penelitian ini berlangsung belum diajukan draft permasalahan terhadap judul di atas.
Penelitian ini baru pertama kali dilakukan, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif, terbuka, dan sesuai
pula dengan implikasi etis dari prosedur menemukan kebenaran ilmiah secara bertanggung jawab. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian
original dan tidak plagiat duplikat dari hasil karya penelitian pihak lain.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori
Teori menempati kedudukan yang penting sebagai pisau analisis untuk merangkum dan memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak
tersebar dan berdiri sendiri dapat disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan
mensistematiskan masalah yang dibicarakan.
26
Krisis otoritas cenderung terjadi dalam suatu lembaga khususnya lembaga perbankan. Philippe Nonet dan Philip Selznick mengatakan, banyak perhatian dan
kontroversi seputar ilmu hukum kontemporer yang berakar pada krisis otoritas dan telah mengguncang institusi-institusi publik.
27
26
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 253.
Krisis otoritas bisa terjadi dalam tataran regulasi misalnya tidak memadainya hukum dan perundang-undangan
27
Philippe Nonet dan Philip Selznick, diterjemahkan oleh: Raisul Muttaqien, Hukum Responsif
, Bandung: Nusamedia, 2008, hal. 4-5.
Universitas Sumatera Utara
sebagai sarana perubahan dan sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan dan juga bisa terjadi menyangkut krisis legitimasi, terkikisnya otoritas, penyalahgunaan
aktivisme hukum, dan macetnya hukum dan ketertiban serta korupsi di kalangan tertib hukum. Kesewenang-wenangan yang menonjolkan pelayanan kekuasaan
sehingga menyebabkan bobroknya ketertiban sosial.
28
Dalam karya Philippe Nonet dan Philip Selznick disebutkan, meskipun sumber-sumber kontrol yang lainnya penting, namun sumber-sumber kontrol tersebut
tidak bisa bersifat tunggal diandalkan untuk menyelamatkan masyarakat dari kesewenang-wenangan, intimidasi atau hal-hal yang lebih buruk. Melainkan juga
dibutuhkan penghormatan yang tertinggi terhadap otoritas dimaksud misalnya menjunjung tinggi penerapan moral dalam hukum, pemisahan hukum dari politik
harus secara tegas serta penyimpangan dari hukum harus ditindak tegas serta adanya kontrol sosial.
29
Philippe Nonet dan Philip Selznick juga memandang akan pentingnya diterapkan fleksibilitas dan keterbukaan institusi-institusi pada koridor-koridor
tertentu.
30
Ketika melemahnya otoritas, maka patut dipertanyakan validitas moral yang dianut. Dalam kondisi otoritas yang terancam, maka alternatif-alternatif menjadi
pilihan nyata yang menegaskan karakter moral individu.
31
28
Ibid.
Kekacauan tidak mungkin diciptakan oleh hukum substantif melainkan diciptakan oleh struktur hukum yang
29
Ibid, hal. 5-7.
30
Ibid.7-8.
31
Ibid, hal. 10-11.
Universitas Sumatera Utara
tidak menjunjung tinggi hukum moral. Hukum menjadi alat kepentingan kekuasaan kelompok-kelompok yang mengendalikan negara. Inilah yang disebut dengan
pemisahan negara dengan masyarakat.
32
Satjipto Rahadjo dengan hukum progresifnya menolak dan ingin mematahkan status quo karena dinilainya hampir tidak ada usaha untuk melakukan perbaikan,
yang ada hanya menjalankan aturan hukum seperti apa adanya dan secara biasa-biasa saja business as usual.
33
Kiranya apa yang dikatakan oleh Satjipto Rahadjo tersebut merupakan suatu gejala yang jika dikaitkan dengan status quo secara kasat mata
tampak pada masa sebelum tahun 1998. Namun walaupun status quo itu sudah direformasi pasca tahun 1998 muncul status quo jenis baru yang tidak tampak di
mana status itu terselubung melalui muatan-muatan politik campur tangan pihak- pihak tertentu seperti misalnya menonjolkan kepentingan pemerintah.
34
Independensi merupakan salah satu cara menempatkan sistem kontrol dari kesewenang-wenangan pelayan publik dan koordinasi adalah kuncinya. Tujuan UU
Perbankan mustahil akan tercapai jika tidak dilakukan berdasarkan independensi, tujuan sistem pengawasan perbankan akan pincang ketika tidak dilakukan melalui
koordinasi yang baik antar sesama otoritas dengan pihak lainnya yang memiliki
32
Roberto M. Urger, diterjemahkan oleh: Dariyatno dan Derta Sri Widowatie, Teori Hukum Kritis, Posisi Hukum Dalam Masyarakat Modern
, Bandung: Nusamedia, 2008, hal. 74 dan hal. 82.
33
Satjipto Rahadjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, hal. 114.
34
Dimisalkan sebagai contoh dalam hal pengambilan keputusan untuk penanganan kasus- kasus perbankan seperi: Bank Likuiditas Bank Indonesia, Bank Century, dan lain-lain sampai saat ini
tidak jelas arahnya kemana.
Universitas Sumatera Utara
kewenangan dan tanggung jawab dalam sistem perbankan untuk menciptakan perbankan yang sehat.
Berangkat dari persoalan di atas, berdasarkan teori tujuan, pada prinsipnya hukum dibentuk bertujuan untuk mewujudkan ketertiban order dan ketertiban
merupakan syarat mendasar dan benar-benar merupakan kebutuhan masyarakat manusia yang nyata dan objektif.
35
Para penganut paradigma hukum alam memandang tujuan hukum untuk mewujudkan keadilan.
36
Namun keadilan bukan satu-satunya tujuan hukum melainkan juga bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan welfare state.
37
Ketertiban dalam pandangan Kusumaatmadja merupakan tujuan utama dari hukum termasuk dalam konteks hukum perbankan. Tujuan lain dari hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda ukurannya bergantung pada bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal di lingkungan
masyarakat temapat ia hidup
38
35
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional
, Bandung: Bina Cipta, Tanpa Tahun, hal. 2-3.
hukum perbankan bertujuan untuk membuat adil
36
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Ikhtiar Baru, 1975, hal. 20, Menurut teori etis etische theory, hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani, Aristoteles dalam karyanya Ethica Nicomachea dan Rhetorika
, yang menyatakan bahwa hukum mempunyai tugas suci, yaitu memberi kepada setiap oarang yang ia berhak menerimanya.
37
Mochtar Kusumaatmadja, Loc. cit. Menurut teori utilities utilities theory, hukum bertujuan mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah saja. Hukum bertujuan menjamin adanya
kebahagiaan sebanyak-banyaknya. Teori ini diajarkan oleh Jeremy Bentham tahun 1748-1832, seorang ahli hukum dari Inggris.
38
Ibid, hal. 6-7.
Universitas Sumatera Utara
bagi nasabah dan konsumen bank. Tujuan hukum di Indonesia termaktub dalam Pancasila dan pada alinea IV Pembukaan UUD 1945.
39
Ketiga tujuan hukum tersebut keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan, masing-masing ditempatkan ke dalam ajaran hukum sebagai pandangan legalisme
logische geschlossenheit yang menitikberatkan pada keadilan, pandangan fungsionil functionele rechtsleer yang menitikberatkan pada kemanfaatan dan
pandangan yang kritis gesellschatsgebunden yang menitikberatkan pada kepastian hukum.
Keadilan menurut Plato adalah nilai kebijakan yang paling tertinggi.
40
Keadilan menurut H.L.A. Hart adalah nilai kebajikan yang paling legal atau atribut pribadi habitus animi.
41
Para filosof Yunani memandang bahwa keadilan sebagai suatu kebijakan individual.
42
Makna keadilan yang dikemukakan tersebut pada prinsipnya bertujuan sama bergantung pada sudut pandang masing-masing. Namun
menjadi persoalan adalah ketika terjadi tindakan yang tidak adil unfair prejudice di dalam kehidupan, maka sektor hukum jugalah yang berperan untuk menemukan dan
mengembalikan keadilan yang telah hilang the lost justice inilah yang disebut Aristoteles sebagai keadilan korektif.
43
John Rawls mengolaborasi keadilan dengan mencampur unsur-unsur keadilan menurut Aristoteles dan keadilan yang hilang itu mesti dikembalikan oleh hukum.
39
B. Arief Sidharta, ”Cita Hukum Pancasila”, Lembaran Diktat Kuliah Pascasarjana UNPAD, Bandung, 2003, hal. 1-2.
40
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2007, hal. 92.
41
Ibid.
42
Ibid, hal. 93.
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Hasil kolaborasinya diperoleh secara tajam jika dilakukan maksimum penggunaan barang secara merata dengan memperhatikan kepribadian masing-masing dengan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.
Terpenuhinya hak yang sama terhadap dasar; 2.
Perbedaan ekonomi dan sosial harus diatur sehingga akan terjadi kondisi yang positif yaitu:
a. Terciptanya keuntungan maksimum yang reasonable untuk setiap orang
termasuk bagi setiap yang lemah; b.
Terciptanya kesempatan bagi semua orang.
44
Pandangan John Rawls tersebut sejalan dengan keadilan yang ingin dicapai oleh aliran utilitarian yang menitikberatkan pada kemanfaatan. Jika mesin diukur dari
manfaatnya utility, maka institusi sosial, termasuk institusi hukum pun harus diukur dari manfaatnya. Karena itu, unsur manfaat sebagai kriteria bagi manusia dalam
mematuhi hukum.
45
Teori manfaat yang paling terkenal dikemukakan dari Jeremy Bentham dalam karyanya berjudul “An Introduction to the Principles of Morals and Legislation”.
46
44
Ibid, hal. 94.
45
Ibid, hal. 95.
46
Ian Saphiro, Asas Moral dalam Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia yang bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakart dan Fredom Institusi, 2006, hal. 13,
Jeremy Bentham 1748-1832 , Karyanya Introduction to the Priciples of Morals and Legislation, pertama kali diterbitkan tahun 1789 adalah karya klasik yang menjadi rujukan locus classicus tradisi
utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti “manfaat”. Diktum Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi
sebanyak mungkin orang. Menurut Bentham: Alam telah menempatkan umat manusia di bawah kendali dua kekuasaan, rasa sakit dan rasa senang. Hanya keduanya yang menunjukkan apa yang
seharusnya kita lakukan, dan menentukan apa yang akan kita lakukan. Standar benar dan salah di satu sisi, maupun rantai sebab akibat pada sisi lain, melekat erat pada dua kekuasaan itu. Keduanya
menguasai kita dalam sumua hal yang kita lakukan, dalam semua hal yang kita ucapkan, dalam semua hal yang kita pikirkan : setiap upaya yang kita lakukan agar kita tidak menyerah padanya hanya akan
menguatkan dan meneguhkannya. Dalam kata-kata seorang manusia mungkin akan berpura-pura menolak kekuasaan mereka tapi pada kenyataannya ia akan tetap berada dibawah kekuasaan mereka.
Asas manfaat utilitas mengakui ketidakmampuan ini dan menganggapnya sebagai landasan sistem tersebut, dengan tujuan merajut kebahagiaan melalui tangan nalar dan hukum. Sistem yang mencoba
Universitas Sumatera Utara
Asas manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu atau dengan kata lain
meningkatkan atau melawan kebahagiaan itu sendiri. Sehingga tujuan hukum untuk mencapai kesejahteraan akan tercapai.
47
Teori utilitiarisme berpandangan bahwa kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan kesejahteraan bersama. Perbuatan yang baik
diukur dari hasil yang bermanfaat, jika hasilnya tidak bermanfaat, maka tidak pantas disebut baik.
48
Pengambilan keputusan berdasarkan etika dengan pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya yang dikenal dengan
istilah the greatest good for the greatest number. Semakin bermanfaat akan semakin banyak orang dan perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan adalah
manfaat terbesar sehingga sering disebut dengan aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hasil perbuatan.
49
Teori utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik atau buruk. Baik buruknya kualitas moral suatu perbuatan
bergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan oleh mereka sebagai
untuk mempertanyakannya hanya berurusan dengan kata-kata ketimbang maknanya, dengan dorongan sesaat ketimbang nalar, dengan kegelapan ketimbang terang.
47
Ibid., hal. 14. Lihat juga: Johannes Ibrahim, ”Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.27 No.2, hal. 14. Menyebutkan
teori keutamaan moral yang dikemukakan oleh Adam Smith, keadaan batin yang waspada, jeli, dan sangat hati-hati, selalu penuh perhatian terhadap konsekuensi-konsekuensi yang paling jauh dari setiap
tindakan untuk memperoleh kebaikan yang paling besar dan untuk menghindari kejahatan yang paling besar. Keutamaan ini menyangkut kebijakan yang ditempuh hendaknya tidak saja memperhatikan
kepentingan untuk masa kini, melainkan juga konsekuensi-konsekuensi jangka panjang dari tindakan yang ditempuh.
48
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisus, 2000, hal. 67.
49
Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2007, hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
pengemban amanah atau orang-orang yang dipercaya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar, artinya paling memajukan kemakmuran,
kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya, jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya,
maka perbuatan itu dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan di sini menentukan seluruh kualitas moral.
50
Prinsip utilitarian menganggap suatu tindakan menjadi benar jika jumlah total manfaat yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah manfaat total
yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dilakukan. Penelantaran para penyandang cacat, eksploitasi kaum minoritas yang rentan, ketidakotentikan, dan hilangnya
otonomi adalah bahaya-bahaya yang ditentang utilitarianisme ini.
51
Utilitarisme ini tidak bisa dimengerti dengan cara egoistis. Sebab kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari
jumlah orang terbesar atau perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Masalahnya adalah mengapa
dalam pengambilan keputusan bisnis dari otoritas suatu lembaga misalkan otoritas pengawas perbankan merupakan tanggung jawab moral induvidu dari orang-orang
yang dipercaya? Jika dijawab melalui teori utilitarisme, karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan masyarakat khususnya
nasabah atau konsumen bank. Jawaban ini dapat diterima untuk menciptakan suatu
50
K. Bertens, Loc. cit.
51
Ian Saphiro, Op.cit., hal. 24. Lihat juga: W. Stark, ed, Jeremy Bentham’s Economic Writings
, London : George Allen Unwin, 1954, hal. 113.
Universitas Sumatera Utara
konsep yang sering disebut sebagai upaya pembangunan berkelanjutan sustainable development
.
52
Prinsip keadilan utilitarisme adalah menekankan kebijaksanaan yang masuk akal untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama.
53
Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika sesuai dengan pemikiran ekonomis. Misalnya, teori ini cukup dekat dengan analisis biaya manfaat
cost benefit analysis yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang dimaksudkan utilitarisme seperti menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet
dalam konteks bisnis.
54
John Stuart Mill melakukan revisi dan mengembangkan lebih lanjut teori ini. Dalam bukunya Utilitarianism yang diterbitkan pada tahun 1861, John Stuart Mill
mengasumsikan bahwa pengejaran manfaat bagi masyarakat adalah sasaran aktivitas moral individual. John Stuart Mill mempostulatkan suatu nilai tertinggi kebahagiaan
yakni kesenangan heterogin dalam berbagai bidang kehidupan. Semua pilihan dapat dievaluasi dengan mereduksi kepentingan yang dipertaruhkan sehubungan dengan
kontribusinya bagi kebahagiaan individual yang tahan lama. Kriteria utilitas Ukuran utilitarisme menambahkan kuantitas keuntungan yang
dihasilkan oleh suatu tindakan dan menguranginya dengan jumlah kerugian dari tindakan, selanjutnya menentukan tindakan mana yang menghasilkan keuntungan
paling besar atau biaya yang paling kecil. Teori utilitarisme tentang hukum moral berbanding terbalik atau suatu bentuk penolakan keras terhadap tindakan aji
mumpung moral hazard dari pengemban amanah.
52
K. Bertens, Op. cit, hal. 66.
53
John Rawls, A theory of Justice, London: Harvard University Press, 1971, hal. 23-24.
54
K. Bertens, Op. cit, hal. 66-67.
Universitas Sumatera Utara
menurutnya harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual yang lebih awet atau resisten sebagai hasil yang diinginkan yakni kebahagiaan.
55
Tindakan harus menciptakan manfaat yang positif untuk bisnis. Baik bermanfaat untuk pelaku bisnis
maupun kepada masyarakat konsumen.
56
Penggunaan teori tujuan hukum sebagaimana dimaksud di atas untuk mencapai keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan yang pada prinsipnya untuk
menjadikan manfaat terbesar bagi masyarakat Indonesia khususnya nasabah dan konsumen bank terkait dengan masalah independensi dan koordinasi antar lembaga-
lembaga perbankan dalam menciptakan perbankan yang sehat semata-mata untuk mencapai tujuan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 4 UU OJK. OJK dibentuk
dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan: a.
Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; b.
Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Tujuan itu dimaksudkan karena bisnis bank merupakan bisnis penuh dengan risiko. Risiko-risiko usaha bank misalnya: risiko kredit credit risk, risiko investasi
55
Gunawan Prasetio, Etika Bisnis, Yogyakarta: Simon Schuster, 1997, hal. 190-192. James Mill 1773-1836 adalah ayah John Stuart Mill seangkatan dan menjadi pengikut Bentham yang
antusias, membesarkan anaknya, John Stuart Mill 1806-1873 dengan mendoktrinnya paham utilitarianisme. Teori Utiliarianisme eudaemonistik yang dipopulerkan oleh John Stuart Mill memiliki
kriteria tindakan utilitarianisme yang berbeda dengan teori utilitarianisme hedonistic yang dipopulerkan oleh Jeremy Bentham yang mempertahankan hasil terakhir haruslah kesenangan
individual atau ketiadaan sakit. Kriteria utilitas hedonistik adalah kesenangan.
56
O.P. Simorangkir, Etika: Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal, 55.
Universitas Sumatera Utara
investment risk, risiko likuiditas liquidty risk, risiko operasional operating risk, risiko penyelewengan fraud risk, risiko fidusia fiduciary risk, risiko tingkat bunga
interest rate risk, risiko solvensi solvency risk, risiko valuta asing foreign currency risk
, dan risiko persaingan competitive risk.
57
Risiko-risiko itu muncul karena posisi bank sebagai perantara finansial yang dijalankan oleh orang-orang yang dipercaya atau sebagai pengemban amanah, di
mana bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
58
57
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 299-302. Risiko kredit credit risk adalah risiko akibat ketidakmampuan nasabah debitor
mengembalikan pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Risiko investasi investment risk adalah risiko yang berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat penurunan nilai pokok portofolio surat-surat berharga yang dimiliki bank misalnya obligasi atau surat berharga lainnya. Risiko likuiditas liquidty risk
adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebuhutan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permohonan kredit dan semua penarikan dana oleh nasabah penyimpan pada suatu
waktu. Risiko operasional operating risk adalah risiko berkenaan dengan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank disebabkan karena penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
operasional bank dan kegagalan atas jasa serta produk baru yang diperkenalkan. Risiko penyelewengan fraud risk adalah risiko yang berkaitan dengan kerugian yang mungkin terjadi akibat ketidakjujuran,
penipuan, kebejatan moral, perilaku tidak terpuji dari pejabat, karyawan, dan nasabah bank. Risiko fidusia fiduciary risk adalah risiko yang mungkin timbul apabila bank memberikan jasa dengan
bertindak sebagai wali amanat, baik untuk pribadi maupun badan usaha. Risiko tingkat bunga interest rate risk
adalah risiko yang kemungkinan timbul akibat berubahnya tingkat bunga sehingga akan menurunkan nilai pasar surat-surat berharga yang terjadi pada saat bank membutuhkan likuiditas.
Risiko solvensi solvency risk adalah risiko yang terjadi disebabkan oleh ruginya beberapa aset yang pada gilirannya menurunkan posisi modal bank. Risiko valuta asing foreign currency risk adalah
risiko yang dihadapi oleh bank devisa yang melakukan transaksi berkaitan dengan valuta asing, baik dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva. Risiko persaingan competitive risk adalah risiko yang
berkemungkinan timbul disebabkan karena jenis produk-produk yang ditawarkan bank seluruhnya berisfat homogen sehingga persaingan antar bank lebih berfokus pada kemampuan bank memberikan
pelayanan kepada nasabah secara proporsional dan paling baik.
58
Pasal 1 angka 2 UU No.7 Tahun 1992 junto UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan UU Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga fungsi bank dikategorikan sebagai perantara intermediation dan fungsi sebagai penyalur transmission.
59
Dalam dunia perbankan, termasuk di dalamnya OJK, pihak pengelola sistem tersebut adalah pemegang amanah fiduciary harus berperilaku sebagaimana
layaknya pemegang kepercayaan. Gubernur Bank Sentral, Dewan Komisioner OJK dan LPS, Kemenkeu, Komisaris, dan Direksi menempati posisi sebagai fiducia dalam
pengelolaan sistem perbankan di Indonesia dan mekanisme hubungannya harus secara fair. Perundang-undangan di bidang perbankan harus diterapkan untuk
mencapai tujuan hukum yang semata-mata untuk mencapai ketertiban, keadilan, kesejahteraan berdasarkan manfaat yang terbesar bagi semua orang.
Fiduciary duty adalah suatu teori tentang penerapan kewajiban yang telah
ditetapkan dalam undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan orang lain berkenaan dengan kepentingan pribadi orang lain yang diurus oleh pribadi lainnya
sifatnya hanya hubungan atasan dan bawahan untuk sesaat. Posisi orang-orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakan amanah berdasarkan suatu standar dari
kewajiban standard of duty yang paling tinggi sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dinyatakan oleh hukum. Seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil
trustee harus didasarkan pada kepercayaan dan kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi, ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, dan
keterusterangan candor. Hubungan dalam fiduciary seperti pengurus atau pengelola,
59
Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
pengawas, wakil atau wali, dan pelindung guardian, termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya.
60
Orang yang memegang kepercayaan secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya. Hubungan pemegang kepercayaan tersebut
harus didasarkan kepada standar perilaku yang tinggi.
61
Menurut Benyamin N. Cardoza, seseorang yang memiliki tugas kepercayaan manakala seseorang itu memiliki kapasitas. Bisnis yang ditransaksikannya atau
uangdana yang dikelolanya bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik dan untuk kepentingan orang banyak dan orang banyak tersebut
memiliki kepercayaan yang besar great trust kepadanya. Hal ini mengingat bahwa
bank adalah lembaga yang menyimpan dana yang dipercayakan masyarakat kepadanya, sehingga perbuatan yang dapat mengakibatkan rusaknya kepercayaan
masyarakat kepada bank, pada dasarnya juga akan merugikan bank maupun masyarakat khususnya nasabah atau konsumen bank.
62
Hubungan antara orang yang dipercaya dengan orang yang mempercayai dalam mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis terjalin dalam suatu
60
Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari: Tanggung Jawab Pengurus Bank
dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan
, diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 4-5.
61
Ibid, hal. 5.
62
Benyamin N. Cardoza, dalam Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia
, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 31 dan hal 32.
Universitas Sumatera Utara
hubungan fiducia.
63
Teori trust lebih utuh dari teori fiduciary duty sebab trust memfokuskan kepercayaan segala-galanya atau semuanya sedangkan fiduciary duty
ada pembatasan kepercayaan misalnya Direksi secara hukum dapat terlepas dari segala tuntutan sebab berkaitan dengan tanggung jawab di luar kewenangannya yang
disebut dengan judgment rule sedangkan dalam trust, kepercayaan dibebankan sepenuhnya tanpa dibatasi. Teori kepercayaan awalnya dari model trust yang
kemudian trust ini dibatasi dalam model fiducairy duty, sehingga kedua teori ini sebagai dasar dalam menerapkan prinsip kepercayaan. Walaupun keduanya berbeda
namun keduanya tetap dibebankan kepedulian care, loyal loyality, itikad baik good faith, kejujuran honesty, keterampilan skill dalam derajat atau standar yang
tinggi.
64
Sehingga dapat disebut bahwa pihak-pihak seperti Kemenkeu Republik Indonesia, Dewan Gubernur Bank Indonesia, Dewan Komisioner OJK, dan Dewan
Komisioner LPS termasuk dalam kategori orang atau pihak yang dipercaya dan yang paling tertinggi kepercayaan itu dipegang olehnya trustee sedangkan masyarakat
yang menyimpan dana melalui bank masuk dalam kategori sebagai beneficiary atau orang yang mempercayai kepengurusan atau pengelolaan dana tersebut.
Teori fiduciary duty penting untuk diterapkan dalam dunia perbankan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat, mustahil suatu bank mampu menjalankan kegiatan
usahanya dengan baik. Tidaklah berlebihan apabila di dunia perbankan harus
63
Ibid, hal. 33.
64
Ibid, hal. 33-34.
Universitas Sumatera Utara
sedemikian rupa menjaga kepercayaan masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat, terutama kepentingan nasabah dari bank
yang bersangkutan melalui penerapan independensi dan koordinasi antar lembaga berlandaskan teori-teori yang dikemukakan di atas. Dalam menghindari terjadinya
ketidakpercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, maka perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, mutlak
diperlukan regulasi dan atau melakukan pengawasan terhadap sistem perbankan agar tercita sistem perbankan yang sehat. Teori-teori di atas digunakan berkenaan dengan
permasalahan menyangkut krisis otoritas dalam dunia perbankan. Perbankan adalah suatu sistem kelembagaan yang tidak terpisahkan dari
sistem pengawasan. Sebab dana-dana yang dikelola dalam sistem perbankan adalah dana-dana yang bersumber dari masyarakat. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat,
mustahil suatu bank mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Tidaklah berlebihan apabila di dunia perbankan harus sedemikian rupa dijaga kepercayaan
masyarakat itu dengan memberikan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat khususnya nasabah dan konsumen bank yang bersangkutan.
65
Perlindungan bagi masayarakat khususnya nasabah dan konsumen bank untuk mewaspadai kerugian terhadap perekonomian nasional dapat dilakukan melalui
sistem pengawasan sebagaimana yang diperankan oleh Lembaga OJK menurut UU OJK. Tujuan dibentuknya Lembaga OJK agar keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan khususnya sektor perbankan terselenggara secara teratur, adil, transparan,
65
Chatamarrasjid Ais, Op. cit, hal. 144.
Universitas Sumatera Utara
akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan nasabahkonsumen dan masyarakat.
2. Landasan Konsepsional