Fandelli 2000 menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu : 1 Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang
mengganggu terhadap alam dan budaya, 2 Pendidikan konservasi lingkungan, 3 Pendapatan langsung untuk kawasan, 4 Partisipasi
masyarakat dalam perencanaan, 5 Meningkatkan penghasilan masyarakat, 6 Menjaga keharmonisan dengan alam, 7 Menjaga daya dukung
lingkungan, 8 Meningkatkan devisa bagi pemerintah.
2.3. Metode Estimasi Peniliaian Nilai Lingkungan
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 5 jenis metode menurut Yakin 1997.
Diantaranya adalah The Dose-Response Method DRM, Hedonic Price Method HPM, Travel Cost Method TCM, The Averting Behaviour
Method ABM, dan Contingent Valuation Method CVM. Metode yang populer digunakan saat ini adalah Contingent Valuation Method CVM
karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan use values dan nilai dari non pengguna non-use values. Perbandingan dari berbagai metode
yang sering digunakan disarikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan
Metode Kriteria
Validitas Reabilitas Comprehensive
Kelengkapan dan
kepraktisan
The Dose-Response Method DRM
Sedang Sangat
Rendah Tinggi
Sedang Hedonic Proce Method
HPM Sedang Sedang
Rendah Sedang
Travel Cost Method TCM
Sedang Sedang Rendah
Sedang Averting Behaviour
Method ABM Sedang Sedang
Rendah Sedang
Contingent Valuation Method CVM
Sedang Sangat
tinggi Sangat
Tinggi Tinggi
Sumber : Hoevenagel dalam Yakin 1997
Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak
memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan
Yakin,1997. Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden Hanley dan Spash,1993, yaitu :
1. Metode tawar menawar bidding game, yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden
sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan. 2. Metode referendum tertutup dichotomous choice yaitu metode yang
menggunakan satu alat pembayaran yang diasarankan kepada responden baik mereka setuju atau tidak setuju. Dengan menggunakan alat yang
disarankan tersebut, respon dari responden diarahkan untuk menjawab apakah setujutidak dengan jawaban ”ya tidak”. Jawaban yatidak
tersebut akan dianalisa dengan menggunakan teknik respon biner seperti penggunaan analisa regresi logit untuk menentukan WTP.
3. Metode Kartu Pembayaran payment card, yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan
jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga
membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka. 4. Metode pertanyaan terbuka open-ended question, yaitu suatu metode
dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui
kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang
menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara. 2.4.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil studi pustaka diperoleh beberapa hasil kajian mengenai potensi wisata Situ Babakan, diantaranya mengenai kondisi fisik
situ babakan yang dilakukan oleh Indrasti 2002 yang menyatakan bahwa perairan Situ Babakan secara umum relatif masih layak digunakan sebagai
lokasi budidaya perikanan karena beberapa parameter kualitas air seperti suhu, total padatan terlarut TDS, pH, dan Oksigen terlarut DO masih
berada pada ambang batas baku mutu air kelas dua berdasarkan PP No 88 tahun 2001. Namun beberapa parameter fisik seperti muatan padatan
tersuspensi, amonia, nitrat, dan posfat telah melampaui ambang batas yang berarti bahwa Situ Babakan telah mengalami pencemaran. Menurutnya pula
bahwa dalam mengelola Situ Babakan sebagai wisata agro hendaknya
dilakukan beberapa langkah perbaikan, terutama untuk mengurangi beban pencemaran yang diterima oleh Situ Babakan.
Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Harniati 2004 dan Nurhakim 2004 yang menilai kelayakan Situ Babakan sebagai lokasi
wisata agro dinilai dari kualitas air dan potensi aplikasi Keramba Jaring Apung KJA. Semua penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air di Situ
Babakan masih baik namun mengalami degradasi karena adanya pencemaran yang perlu segera diatasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wardiningsih 2005 melihat potensi dan kendala dari berbagai aspek lanskap pada perkampungan disekitar Situ
Babakan yang bersinergi dengan potensi situ sebagai objek wisata. dari Penelitiannya dapat disarikan bahwa 1 lokasi Situ Babakan sangat strategis
dan aksesibilitas sangat tinggi, 2 Iklim, Topografi, Geologi, dan Hidrologi sangat mendukung; 3 Vegetasi yang khas juga menjadi daya dukung; 4
Tata Guna Lahan, Pola pemukiman, Pola Sirkulasi rute, pola pekarangan yang memiliki kekhasan khas betawi menjadi salah satu komponen yang
dapat menambah daya tarik; 5 Penduduk sekitar Situ Babakan memiliki persepsi yang baik dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan disana; 6
Sosial Budaya dan adat istiadat khas betawi pada masyarakat sekitar Situ Babakan juga menjadi daya tarik; 7 aspek yang lain adalah kebijakan yang
mendukung tergalinya potensi Situ Babakan sebagai salah satu objek wisata. Penelitian lainnya dengan objek Situ Babakan adalah mengenai
konflik sosial penetapan Situ Babakan sebagai Perkampungan Budaya
Betawi, Perancangan lanskap waterfront dan pekarangan Perkampungan Budaya Betawi.
Menurut Indrasti 2002 bahwa pada tahun 2001 pengelola PBB belum melakukan penarikan iuran dari pengunjung. Berdasarkan
pengamatan langsung pada tahun 2008 ini, pengelola PBB baru menetapkan bea masuk untuk kendaraan bermotor saja. Berdasarkan studi literatur,
sampai saat ini belum ada penelitian mengenai willingness to pay dari pengunjung kawasan Situ Babakan sebagai dasar penentuan tarif retribusi.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN