... 17

2.4.1. Pengertian Kesiapan... 17

2.4.2. Aspek-Aspek Psikologis Yang Mempengaruhi Kesiapan... 18

2.4.3. Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi ... 2.4.4. Tinjauan Tentang Petugas Kerohanian di RS Imanuel ... 2.5. Tinjauan Tentang Pasien Menghadapi Tindakan Operasi ... 19

2.6. Tinjauan Tentang Petugas Kerohanian di Rumah Sakit Imanuel ... 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 29

3.2. Variabel Penelitian ... 30

3.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 30

3.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)... 30

3.3. Definisi Konseptual... 30

3.3.1 Efektivitas ... 30

3.3.2 Komunikasi Antarpribadi ... 31

3.3.3 Petugas Kerohanian ... 31

3.3.4 Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS Imanuel ... 32


(10)

3.4.2 Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi ... 34

3.5. Dimensi-Dimensi Variabel Penelitian ... 36

3.6. Jenis Data ... 43

3.6.1 Data primer ... 43

3.6.2 Data Sekunder ... 43

3.7. Populasi dan Sampel ... 44

3.7.1 Populasi ... 44

3.7.2 Sampel ... 44

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8.1 Kuesioner ... 45

3.8.2 Wawancara ... 45

3.8.3 Observasi ... 45

3.9. Teknik Pengolahan Data ... 46

3.9.1 Editing ... 46

3.9.2 Tabulasi ... 46

3.9.3 Interpretasi ... 46

3.10. Pengukuran Variabel... 46

3.11. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

3.12. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum ... 51

4.1.1 Lokasi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.2 Visi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.3 Misi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.4 Motto Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 52

4.1.5 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Imanuel BDL... 52

4.1.6 Sejarah Singkat Petugas Kerohanian ... 53

4.2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 53

4.3. Hasil Penelitian ... 57

4.3.1. Data Umum Responden ... 58

4.3.1.1 Responden Berdasarkan Usia ... 58

4.3.1.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.3.1.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60

4.3.2. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian dan Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi... 60

4.3.2.1. Analisis Tabel Tunggal Tentang KAP Petugas Kerohanian... 85

4.3.2.1. Analisis Tabel Tunggal Tentang Kesiapan Pasien... 111 4.4. Analisis Tabel Silang Berdasarkan Kategori Jawaban Responden

Tentang Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Kesiapan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan


(11)

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 130 6.2. Saran... 132 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel Halaman

1 Dimensi variabel X dan variabel Y... 36

2 Uji Validitas Variabel X... 54

3 Uji Validitas Variabel Y... 55

4 Uji Reliabilitas Variabel X... 56

5 Uji Reliabilitas Variabel Y... 57

6 Distribusi Responden Menurut Usia... 58

7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 59

8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan... 60 9

Sikap Spontanitas Petugas Kerohanian Membantu Mengatasi Masalah Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung Tahun 2013... 61

10

Kesediaan Petugas Kerohanian Mendengar Keluhan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 62

11

Kesediaan Petugas Kerohanian Memperhatikan Pasien Berbicara dan Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 64

12

Pemberian Dorongan Oleh Petugas Kerohanian Mengungkapkan Isi Hati dan Perasaan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 65

13

Sikap Petugas Kerohanian Menghargai Pendapat Yang Dikemukakan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

67

14

Pengakuan Petugas Kerohanian Terhadap Kesamaan Nilai Setiap PasienYang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel ProvinsiLampung Tahun 2013...

68

15

Pengakuan Petugas Kerohanian Akan Kesamaan Hak Setiap Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung Tahun 2013... 69

16

Pengakuan Petugas Kerohanian Akan Hak Pasien Untuk Dihargai Dalam Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Provinsi Lampung Tahun 2013... 71

17

Sikap Petugas Kerohanian Memberi Tanggapan Baik Kepada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 72

18

Sikap Petugas Kerohanian Memberi Perlakuan Sama Kepada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 74

19 Kemampuan Petugas Kerohanian Mempengaruhi Pasien Menjadi


(13)

Bandar Lampung Tahun 2013... 77 21

Kemampuan Petugas Kerohanian Memberi Pujian Kepada Pasien Yang Menyatakan Dirinya Siap Menghadapi Operasi

di RS.Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 78

22

Kemampuan Petugas Kerohanian Meningkatkan Perasaan Siap Menghadapi Operasi Pada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

79

23

Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Keputusan Pasien Menghadapi Tindakan Operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

81

23

Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Perasaan Nyaman Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 82

24

Kemampuan Petugas Kerohanian Mempengaruhi Pikiran Pasien Sehingga Mampu Mempertahankan Keputusannya Akan

Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 83

25 Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Pasien Bahwa

Operasinya Akan Sukses di RS. Imanuel Bandar Lampung... 85 26

Kategori Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung... 86

27 Kekuatan dan Ketabahan Pasien Menghadapi Operasinya

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 87 28 Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 89 29 Gambaran Pulas Tidur Pasien Sebelum Pelaksanaan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 90 30 Suasana Hati Nyaman Pasien Menghadapi Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 91 31 Pengertian dan Pemahaman Pasien Tentang Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 92 32 Penerimaan Pasien Tanpa Terpaksa Menghadapi Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 93 33 Sikap Siap Menjalani Pilihan Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 95 34 Sikap Optimis Pasien Operasi Dengan Kesuksesan Operasinya

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 96 35 Ikhlas Menerima Perubahan Pada Tubuh Setelah Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 97 36 Kesiapan Pasien Menghadapi Resiko Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 98 37 Suasana Hati Stabil Pasien Menghadapi Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 100 38 Perasaan Tenang Pasien Mendengar Jadwal Operasi di


(14)

40

Menghadapi Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013.. 103 41 Kesiapan Pasien Melakukan Instruksi Dokter Tentang Persiapan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 104 42

Kesiapan Pasien Menuruti Tindakan Persiapan Operasi Yang Dilakukan Perawat Sesuai Instruksi Dokter di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 105

43 Kesiapan Memakai Alat dan Perlengkapan Yang Harus Dikenakan

Saat Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 107 44 Kesiapan Pasien Mengikuti Prosedur Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 108 45

Kesiapan Keluarga dan Pasien Mengikuti Prosedur . Persetujuan dan Syarat Operasi di RS. Imanuel Bandar

Lampung Tahun 2013... 109

46 Keluarga Menyetujui dan Menandatangani Surat

Persetujuan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013.... 110 47 Kategori Jawaban Responden tentang Kesiapan Pasien

Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 112 48

Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung... 113

49

Hasil Uji Korelasi Spearmen Brown Komunikasi Petugas Kerohanian Terhadap Kesiapan Pasien Yang Akan Menghadapi

Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 117

50 Hasil Analisis Regresi Linear KAP Petugas Kerohanian


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu berkomunikasi dengan orang lain. Disisi lain, manusia membutuhkan komunikasi untuk memperoleh dan memberi informasi yang diperlukan dan mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah dan mengambil keputusan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari permasalahan, baik masalah fisik, psikologis maupun rohani dan penyelesaian masalah tersebut memerlukan bantuan orang lain. Dalam proses inilah manusia memerlukan hubungan antar manusia yang di dalamnya terdapat komunikasi.

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Hovlan et.al, 1953 dalam Munir, 2001 : 74). Komunikasi yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku orang lain menjadi sangat penting. Sebagaimana komunikasi yang dilakukan oleh petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel. Adapun kegiatan petugas kerohanian tersebut, antara lain mengunjungi pasien yang akan menghadapi operasi di ruang perawatannya dan melakukan pendampingan kepada pasien tersebut.


(16)

Pendampingan kepada pasien yang akan menghadapi operasi yang dilakukan petugas kerohanian di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung bertujuan untuk membentuk kesiapan, terutama secara psikologis dan mental. Sering terjadi bahwa pasien yang direkomendasikan dokter untuk tindakan operasi, tetapi karena pasien sangat cemas dan ketakutan atau tidak siap dioperasi sehingga mereka menolak atau menunda dan meminta pulang paksa.

Berhasilnya pendampingan membentuk kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasi sangat bergantung pada efektifitas komunikasi yang terjadi antara petugas kerohanian dengan pasien. Efektifitas komunikasi tersebut juga sangat menentukan untuk membentuk hubungan-hubungan yang memuaskan. Jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebab adalah komunikasi yang buruk.

Seringkali masalah dalam berhubungan berasal dari proses komunikasi itu sendiri dan bukan pada apa yang dikomunikasikan. Kebanyakan orang marah dan tidak berdaya jika mereka tidak didengarkan ketika mengatakan sesuatu yang penting. Apa yang terjadi dalam hubungan dan komunikasi diantara individu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan internal setiap manusia. Oleh karena itu dengan berkomunikasi secara efektif, kita tidak hanya dituntut untuk memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan kita secara kreatif.

Adapun komunikasi, diantaranya yaitu komunikasi antarpribadi, yang merupakan proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang


(17)

untuk memberikan umpan balik segera. Melalui komunikasi antarpribadi, kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Jenis komunikasi yang dilakukan oleh petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung adalah komunikasi antarpribadi.

Ada empat ciri komunikasi antarpribadi. Pertama, kualitas komunikasi bersifat dalam dan meluas. Komunikasi bersifat dalam, artinya dapat menembus kepribadian yang paling tersembunyi dan meluas artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Kedua, komunikasi bersifat personal, dimana hubungan antar anggota dalam kelompok bersifat unik dan tidak tergantikan. Ketiga, lebih menekankan aspek hubungan dari pada isi. Keempat, komunikasi bersifat ekspresif dan informal.

Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi berlangsung selama pendampingan. Petugas ini memberi dukungan moral, mental dan psikologis yang menghambat kesiapan pasien menghadapi operasinya. Pendampingan dilakukan sebelum tindakan operasi dilaksanakan. Ketika pendampingan dilakukan, terjadi proses interaksi antara petugas dengan pasien secara kontak langsung (face to face) yang diharapkan dapat membentuk kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasinya. Oleh karena itu perlu diterapkan komunikasi yang efektif.

Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa,


(18)

berfikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Selain itu, Scheidel juga mengungkapkan bahwa tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik.

Komunikasi antarpribadi dalam bentuk pendampingan kepada pasien yang akan menghadapi operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung telah menjadi kegiatan rutin dan terjadwal sejak tahun 2000. Akan tetapi, masih ada juga pasien yang menolak dioperasi. Pasien meminta pulang paksa setelah dokter memutuskan tindakan operasi. Adapun alasan menolak operasi tersebut karena pasien tidak siap. Pasien mengatakan takut, kesal, dan bingung ketika dokter memutuskan pasien harus menjalani tindakan operasi. Disamping itu juga karena tidak yakin terhadap kesuksesan operasi yang akan dihadapi.

Selama bulan April 2013, ada sebanyak 66 orang pasien yang terdaftar pasien bedah mayor dan 92 orang pasien bedah minor di RS. Imanuel Provinsi Lampung. Sebanyak enam orang tidak bersedia dioperasi dengan berbagai alasan, seperti takut dan ada juga yang tidak percaya bahwa penyembuhan penyakitnya harus dengan tindakan operasi. Keadaan seperti inilah yang memerlukan pentingnya komunikasi antarpribadi, yang diharapkan dapat membangun kepercayaan dan kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasi. Hal ini dapat tercapai jika komunikasi yang diterapkan petugas kerohanian adalah komunikasi antarpribadi yang efektif dengan pasien.

Efektifitas komunikasi antar pribadi perlu diketahui sehingga dapat menerapkan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi situasi komunikasi tertentu (Devito, 2011 : 285). Perlu diketahui juga tentang karakteristik dari efektifitas komunikasi


(19)

antar pribadi sehingga dapat memperoleh gambaran dari faktor-faktor yang dapat membuat komunikasi menjadi efektif. Menurut Devito (1989 : 6), komunikasi antarpribadi memiliki 5 (lima ) ciri, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positip, dan kesetaraan.

Komunikasi antarpribadi yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah komunikasi dalam bentuk pendampingan yang dilakukan oleh petugas kerohanian kepada pasien yang akan menghadapi operasi di RS. Imanuel. Pendampingan ini merupakan salah satu tugas rutin dilakukan dan diharapkan dapat membentuk kesiapan pada pasien. Sebelum pendampingan dilakukan oleh petugas kerohanian, mereka terlebih dahulu meminta informasi dari kepala ruangan tentang ruang perawatan dan identitas pasien yang akan di operasi. Sesuai informasi yang diperoleh, selanjutnya petugas menemui pasien dan menawarkan kepada pasien tentang pelayanan pendampingan. Jika pasien bersedia didampingi, maka kegiatanpun dilaksanakan.

Penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasi. Peneliti memilih pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung sebagai obyek penelitian. Adapun alasan peneliti adalah karena RS. Imanuel merupakan rumah sakit pendidikan, petugas kerohanian melakukan pendampingan kepada pasien yang akan di operasi, namun masih ada juga pasien yang menolak dioperasi. Disamping itu belum pernah dilakukan penelitian tentang efektifitas komunikasi antarpribadi yang diterapkan petugas kerohanian di tempat tersebut.


(20)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, penulis ingin mengetahui seberapa besarkah tingkat efektifitas komunikasi antar pribadi yang terjadi pada komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi sehingga terbentuk kesiapan pada pasien tersebut menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Provinsi Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Seberapa besar tingkat efektifitas komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :”Mengukur besarnya efektifitas komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung”.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1.4.1 Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat mengembangkan ilmu komunikasi dan pengetahuan serta diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menjadi bahan


(21)

pertimbangan melakukan penelitian lebih lanjut terutama mengenai efektifitas komunikasi membentuk kesiapan bagi pasien yang akan menghadapi tindakan-tindakan operasi.

1.4.2 Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran penulis dalam memberikan informasi mengenai efektifitas komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS Imanuel Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi penelitian berikutnya yang sejenis.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata dasar efektif, yang dalam bahasa Inggris sama dengan “effective” yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Sedangkan efektivitas berasal dari kata “effectiveness” yang artinya sejauhmana suatu kelompok mencapai tujuannya. Jadi efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Handayaningrat, S (1995 : 16) yang menyatakan bahwa efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan Kurniawan, A (2005 : 109) dalam bukunya Transformasi Pelayan Publik mendefinisikan bahwa efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Hidayat bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.


(23)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai efektifitas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu kegiatan pengukuran dan memperoleh ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai oleh manajemen yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication”, berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “sama”. Kata sama disini artinya adalah sama makna (Onong Uchyana Efendi 1988 : 11). Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Mulyana,D (2011 : 68) bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan ransangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna antara orang-orang yang berbicara. Kesamaan makna ini penting untuk mencapai komunikasi yang efektif.

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.

Harorld Laswell yang dikutip oleh Onong Uchyana Efendi (1988 : 13) mengemukakan sebuah paradigma komunikasi bahwa cara terbaik untuk


(24)

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan tersebut, yaitu : komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient), dan efek (effect, impact, influence). Komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan melalui suatu media sehingga menghasilkan efek tertentu.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) (Onong Uchyana Efendi, 1988 : 14). Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Onong Uchyana Efendi, 1988 : 88). Penelaahan pesan oleh komunikan sangat tergantung pada bidang pengalaman (field of experience). Semakin besar field of experience, semakin besar kemungkinan komunikasi tersebut menjadi lancar.

Komunikasi juga dapat didefinisikan secara luas sebagai berbagi pengalaman (Deddy Mulyana, 2001 : 42). Menurut Joseph A. Devito (2002 : 21), dalam komunikasi terdapat tiga prinsip dasar. Pertama, hanya dapat terjadi apabila terdapat pertukaran pengalaman yang sama (sharing similar experience). Kedua, semakin besar daerah tumpang tindih, semakin besar pula kemungkinan terjadinya komunikasi yang efektif. Ketiga, sebaliknya, bila daerah tumpang tindih mengecil, semakin kecil pula kemungkinan terjadi komunikasi efektif.


(25)

2.3. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi 2.3.1. Pengertian komunikasi antarpribadi

Menurut Bochner, dkk dalam Devito (2011 : 252), komunikasi antarpribadi diartikan melalui pendekatan komponen (componential), hubungan diadik (relational dyadic) dan pengembangan (developmental). Sesuai pendekatan komponen, komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang memberi umpan balik segera. Menurut pendekatan hubungan diadik, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Berdasarkan pendekatan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir perkembangan dari komunikasi pribadi yang intim pada ektrem yang lain.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan dari satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan peluang memberikan umpan balik segera; ditandai dengan komunikasi yang intim, mantap dan jelas; dan akhir perkembangan dari komunikasi pribadi yang intim pada ektrem yang lain.

2.3.2. Tujuan komunikasi antarpribadi

Menurut Wijaya (2000 : 122-125), komunikasi antarpribadi bertujuan untuk membantu orang lain. Tujuan ini dijelaskan melalui enam tujuan. Pertama, mengenal diri sendiri dan orang lain. Kedua, mengetahui dunia luar. Ketiga, menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. Keempat, mengubah


(26)

sikap dan perilaku. Kelima, bermain dan mencari hiburan. Keenam, membantu orang lain.

Melalui komunikasi antarpribadi kita membicarakan diri kita sendiri kepada orang lain sehingga memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita memahami lingkungan secara baik tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi banyak waktu kita gunakan menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi kita banyak menggunakan waktu mempersuasi orang lain. Bahwa melalui komunikasi antarpribadi kita dapat memberi suasana lepas dari ketegangan, keseriusan, kejenuhan. Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat juga memberi nasehat dan saran kepada teman yang sedang menghadapi masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

Komunikasi bertujuan untuk menciptakan perubahan pada diri komunikan, baik perubahan opini, sikap maupun perilaku. Ada beberapa teknik komunikasi yang digunakan untuk perubahan tersebut. Dalam bidang kajian komunikasi dikenal empat teknik yang biasa digunakan, antara lain informatif, persuasif, koersif dan hubungan manusiawi. Teknik komunikasi persuasif memiliki karakteristik yang khas dalam memberikan efek positif bagi komunikan karena kemampuannya yang dapat mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan dengan tanpa paksaan. Karakteristik komunikasi persuasif ditandai dengan unsur membujuk, mengajak, mempengaruhi dan meyakinkan. Bertujuan untuk merubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator (Onong Uchjana Efendy : 55). Para ahli


(27)

komunikasi seringkali menekankan bahwa persuasif adalah kegiatan psikologis (Jalaluddin Rakhmat, 2000 : 18)

2.3.3. Karakteristik keluasan dan kedalaman hubungan dalam komunikasi antarpribadi

Menurut Altman & Taylor dan Taylor & Altman dalam Devito (2011 : 259) bahwa salah satu karakteristik penting hubungan antarpribadi dalam komunikasi antarpribadi adalah bahwa hubungan antarpribadi tersebut berbeda-beda dalam hal keluasan (breadth) dan kedalaman (depth). Banyaknya topik yang dikomunikasikan disebut keluasan dan derajat kepersonalannya disebut kedalaman.

Ada dua hal yang mungkin terjadi dalam hubungan antarpribadi ini. Pertama, penetrasi sosial, dimana tahap awal hubungan yang terjadi biasanya ditandai dengan kesempitan (narrowness), hanya sedikit dan dangkal (shallowness). Bila hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, maka baik keluasan maupun kedalaman meningkat dan peningkatan ini dipandang nyaman, normal dan alamiah. Kedua, depenetrasi, dimana bila suatu hubungan mulai rusak, mungkin seseorang akan menghilangkan topik-topik tertentu dari interaksi antarpribadinya dan mendiskusikan topik lain secara kurang mendalam. Orang tersebut akan mengurangi tingkat pengungkapan diri maupun pengungkapan perasaannya yang paling dalam.


(28)

2.3.4. Efektifitas komunikasi antarpribadi

Komunikasi antar pribadi, seperti bentuk perilaku yang lain, dapat sangat efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. Karakteristik efektifitas dari komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang humanistis. Kedua, dari sudut pandang pragmatis atau keperilakuan. Ketiga, dari sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistis yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur dan memuaskan. Pendekatan ini dimulai dengan kualitas-kualitas umum yang menurut para filsuf dan humanis menentukan terciptanya hubungan antar manusia yang superior.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang pragmatis atau keperilakuan, yang menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi, dan secara umum, kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan yang spesifik. Pendekatan ini berawal dari keterampilan spesifik yang dari riset diketahui efektif dalam komunikasi antarpribadi, kemudian mengelompokkan keterampilan-keterampilan ini ke dalam kelas-kelas perilaku umum.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan. Pendekatan ini didasari pada model ekonomi imbalan dan biaya saling dipertukarkan. Teori ini mengatakan bahwa dalam mengembangkan hubungan adalah bila manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang harus kita keluarkan.


(29)

2.3.5. Efektifitas komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistik. Karakteristik efektifitas dari komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistik mempertimbangkan lima kualitas umum. Adapun pertimbangan tersebut terdiri dari : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positip, dan keterbukaan. Kelima kualitas umum tersebut akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

2.3.5.1. Keterbukaan

Terbuka dalam pengertian ini yaitu mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita bertanggung jawab atasnya. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi, harus ada kesediaan membuka diri, mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan memang patut dilakukan. Kedua, aspek keterbukaan memacu kesediaan komunikator bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Ketiga, aspek yang menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bocher & Kelly, 1974).

2.3.5.2. Empati

Orang yang memiliki perasaan empatik akan mampu mengetahui dan memahami motivasi serta pengalaman orang lain. Selain itu juga mampu mengetahui dan memahami perasaan, sikap serta harapan maupun keinginan mereka dimasa yang akan datang. Pengertian yang empatik ini akan membuat


(30)

orang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya ketika dia berinteraksi dengan orang lain.

2.3.5.3. Sikap mendukung

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Sikap mendukung dalam bersikap mencakup tiga hal. Pertama, yakni deskriptif, bukan evaluatif yang mampu menumbuhkan sikap mendukung. Kedua, spontan, bukan strategik yang nantinya seseorang akan berterus terang dan terbuka. Ketiga, provisinal, bukan sangat yakin artinya bersikap tentatif dan berfikir terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.

2.3.5.4. Sikap positif

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara, yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan situasi komunikasi umumnya penting untuk berinteraksi yang efektif.

2.3.5.5. Kesetaraan

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis dari pada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.


(31)

Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.4. Tinjauan Tentang Kesiapan 2.4.1. Pengertian kesiapan

Kesiapan (ready / stand by) adalah sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Kesiapan merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. ( Gerungan, dikutip oleh Sunaryo, 2004 : 197 ).

Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan adanya kesiapan maka pekerjaan tersebut akan teratasi lancar dan menghasilkan hasil maksimal. Menurut Slameto (1995 : 61) mengemukakan bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu.

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dengan di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi individu setidaknya mencakup tiga aspek. Pertama, kondisi fisik, mental dan emosional. Kedua,


(32)

kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan,. Ketiga, keterampilan dan pengetahuan (Slameto, 1995 :113)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan terhadap suatu objek, disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Kesiapan juga merupakan faktor internal seseorang sebelum dan selama menghadapi sesuatu permasalahan atau kegiatan, dimana sikap itu berdasarkan mental, sikap, keterampilan yang harus dimiliki dan dipersiapkan sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan tertentu berupa perencanaan, guna menghadapi masalah yang akan timbul.

2.4.2. Aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi kesiapan

Ada enam aspek penting yang dapat mempengaruhi kesiapan seseorang, yaitu kematangan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan dan minat, motivasi, dan kesehatan. Kematangan merupakan suatu kondisi yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Kecerdasan, adalah daya pikir dan merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan seseorang melaksanakan tugas tertentu. Seseorang yang memiliki kecerdasan normal atau di atas normal akan lebih siap menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dibandingkan dengan orang-orang yang kecerdasannya dibawah normal.

Keterampilan, adalah kegiatan psikomotorik yang merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki seseorang agar dapat mengembangkan dirinya lebih kreatif dalam segala hal. Kemampuan dan minat, merupakan aspek yang harus dimiliki


(33)

seseorang untuk mengembangkan hal di bidang tertentu. Motivasi, merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan suatu kegiatan, maka akan mendorong dirinya untuk terus berusaha untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Kesehatan, dimana tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang lebih siap untuk melakukan tugasnya dengan baik.

2.4.3. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

Tindakan bedah adalah ancaman potensial atau aktual kepada integritas orang, dapat membangkitkan reaksi stres fisiologi maupun psikologi. Respon psikologi yang selalu terjadi menanggapi operasi adalah ketakutan dan penghayatan umum. Sebagian ketakutan yang melatar belakangi keinginan mengelak dan orang tidak akan mengetahui penyebabnya.

Secara umum, ketakutan terhadap tindakan operasi dapat terjadi karena hal-hal yang tidak diketahui, takut hilang kendali, takut hilang kasih sayang dari orang penting dan takut karena ancaman seksualitas. Sedangkan yang lebih spesifik karena ketakutan terhadap diagnosa keganasan, takut anesthesi, takut sakratul maut, takut nyeri, takut perubahan penampilan dan takut keterbatasan permanen. Takut terhadap anesthesi biasanya adalah maut, tidur terus tidak bangun kembali. Ketakutan mengenai ketidak mampuan permanen dapat realistis atau dipengaruhi mitos, kurang penerangan atau cerita mengerikan dari kerabat.


(34)

Pasien yang sangat cemas dan ketakutan sehingga tidak bisa berbicara seringkali menderita banyak kesukaran setelah selesai operasi. Pada umumnya pasien ini cenderung banyak marah, kesal, bingung, gelisah dan depresi. Oleh karena itu, persiapan pasien dalam menghadapi tindakan operasi (pra-bedah) sangat penting untuk memperkecil resiko operasi. Keberhasilan dari suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan sebelum pembedahan dilakukan. Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan adalah mempersiapkan pasien untuk mengurangi penyulit/faktor-faktor penghambat sesudah pembedahan.

Secara mental, pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anesthesia, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat dan petugas kerohanian sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari dokter dan petugas pelayanan kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, pasien menjadi berani, terbuka, realistis, suasana hati tenang, semangat dan bekerjasama sehingga setuju diopearsi. Setelah pasien menyetujui tindakan operasi, maka keluarganya menandatangani persetujuan operasi.

2.4.4. Tinjauan tentang petugas kerohanian di Rumah Sakit Imanuel

Pelayanan spiritual yang dimaksud identik dengan pelayanan rohani kepada pasien. Hal ini menjadi penting karena pasien akan dibantu dengan adanya


(35)

perhatian (attention), dukungan (sustaining), perdamaian (reconciling), bimbingan (guiding), penyembuhan luka batin (inner-healing), serta doa (praying). Apabila pasien terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan berdampak positif untuk menjalani pengobatan penyakitnya.

Petugas kerohanian di RS. Imanuel adalah seseorang yang terpanggil memberi pelayanan pendampingan, baik kepada karyawan, pasien dan keluarga dimana keberadaan mereka sedang terlibat dalam penanganan masalah kesehatan / penyakit pada pasien di rumah sakit. Tujuan utama kegiatan ini, khususnya adalah menjembatani komunikasi dokter-perawat-pasien yang sulit disampaikan.

Robert C. Anderson sebagaimana dikutip Purwadarminta (2000 : 8) dalam mendefinisikan kata pelayanan sebagai seseorang yang bertanggung jawab mengelola aset dari rumah yang diaturnya agar sesuatu berjalan dengan baik dan teratur. Pendampingan adalah suatu proses dalam menyertai dan menemani secara dekat, bersahabat dan bersaudara serta hidup bersama-sama dalam keadaan suka dan duka, bahu membahu dalam menghadapi kehidupan demi mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

Petugas kerohanian melakukan pelayanan pendampingan kepada pasien-pasien yang dirawat di RS. Imanuel, bertujuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi pasien tersebut, terutama masalah mental-psikologis. Salah satu sasaran tugas pendampingan tersebut adalah pasien yang akan menghadapi tindakan operasi. Jika petugas menerapkan komunikasi antarpribadi yang efektif dan persuasif, diharapkan dapat mengatasi kecemasan dan ketakutan pasien


(36)

menghadapi tindakan operasinya. Petugas kerohanian yang bekerja di RS. Imanuel berada diluar struktural rumah sakit, sehingga mereka bekerja sebagai pekerja sosial (social worker) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur rumah sakit.

Uraian tugas dari petugas kerohanian ini adalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama antar anggota tim dan kemudian diusulkan kepada Direktur untuk disetujui. Adapun tugas utama yang dilakukan terdiri dari pelayanan pendampingan ke bangsal-bangsal, pertemuan dengan tim setelah selesai pelayanan di bangsal-bangsal, dan melaporkan hasil kegiatannya setiap hari kepada penanggung jawab tim

Bentuk-bentuk pendampingan yang dilaksanakan terdiri dari pendampingan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi, pendampingan kepada pasien melalui kunjungan ke bangsal-bangsal, pendampingan kepada pasien terminal (terminal illness), pendampingan kepada keluarga pasien yang meninggal dunia, dan pendampingan kepada pasien yang ancaman bunuh diri.

Strategi pelaksanaan kegiatan pendampingan kepada pasien, secara garis besar dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dengan mendatangi pasien secara langsung. Petugas kerohanian mendatangi pasien langsung ke bangsal-bangsal perawatan. Sebelum ke pasien, petugas menanyakan perawat ruangan mengenai identitas dan lokasi tempat tidur pasien yang akan didampingi. Kedua, petugas diundang oleh perawat ruangan. Perawat ruangan memanggil petugas melalui telpon untuk melayani pasien yang memerlukan segera untuk ditangani. Ketiga, diminta


(37)

langsung oleh pasien / keluarga pasien, dimana pasien atau keluarga mengajukan permintaan melalui perawat ruangan untuk diberi pelayanan pendampingan.

Pelayanan yang diberikan mengatasi masalah mental dan psikologis, yakni dengan memberi dorongan, semangat dan meyakinkan pasien sehingga terlepas dari perasaan cemas dan ketakutannya menghadapi tindakan operasinya. Komunikasi antarpribadi yang efektif sangat berperan dalam situasi ini sehingga kemungkinan untuk menunda atau menolak operasi oleh pasien/keluarganya dapat diatasi.

2.5. Kerangka Pikir

Manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Selain dari pada itu juga berkomunikasi bertujuan untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Dalam komunikasi dituntut adanya pemahaman makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga terjadi interaksi sosial. Salah satu bentuk dari komunikasi tersebut adalah komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang memberi umpan balik segera. Komunikasi antar pribadi diartikan juga sebagai penyampaian pesan dari satu orang dan penerimaan


(38)

pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan peluang memberikan umpan balik segera dan ditandai dengan komunikasi yang intim, mantap dan jelas.

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi operasi di RS. Imanuel adalah sama dengan konsep komunikasi yang dikemukakan Devito (1989 : 6). Komunikasi yang terjadi adalah dengan menerapkan karakteristik komunikasi antarpribadi secara efektif dan persuasif. Komunikasi efektif meliputi sikap mendukung, rasa positip dan kesamaan, sedangkan komunikasi persuasif meliputi sikap mengajak dan meyakinkan.

Pasien yang akan menghadapi tindakan operasi sering disertai respon psikologi ketakutan penghayatan umum yang berlebihan. Ketakutan yang dialami pasien karena hal-hal yang tidak diketahui, takut hilang kendali, takut hilang kasih sayang dari orang penting dan takut karena ancaman seksualitas. Sedangkan yang lebih spesifik karena ketakutan terhadap diagnosa keganasan, takut anesthesi, takut sakratul maut, takut nyeri, takut perubahan penampilan dan takut keterbatasan permanen. Takut terhadap anesthesi biasanya adalah maut, tidur terus tidak bangun kembali.

Petugas kerohanian di RS. Imanuel memberikan pelayanan pendampingan kepada pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di ruang perawatan sebelum menjalani operasinya. Melalui pendampingan petugas kerohanian membantu pasien melepaskan ketakutan dan kecemasannya. Adapun metode yang diterapkan adalah dengan komunikasi yang efektif dan persuasif, dimana petugas


(39)

menerapkan sikap mendukung, rasa positip, kesamaan, mengajak dan meyakinkan.

Kesiapan pasien menghadapi suatu tindakan operasinya seringkali tidaklah mudah diperoleh. Sehingga dengan menerapkan komunikasi antarpribadi efektif dalam kegiatan pendampingan petugas kerohanian, diharapkan bahwa pasien menjadi siap. Pasien yang memiliki kesiapan secara mental psikologis menghadapi tindakan operasinya dapat diketahui dari penampilan dan perasaan pasien. Pasien tersebut menjadi tenang dan tidak mengalami kecemasan, tidak ketakutan, tidak marah-marah, tidak kesal, tidak bingung, tidak depresi dan setuju dioperasi.

Penampilan dan perasaan seorang pasien yang siap menghadapi tindakan operasi dapat diketahui dari hasil wawancara dan pengamatan kepada pasien tersebut. Pasien yang siap menghadapi tindakan operasi menunjukkan beberapa enam hal. Pertama, yaitu hilangnya kecemasan dan ketakutan dan berubah menjadi berani dan tentram hati. Kedua, tidak lagi merasa kesal dan marah-marah tetapi menjadi terbuka dan realistis. Ketiga, pasien tidak lagi kebingungan tetapi menjadi realistis. Keempat, pasien tidak gelisah tetapi fokus dan suasana hati tenang. Kelima, pasien tidak mengalami depresi tetapi menjadi semangat dan kerjasama. Keenam, pasien tidak menolak operasi tetapi menyetujui sehingga keluarga menandatangani izin operasi.

Pasien yang tidak takut menghadapi operasi tampak berani dan merasa tentram hati. Melalui observasi diketahui bahwa pasien tidur pulas di malam hari. Pasien juga mengatakan cukup waktu tidurnya atau lama tidur tercapai enam sampai


(40)

delapan jam per-hari. Selain itu menjadi konsentrasi menjawab pertanyaan dan tidak ada keluhan seperti tersumbat di tenggorokan.

Pasien yang siap operasi tidak akan merasa kesal dan tidak marah-marah. Biasanya, seseorang yang kesal dan marah-marah akan menyampaikan protes, rasa malu, ketidakamanan atau frustrasi terhadap seseorang / sesuatu. Hal ini dapat terjadi ketika ego seseorang terluka / merasa terancam ( http : // Ide.shpoong com/ humanities / theory / critism / 2291404 / pengertian/marah, diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB).

Seorang yang kebingungan akan ditandai dengan hilang akal, tidak tau apa yang harus diperbuat ketika disuruh menceritakan pengalamannya, tidak tau arah, dimana posisi Barat atau Timur, gugup tidak karuan ketika tersiar berita yang mengancam dirinya dan menyerang, bodoh, kurang jelas, kurang mengerti (http: // selaputs. blokspot.com /2011/08/ definisi/ arti/ pengertian/ bingung.html, diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB).).

Pasien yang mengalami kegelisahan ditandai dengan perasaan tidak tentram, suasana hati selalu merasa khawatir, tidur tidak tenang, tidak sabar (http://m.artikata.com /arti / 328202 /gelisah. html, diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB). Sedangkan pasien yang tidak mengalami depresi mengatakan nyaman bersama dengan orang di ruang perawatannya, sabar dan dapat melalui waktu perawatannya, mengatakan dirinya masih sangat dibutuhkan dan berguna bagi orang lain dan keluarga, dan yakin tindakan operasi dapat menyelesaikan masalah/penyakit yang dialaminya.


(41)

Pasien yang sudah siap operasi akan menyetujui tindakan operasinya sehingga keluarga menandatangani surat persetujuan operasi. Surat persetujuan operasi adalah sebagai salah satu persyaratan administrasi yang harus dipenuhi sebelum pasien dioperasi. Penandatanganan surat persetujuan ini menunjukkan bahwa pasien dan keluarganya benar-benar telah memiliki kesiapan menghadapi tindakan operasi. Sebelum surat ditanda tangani oleh pasien atau keluarga, petugas memberi penjelasan tentang waktu pelaksanaan, lamanya proses operasi dan gejala-gejala dan perubahan yang mungkin dapat terjadi setelah operasi. Berdasarkan uraian diatas, lebih lanjut dapat dilihat pada kerangka pikir sebagaimana dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah ini :

Bagan 1 : Kerangka Pikir

Komunikasi antarpribadi petugas Kesiapan pasien menghadapi kerohanian dan pasien sebelum tindakan operasi operasi

(X) (Y)

Karakteristik komunikasi efektif 1. Berani dan tenteram hati 1. Sikap mendukung 2. Sikap terbuka dan menerima 2. Rasa positif 3. Realistis

3. Kesamaan 4. Fokus dan suasana hati tenang 4. Membujuk 5. Semangat dan kerjasama 5. Meyakinkan 6. Menyetujui tindakan operasi


(42)

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang akan terkumpul. Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara masalah penelitian sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien sebelum operasi dengan kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

Hi : Ada hubungan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien sebelum operasi dengan kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan menyusun laporan (Notoatmodjo, S, 2010 : 36). Menurut Machfoedz (200 7:7 ), penelitian deskriptif umumnya untuk mengetahui perkembangan dan frekuensi sarana fisik tertentu misalnya fenomena sosial, yang hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi.

Penelitian deskriptif dapat juga digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial tertentu, misalnya interaksi sosial dan sistem kekerabatan. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989 : 4 ) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tujuan utamanya membuat gambaran atau


(44)

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan laporan, dimana hasil penelitian dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian ini terdiri dari :

3.2.1. Variabel bebas (independent variable)

Adapun variabel bebas atau independent variabel (X) pada penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien.

3.2.2. Variabel terikat (dependent variable)

Adapun variabel terikat atau dependent variabel (Y) pada penelitian ini adalah kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung

3.3. Definisi Konseptual

Untuk memahami konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi konseptual dapat diuraikan sebagai berikut :

3.3.1. Efektifitas

Handayaningrat, S (1994 : 16) mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran, dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)


(45)

menyampaikan ransangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Komunikasi antarpribadi yang diterapkan adalah komunikasi efektif dan persuasif. Dapat dilihat dengan tercapainya sasaran dan tujuan dari komunikasi tersebut, yaitu adanya sikap mendukung, rasa positif, kesamaan, membujuk dan meyakinkan.

3.3.2. Komunikasi antarpribadi

Menurut Bochner, 1978, dkk dalam Devito ( 2011 : 252), komunikasi antarpribadi diartikan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang memberi umpan balik segera. Komunikasi antarpribadi dapat juga diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

3.3.3. Petugas kerohanian

Petugas kerohanian adalah seseorang petugas sosial (social worker) yang terpanggil memberi pelayanan pendampingan, baik kepada karyawan, pasien dan keluarga dimana keberadaan mereka sedang terlibat dalam penanganan masalah kesehatan/penyakit pada pasien di rumah sakit. Pendampingan kepada pasien yang akan menghadapi tindakan operasi dilakukan agar pasien dapat terbebas dari rasa cemas dan ketakutan menghadapi tindakan operasinya. Bentuk pendampingan yang diberikan adalah penanganan untuk mengatasi masalah mental-psikologis dengan menerapkan komunikasi antarpribadi petugas pendampingan dengan pasien.


(46)

3.3.4. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung.

Kesiapan, yaitu sikap pandangan atau sikap perasaan terhadap suatu objek, disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Kesiapan juga merupakan faktor internal seseorang sebelum dan selama menghadapi sesuatu permasalahan atau kegiatan, dimana sikap itu berdasarkan mental, sikap, keterampilan yang harus dimiliki dan dipersiapkan sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan tertentu berupa perencanaan, guna menghadapi masalah yang akan timbul. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung adalah pasien yang menghadapi tindakan operasi menunjukkan sikap berani dan tenteram hati, terbuka dan menerima, realistis, fokus dan suasana hati tenang, semangat dan kerjasama, memahami dan menyetujui operasi.

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

3.4.1. Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien.

Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi akan diukur dengan indikator :

3.4.1.1. Dukungan

- Adanya kemampuan memberi support/dukungan saat orang lain mengalami masalah


(47)

- Adanya kesediaan mendengar pandangan atau keluhan orang lain

- Adanya sikap memotivasi orang lain yang kesulitan,lemah atau ketakutan

3.4.1.2. Rasa positif

- Adanya kesediaan mendengar dan memperhatikan pembicaraan orang lain yang menjadi teman berinteraksi

- Adanya sikap mendorong orang lain mengungkapkan hal-hal yang ingin diucapkannya.

- Adanya sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan orang lain saat berinteraksi.

- Adanya sikap percaya tentang ungkapan perasaan orang lain

3.4.1.3. Kesetaraan

- Tidak merasa lebih dari anggota lain - Tidak mementingkan diri sendiri

- Tidak membuat jarak sosial dan saling menghargai - Tidak ada merasa diabaikan

- Tidak membedakan perlakuan antara satu dengan yang lain

3.4.1.3. Membujuk

- Adanya kemampuan memberi pengertian kepada orang lain yang sulit mengambil suatu keputusan

- Adanya kemampuan mendorong orang lain menerima sesuatu yang sulit dipertimbangkan


(48)

- Adanya kemampuan memberi pujian (reinforcement) kepada seseorang yang berhasil menerima suatu keputusan yang sulit

- Mampu memberikan semangat kepada orang lain yang memerlukan

3.4.1.4. Meyakinkan

- Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang membenarkan keputusannya

- Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang melakukan keputusannya - Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang mempertahankan

keputusannya

- Mampu meyakinkan orang lain tentang sesuatu keberhasilan

3.4.2. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung, diukur dengan indikator sebagai berikut :

3.4.2.1. Berani dan tenteram hati

- Pasien berani menghadapi operasinya - Pasien siap dioperasi

- Pasien pulas tidurnya kurang lebih enam jam per-hari - Pasien berinteraksi dengan tenang dengan dengan orang lain

3.4.2.2. Sikap terbuka dan menerima

- Pasien mengerti dan menerima tindakan operasinya - Pasien menerima tanpa paksaan orang lain


(49)

- Pasien pasrah menerima hal-hal yang terkait operasinya - Pasien mengatakan optimis dengan kesuksesan operasinya

3.4.2.2. Realistis

- Pasien dapat memahami perubahan yang akan terjadi setelah operasi

- Pasien menerima kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam operasi

- Pasien mengertis mengenai jenis dan resiko operasinya - Menerima dengan iklas resiko menjalani operasi

3.4.2.3. Fokus dan suasana hati tenang

- Pasien mengatakan perasaan nyaman saja menghadapi operasinya - Pasien tetap tenang dan emosi stabil mendengar jadwal operasinya - Pembicaraan pasien tetap terarah dan konsisten

- Pasien melakukan semua instruksi dokter tentang persiapan operasi

3.4.2.4. Semangat dan kerjasama

- Pasien mengatakan akan melakukan semua instruksi dokter tentang persiapan operasi

- Pasien mengatakan akan menuruti tindakan persiapan operasi yang dilakukan perawat

- Pasien mengatakan mau mengenakan alat dan perlengkapan yang harus dikenakan saat operasi


(50)

3.4.2.5. Menyetujui operasi

- Pasien/keluarga memahami tentang surat persetujuan operasi - Pasien/keluarga memahami syarat administrasi tindakan operasi

- Pasien dan keluarga mengikuti prosedur persetujuan dan administrasi operasi

- Keluarga pasien menanda tangani surat persetujuan operasi atas persetujuan pasien

3.5. Dimensi-Dimensi Variabel Penelitian

Dimensi-dimensi variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini dapat diuraikan pada tabel 1.

Tabel 1. Dimensi-Dimensi Variabel X dan Variabel Y

Variabel Dimensi Variabel Indikator

X Dukungan - Apakah petugas kerohanian mampu memberi support/dukungan kepada anda menghadapi tindakan operasi?

- Apakah petugas kerohanian memiliki sikap spontanitas membantu anda dalam pemecahan masalah yang sedang anda alami?

- Apakah petugas kerohanian bersedia mendengar keluhan anda saat ini?


(51)

motivasi kepada anda supaya lebih siap menghadapi operasi?

Rasa positif - Apakah petugas kerohanian bersedia mendengar dan memperhatikan anda berbicara ketika sedang berinteraksi? - Apakah petugas kerohanian memberi

dorongan supaya anda dapat/mampu mengungkapkan hal-hal yang masih ingin anda ucapkan?

- Apakah petugas kerohanian bersikap menghargai pendapat yang anda kemukakan selama berinteraksi?

- Apakah petugas kerohanian menunjukkan sikap percaya kepada hal-hal yang anda ucapkan?

Kesetaraan - Apakah petugas kerohanian mengakui kepada anda bahwa semua insan manusia sama nilainya dan sama berartinya?

- Apakah petugas kerohanian mengakui kepada anda bahwa setiap orang berhak mendapat perlakuan yang adil?


(52)

kepada anda bahwa setiap manusia ingin dihargai?

- Apakah petugas kerohanian mengakui bahwa setiap orang akan merasa dihargai jika diberi tanggapan yang baik terhadap pendapatnya?

- Apakah petugas kerohanian tidak membeda-bedakan sikap dan perlakuan kepada anda dan pasien lain yang memerlukan pelayanannya?

Membujuk - Apakah petugas kerohanian mampu memberi pengertian kepada anda sehingga tidak ragu menerima tindakan operasi?

- Apakah petugas kerohanian mampu memberi dorongan kepada anda sehingga menerima tindakan operasi? - Apakah petugas kerohanian mampu

memberi pujian (reinforcement) kepada anda setetah memutuskan menerima tindakan operasi?

- Apakah melalui interaksi petugas kerohanian dapat meningkatkan perasaan siap anda menghadapi


(53)

operasi?

Meyakinkan - Apakah petugas kerohanian mampu meyakinkan bahwa keputusan anda menerima operasi adalah tindakan yang tepat?

- Apakah petugas kerohanian mampu meyakinkan anda tetap nyaman dalam pelaksanaan operasi?

- Apakah petugas kerohanian mampu mempengaruhi anda mempertahankan keputusan menerima operasi?

- Apakah berinteraksi dengan petugas kerohanian mampu meyakinkan anda bahwa operasi akan berjalan dengan sukses?

Y Berani dan

tenteram hati

- Apakah anda menjadi kuat dan tabah menghadapi operasi setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda menjadi siap dioperasi setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda dapat tidur pulas enam sampai delapan jam per-hari


(54)

sebelum operasi ini setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah suasana hati anda terasa nyaman saat ini ketika anda akan menghadapi operasi setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian ?

Sikap terbuka dan menerima

- Apakah anda dapat mengerti dan memahami sepenuhnya akan tindakan operasi anda ini setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda dapat menerima sepenuhnya tanpa merasa terpaksa dengan tindakan operasi inisetelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah menurut anda tindakan operasi adalah pilihan yang tepat mengatasi penyakit anda?

- Apakah anda optimis bahwa operasi anda akan berjalan dengan sukses? Realistis - Apakah anda sudah menyadari dan

memahami perubahan yang akan terjadi setelah operasi nanti?


(55)

- Apakah anda siap menerima dengan ikhlas perubahan pada tubuh anda setelah dioperasi nanti?

- Apakah anda menyadari kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi dalam operasi

- Apakah anda memahami dengan jelas mengenai jenis dan resiko operasi saudara?

Fokus dan suasana hati tenang

- Apakah anda merasakan suasana hati yang stabil saat ini ketika anda akan menghadapi meja operasi?

- Apakah perasaan anda dapat tenang mendengar jadwal operasi karena berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda mampu menyatakan perasaan yang sesungguhnya setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah dapat mengerti dan menerima saran-saran orang lain tentang operasi anda setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?


(56)

Semangat dan bekerjasama

- Apakah anda mau melakukan semua instruksi dokter tentang persiapan operasi anda setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda mau menurut setiap tindakan persiapan opeasi perawat kepada anda?

- Apakah anda mau memakai alat dan perlengkapan yang harus anda kenakan nanti saat operasi dilakukan setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda mau mengikuti prosedur operasi karena hasil berinteraksi dengan petugas kerohanian?

Memahami dan menandatangani surat persetujuan operasi

- Apakah anda dan keluarga memahami tentang surat persetujuan operasi anda karena berinteraksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah anda dan keluarga memahami syarat administrasi operasi anda setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?


(57)

mengikuti prosedur persetujuan, syarat administrasi operasi setelah interaksi dengan petugas kerohanian?

- Apakah keluarga menandatangani surat persetujuan operasi anda setelah berinteraksi dengan petugas kerohanian?

3.5. Jenis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu :

3.6.1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti pada waktu penelitian dilaksanakan. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket/ kuesioner kepada responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, S, 2010 : 194). Angket/kuesioner penelitian ini adalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Responden penelitian ini adalah pasien yang akan menghadapi tindakan operasi. Pasien yang akan dioperasi adalah yang sedang mendapat perawatan di RS. Imanuel Provinsi Lampung minimal sehari sebelum operasinya dilaksanakan.


(58)

3.6.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau laporan yang disusun orang lain yang dapat dipergunakan mendukung data primer. Pada penelitian ini data sekunder tentang gambaran lokasi penelitian diperoleh menggunakan profil RS. Imanuel Provinsi Lampung dan identitasdan ruang perawatan responden diperoleh dari laporan harian perawat penanggung jawab ruang perawatan.

3.7. Populasi dan Sampel 3.7.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, S, 2010 : 173). Lebih lanjut dikatakan bahwa subjek penelitian dapat berupa benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan.(Arikunto, S,2009 : 88). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti yang dapat berupa benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian yang melekat dan yang dipermasalahkan.

Populasi penelitian ini adalah sejumlah orang untuk mendapatkan data variabel yang dipermasalahkan, yaitu seluruh pasien yang akan menghadapi tindakan operasi. Adapun populasi penelitian adalah seluruh pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung yang diperoleh selama penelitian berlangsung, yakni selama 21 hari kerja. Adapun keseluruhan pasien yang menjadi populasi penelitian adalah sebanyak 50 orang.


(59)

3.7.2. Sampel

Sampel adalah adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut (Notoatmodjo, S, 2002 : 79). Menurut Arikunto, S (2009 : 95), mengatakan bahwa jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka sampel pada penelitian ini adalah total populasi sejumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel adalah secara aksidental (accidental), yaitu mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di tempat penelitian dan sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, S, 2010 : 125)

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1. Kuesioner

Kuesioner, yaitu alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Kuesioner ini disebarkan kepada responden berisi 18 pertanyaan tertutup untuk variabel bebas atau independent variable (X) dan 20 pertanyaan tertutup untuk variabel terikat atau dependent variable (Y).

3.8.2. Wawancara.

Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada responden untuk memperoleh data yang dapat mendukung data yang diperoleh pada kuesioner.


(60)

3.8.3. Observasi

Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mencatat secara sistematis kejadian-kejadian atau peristiwa aktual yang terjadi dan hal itu dapat membantu peneliti menjawab pertanyaan penelitian.

3.9. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :

3.9.1. Editing

Editing yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah diperoleh dari lapangan. Editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan data.

3.9.2. Tabulasi

Tabulasi merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data kedalam tabel untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi.

3.9.3. Interpretasi

Data yang telah dimasukkan ke dalam tabel dianalisis dengan teknik statistik dengan hasil yang diinterpretasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan-kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca.

3.10. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan melalui pemberian skor/ nilai terhadap setiap jawaban responden yang diperoleh melalui angket/kuesioner.


(61)

Adapun alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan pada kuesioner penelitian ini disediakan tiga jawaban, yaitu :

Skor / nilai 3 untuk alternatif jawaban a : kategori tinggi Skor / nilai 2 untuk alternatif jawaban b : kategori sedang Skor / nilai 1 untuk alternatif jawaban c : kategori rendah

Penentuan kelas intervalnya dengan menggunakan rumus :

NT - NR I =

K

Keterangan :

I : Interval

NT : Nilai tertinggi NR : Nilai terendah

K : Kategori

3.11. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.11.1. Uji validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas angket yang akan digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan “Uji Korelasi Product Moment”.


(62)

Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :

n ∑XY –(∑X) (∑Y) r xy =

√{n ∑X2–(∑X)2}{n∑Y2–(∑Y)2 }

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah sampel

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y (Arikunto, 2003 : 73)

3.11.2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menentukan sejauh mana alat ukur yang digunakan sahih. Untuk mengukur kesahihan angket yang digunakan, setiap pertanyaan diuji reliabilaatsnya dengan menggunakan rumus Spearmen Brown, sebagai berikut :

2 x r ½ ½ r11 =

(1 + r ½ ½)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

r ½ ½ = rxy yang dikorelasikan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen


(63)

Kriteria reliabilitas instrumen yang digunakan menurut (Arikunto,S, 1991 : 45) sebagai berikut ;

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

3.12. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul menggunakan instrumen kemudian ditabulasi, dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan presentasi, sebagai berikut :

F

P = x 100% N

Keterangan : P = Persentasi

F = Jumlah responden menurut kategori N = Jumlah responden

Selanjutnya penyajian data hasil penelitian menggunakan tabel tunggal dan tabel silang dua variabel.

Hubungan antar variabel komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi adalah dengan Uji Korelasi Spearmen Brown. Jika r hitung > r tabel, artinya adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Provinsi Lampung.


(64)

Besarnya efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel ProvinsiLampung diukur dengan rumus koefisien determinasi (KD).

Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

Untuk mengetahui besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013 digunakan analisis regresi linear :

Y = a + bx

Y = nilai variabel bebas yang diramalkan a = kostanta

b = koefisien regresi dari x

x = nilai variable terikat yang diramalkan


(1)

32 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 3 3 46

33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54

34 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52

35 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 37

36 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51

37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 52

38 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 48

39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 53

40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54

41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 51

Lanjutan Lampiran 5 :

Responden Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013

2 3 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah

42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 48

43 2 3 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 1 3 43

44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54

45 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 42


(2)

Lampiran 8 :

Hasil Penyebaran Kuesioner Tentang Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013

Responden Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung

22 23 24 25 26 27 28 29 31 33 34 35 36 37 38 39 40 41 44 45 Jumlah

1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 47

4 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57

47 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 3 3 3 3 3 42

48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54

49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54


(3)

6 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57

7 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 53

8 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 59

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

11 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

12 3 3 2 3 3 2 3 3 3 1 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 52

13 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 52

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

15 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 52

16 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 38

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60


(4)

Lanjutan Lampiran 8

Responden Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung

22 23 24 25 26 27 28 29 31 33 34 35 36 37 38 39 40 41 44 45 Jumlah

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

21 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 57

23 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

26 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 3 3 3 2 41


(5)

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

31 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 45

32 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 52

33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

34 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

35 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 38

36 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 2 44

37 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

38 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 56

39 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

41 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57


(6)

Lanjutan Lampiran 8 :

Responden Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung

22 23 24 25 26 27 28 29 31 33 34 35 36 37 38 39 40 41 44 45 Jumlah

43 3 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 46

44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

45 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 33

46 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 51

47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 58

48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARPERSONAL PETUGAS RUMAH SAKIT TERHADAP KEPUASAN PASIEN (Studi Pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung, Bali)

0 4 48

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

1 19 111

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis Untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta) Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (St

0 3 13

BAB I Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta).

0 2 20

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 1 11

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 1

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 9

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 1 23

FAKTOR PERSALINAN SECSIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMANUEL BANDAR LAMPUNG

0 0 9