BAB III HUBUNGAN KOORDINASI ANTARA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
JASA KEUANGAN DENGAN GUBERNUR BANK INDONESIA
A. Keberhasilan dan Kegagalan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan di Beberapa Negara
Salah satu maksud dibentuknya OJK menurut UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK UU OJK adalah untuk membentuk penyeragaman kultur antara BI dan OJK
agar menjadi kultur baru dalam pengaturan dan pengawasan perbankan. Tentu untuk menciptakan kultur baru tersebut, koordinasi yang baik adalah kunci utama
keberhasilan, jika tidak didukung dengan koordinasi tersebut akan berakibat pada kegagalan lembaga dimaksud.
Sebagai contoh dari kegagalan lembaga pengawasan jasa keuangan seperti di Inggris, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang memiliki lembaga serupa
OJK mengalami kegagalan disebabkan karena tingginya ego sektoral dan perbedaan kultur yang sulit dipadukan. Sama seperti OJK di Indonesia, OJK pada negara-negara
ini mengawasi industri jasa keuangan di negaranya terdiri dari beberapa bagian, seperti perbankan, asuransi, pasar modal dan Bank Sentral.
108
Belajar dari kasus yang terjadi di Inggris ketika Northern Rock Bank, ditangani dan diawasi oleh Financial Service Authority FSA semacam OJK di
dnegan judul “Perbanas Kritik Iuran Pengawasan Perbankan di OJK”. Sigit Pramono adalah Ketua Umum Perbanas.
108
Ryan Kiryanto Chief Economist Bank Negara Indonesia, “OJK Bisa Sukses Jika Ada Koordinasi yang Baik”, http:pialangnews.comread-news-4-12-1441-ojk-bisa-sukses-jika-ada-
koordinasi-yang-baik.pialang.news, diakses tanggal 13 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
Inggris akhirnya kolaps dan dibailout oleh Bank of England BOE
109
. Penyebabnya, Bank Sentral Inggris tidak pernah tahu tentang pengelolaan keuangan Northern Rock
Bank yang terlalu berani melakukan ekspansi pengucuran kredit, akhirnya dipaksa oleh BOE untuk mengambil keputusan sulit ketika kasus tersebut dilimpahkan oleh
FSA ke BOE untuk diselamatkan. Akhirnya BOE justru kembali diberikan kewenangan dan tanggung jawab pengawasan perbankan dan industri keuangan yang
lebih luas yang semula berada di FSA Inggris, yang dinilai telah gagal melakukan pengawasan terhadap kasus Northern Rock Bank. Ego sektoral antara BOE dan FSA
ketika menangani persoalan Northern Rock Bank dan perbedaan kultur antara kedua lembaga ini memposisikan dirinya lebih unggul, sehingga koordinasi terabaikan.
110
109
Bank of England BOE adalah Bank Sentral Inggris.
110
Muslimin Anwar, Dosen Fakultas Ekonomi UI, Lihat di: http:si- andri.blogspot.com201205otoritas-jasa-keuangan-ojk_25.html, diakses tanggal 8 Agustus 2012.
Lihat juga di: http:analisis.news.viva.co.idnewsread292622-menggagas-ojk--pelajaran-dari-inggris, diakses tanggal 8 Agustus 2012. Pada tanggal 20 Mei 1997, the Chancellor of the Exchequer atau
Menteri Keuangan Inggris yang baru diangkat, Gordon Brown, mengumumkan perlunya program reformasi total dalam pengaturan sektor jasa keuangan di Inggris. Gordon Brown menghendaki hanya
satu otoritas bertanggung jawab atas seluruh peraturan terkait pedoman bisnis dan kehati-hatian dalam berusaha bagi seluruh sektor jasa keuangan di Inggris. Gordon Brown meminta Sir Andrew McLeod
Brooks Large, Kepala Badan Investasi dan Surat-surat Berharga the Securities and Investments Board
, untuk menyiapkan sebuah proposal mewujudkan rencana pembentukan lembaga super power yang dimaksud. Hingga pada Juli 1997, Sir Andrew McLeod Brooks Large bekerjasama dengan
Deputi Gubernur Bidang Pengawasan Perbankan Bank of England BOE, Sir Howard Davies, serta dibantu sejumlah pejabat dan pegawai dari berbagai regulator terkait, berhasil menyelesaikan proposal
tersebut. Tiga bulan kemudian, pada Oktober 1997, secara resmi OJK Inggris berdiri, namanya Financial Services Authority
FSA. Pada tanggal 1 Juni 1998, FSA secara resmi mengambil alih tanggung jawab Bank Sentral mengawasi perbankan Inggris. Selepas Sir Howard Davies meletakkan
jabatannya sebagai Kepala FSA pada tahun 2003, OJK Inggris ini tidak lagi dipimpin oleh mereka yang memiliki latar belakang pengetahuan, dan pengalaman di bidang pengawasan sektor keuangan.
Misalnya, penerus Davies adalah Sir Callum McCarthy, yang menjadi Kepala FSA pada tahun 2003- 2008. Mc Carthy sebelumnya adalah Dirjen Pengaturan Gas Director General of the gas regulator
Ofgas
dan Kepala Eksekutif Regulator Energi Baru Chief Executive of new energy super-regulator Ofgem
. Pengganti Mc Carthy juga sama. Ketika krisis subprime mortgage menimpa Amerika Serikat, dan berimbas ke Eropa, OJK Inggris malah dipimpin Adair Turner sampai saat ini. Sebelumnya Turner
menjabat ketua Komite Perubahan Iklim Chair of the Climate Change Committee Inggris, lembaga yang kurang atau mungkin tidak terkait dengan tugas mengawasi sektor jasa keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa lemahnya koordinasi dalam membuat pengaturan dan melakukan pengawasan sektor perbankan juga terjadi di Amerika Serikat di mana Bank Sentral
Amerika, Federal Reserve The Fed, diberikan kewenangan yang lebih luas setelah kegagalan pasar finansial di tahun 2008. Kegagalan di sektor finansial yang terjadi di
Amerika Serikat tahun 2008 tersebut secara cepat mengalir dan menyebar pada sistem keuangan global. Krisis ini diakibatkan oleh tidak mampunya otoritas jasa keuangan
Amerika Serikat dalam mengidentifikasi potensi macetnya kredit perumahan berkualitas rendah subprime mortgage.
111
Lembaga pengawas jasa keuangan atau otoritas jasa keuangan di Amerika Serikat, Financial Industry Regulatory Authority FINRA, tidak berhasil
menjalankan pengawasannya terhadap bank dan tidak mampu mencegah praktik- praktik bank yang kurang hati-hati. Penilaian kegagalan otoritas jasa keuangan
Amerika Serikat diberikan oleh unit audit internal Bank Sentral Amerika Serikat, Office of Inspector General
, yang menilai lemahnya pengawasan terhadap Midwest Bank
, yang akhirnya ditutup pada bulan Mei 2010 karena telah menyebabkan beban kerugian bagi Federal Deposit Insurance Company FDIC semacam LPS senilai
US. 200.000.000 dua ratus juta dollar AS.
112
111
Fadil Abidin, “Menyoal Peran OJK”, http:fadilabidin08.blogspot.com201111menyoal- peran-otoritas-jasa-keuangan.html, diakses tanggal 15 Juni 2012.
Otoritas pengawasan perbankan
112
http:luar-negeri.kompasiana.com20110802ojk-dan-skandal-korupsinya-di-korea- selatan, Op. cit.
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat gagal menjalankan tugasnya yang terbukti dengan krisis tahun 2008.
113
Sementara lembaga serupa OJK, Financial Supervisory Service FSS di Korea Selatan juga mengalami kegagalan yang sama. Padahal misi FSS dibentuk
untuk menyehatkan industri perbankan di Korea Selatan yang terjadi ketika krisis 1998 yang kemudian FSS dibentuk tahun 1999. FSS pada prinsipnya harus
berkoordinasi dengan Bank of Korea Bank Sentral Korea.
114
113
A. Prasetyantoko, Bencana Financial, Stabilitas Sebagai Barang Publik, Jakarta: Kompas 2008, hal. 11-12. Lihat juga: Bambang Soesatyo, Skandal Gila Bank Century, Mengungkap Yang Tak
Terungkap Skandal Keuangan Terbesar Pasca Reformasi , Jakarta: Ufuk Publishing House, 2010,
hal. 106. Lihat juga: Sawidji Widoatmodjo, Mencari Kebenaran Objektif Dampak Sistemik Bank Century, Kajian Teoritis dan Empiris
, Jakarta: Alex Media Komputindo, 2010, hal. 1-2. Lihat juga: Didit Aditia Pengamat Ekonomi dan Perbankan, “OJK, Sebuah Optimisme”,
http:www.politikindonesia.comindex.php?k=pendapati=32510-OJK,-Sebuah-Optimisme-, diakses tanggal 16 Juni 2012. Peningkatan risiko resesi ekonomi pada perekonomian Amerika Serikat terjadi
pada tahun 2007 ditandai dengan tumbangnya perusahaan-perusahaan keuangan besar seperti Lehman Brothers Holdings Inc
yang dinyatakan bangkrut dan beberapa perusahaan lainnya Lehman Merrill Lynch
, American International Group mengalami kesulitan likuiditas, sehingga di akhir tahun 2007. Penyebabnya adalah terjadinya krisis di pasar finansial Amerika Serikat yang bersumber dari masalah
subprime mortgage . Krisis di pasar finansial tersebut berdampak pada dunia perbankan Amerika
Serikat di tahun 2008. Pemerintah Amerika Serikat melakukan bailout terhadap Citigroup sebagai salah satu bank terbesar di Amerika Serikat. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan eksistensi Bank
Sentral di Amerika Serikat pada waktu itu. Pemerintah meminta pertanggungjawaban Gubernur Bank Sentral Negara Federal Reserve Bank, Alan Greenspan, untuk menjelaskan posisinya dalam
mengambil kebijaksanaannya yang menimbulkan krisis ekonomi global tahun 2008 tersebut. Kerugian pada sejumlah lembaga finansial besar tercatat di pasar modal, mengubah krisis sektor perumahan
menjalar menjadi sentimen negatif terhadap industri pasar modal finansial. Kecemasan pun terus menjalar, terkait penurunan daya serap pasar terbesar Amerika Serikat. Bahkan dampaknya menjalar
menjadi sentimen buruk ke belahan dunia lainnya.
Prinsip kerjasama antara FSS dengan Bank of Korea dilakukan melalui koordinasi, namun koordinasi
itu disalahgunakan untuk berbuat praktik suap-menyuap atau korupsi yang melibatkan petinggi-petinggi di lembaga FSS tersebut. Pemerintah Korea Selatan
akhirnya mengembalikan kewenangan dan tanggung jawab pengaturan dan
114
Ryan Kiryanto Chief Economist Bank Negara Indonesia, “Hormonisasi Koordinasi Perlu Direalisasikan Dalam OJK”, http:www.depkeu.go.idindDataBeritabr_240512_12.htm, diakses
tanggal 13 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
pengawasan di sektor perbankan Korea Selatan kepada Bank of Korea secara keseluruhan.
115
Pengalaman negara Jepang dalam menerapkan FSA suatu lembaga semacam OJK, pada saat industri perbankan Jepang masih bermasalah. Ternyata ketika
dibentuk FSA di Jepang tidak membuat industri perbankan Jepang menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kebangkrutan Long Term Credit Bank dan Nippon
Credit Bank , dua bank besar di Jepang yang terbukti merekayasa pembukuannya dan
diketahui pula ternyata terindikasi kecurangan fraud dalam koordinasi antara FSA dengan Bank Sentral turut memperburuk sistim pengawasan industri perbankan
Jepang misalnya dalam kasus Ishikawa Bank dan masalah kredit macet.
116
Berdasarkan pengalaman dari beberapa lembaga pengawasan jasa keuangan tersebut di atas, bukan hal mudah mewujudkan lembaga pengawasan perbankan yang
tangguh sekalipun di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Korena Selatan jika tidak didukung dengan koordinasi yang kuat antar lembaga
pengawas khususnya antara Bank Sentral dengan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan. Muliaman Darmansyah Hadad, juga mengakui kegagalan negara-negara
tersebut disebabkan oleh koordinasinya yang gagal.
117
Kegagalan menjalankan tugas, khususnya di bidang pengawasan sektor perbankan di Inggris, Amerika Serikat, dan Korea Selatan sebagaimana di atas,
115
http:luar-negeri.kompasiana.com20110802ojk-dan-skandal-korupsinya-di-korea- selatan, Op. cit.
116
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Jakarta: BooksTerrace Library, 2005, hal. 148.
117
http:berita.plasa.msn.combisnisantaramuliaman-jangan-ulangi-kegagalan-ojk-negara- lain, diakses tanggal 11 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara
merupakan sebahagian kecil dari contoh yang ada di dunia. Akan tetapi di samping itu, Negara yang tergolong berhasil menerapkan lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan semacam OJK adalah negara Australia.
118
Tidak ada satupun pola pengawasan industri keuangan yang universal bagi seluruh negara.
119
Itu sebabnya sebahagian besar faktor penentu keberhasilan pengawasan perbankan adalah koordinasi yang baik dan pembentukan kultur baru
serta anti moral hazard para dewan pelaksananya harus diutamakan. Sebagai perbandingan misalnya Australian Prudential Regulation Authority APRA
120
, OJK- nya Australia bersama Bank Sentral, The Reserve Bank of Australia, dinilai yang
paling berhasil menjalankan tugasnya mengawal kesehatan dan daya tahan industri keuangan negaranya termasuk perbankannya. Diketahui bahwa rahasia keberhasilan
APRA karena Dewan Komisioner APRA lebih mengedepankan koordinasi dan tanggung jawab moral di atas segala-galanya.
121
APRA merupakan sebuah lembaga pengembangan kebijakan pengaturan dan pengawasan yang berkaitan dengan keuangan sebagai regulator prudential, termasuk
118
Fuady Rahmany Ketua Bapepam-LK, ”BI OJK Kuatkan Industri Keuangan”, http:www.setjen.depkeu.go.iddatamkeuanganjuli2010filessearchsearchtext.xml, diakses tanggal
17 Juni 2012. Selain Australia, menurut Menkeu masih banyak lembaga seperti OJK di Eropa yang mengalami kegagalan, namun banyak juga yang berjalan dengan baik misalnya: Office of the
Superintendent of financial Institutions OSFI di Kanada, negara-negara skandinavia, dan Jerman
berjalan dengan baik.
119
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan...Loc. cit.
120
Admin Situs Resmi APRA Australia, The Australian Prudential Peraturan Authority APRA, http:www.apra.gov.auPagesdefault.aspx, diakses tanggal 17 Juni 2012. APRA adalah
lembaga otoritas jasa keuangan negara Australia yang mengawasi bank, kredit union, asuransi umum dan reasuransi, asuransi jiwa, industri keuangan dan dana pensiun. APRA didirikan tanggal 1Juni 1998
dan didanai sebagian besar oleh industri yang diawasinya.
121
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pembuatan standar kehati-hatian.
122
Dewan APRA terdiri atas 9 sembilan anggota yang 6 enam diantaranya, termasuk Ketua dan Chief Executive Officer, diangkat
untuk masa kerja sampai 5 lima tahun. Dua anggota ex officio yang ditunjuk oleh Gubernur Reserve Bank of Australia dan satu oleh Ketua Australian Securities and
Investments Commission . Menurut Undang-Undang APRA, Dewan mendelegasikan
beberapa fungsi kepada Chief Executive Officer.
123
Struktur organisasi APRA di Australia ternyata memiliki kesamaan dengan struktur OJK di Indonesia yakni terdiri atas 9 sembilan anggota dan dua diantaranya
berasal dari ex officio yang bertindak sebagai Chief Executive Officer di dalam APRA. Struktur organisasi APRA demikian mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2003,
melalui amandemen Peraturan Prudential Australia Authority Act 1998 Act APRA. Dewan APRA bertemu secara resmi secara bulanan, dan bahkan lebih sering sesuai
kebutuhan untuk membahas dan menyelesaikan kebijakan utama masalah pengawasan dan strategis, serta mengadakan pertemuan dengan manajemen senior
122
http:www.apra.gov.auAboutAPRAPublicationsDocumentsCorporateGovernance.pdf, diakses tanggal 30 Januari 2013. Oleh: Mr. Steve Somogyi, dengan judul: “Corporate Governance”.
Mr. Steve Somogyi diangkat sebagai anggota APRA untuk jangka waktu 3 tiga tahun terhitung sejak bulan September 2003. Mr Somogyi berpengalaman selama 30 tiga puluh tahun dalam pengawasan
jasa keuangan dan industri perawatan kesehatan, termasuk 27 dua puluh tujuh tahun di National Mutual sebagai posisi Chief Manager untuk Selandia Baru, Associate Director - Operasi dan Keuangan
Kepala Eksekutif. Di tahun 1998, beliau pernah menjabat beberapa posisi, termasuk Chief Financial Officer Executive Officer Mayne Nickless Limited dan Kepala CPI Group Limited di Australia.
123
http:www.apra.gov.auAboutAPRADocumentsCorporate20governance.pdf, diakses tanggal 30 Januari 2013.
Universitas Sumatera Utara
APRA setidaknya sekali seminggu untuk pertukarakan informasi tingkat tinggi dalam berbagi keputusan mengenai hal-hal yang lebih rutin pengawasannya.
124
Dewan APRA bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan sistem keuangan di Australia sebagaimana disebut dalam undang-undang Undang-Undang
Otoritas APRA dan Persemakmuran dan Companies Act 1997. Tujuan APRA dalam undang-undang tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 8 dari Undang-Undang
APRA, adalah untuk mengatur badan di sektor keuangan Australia sesuai dengan hukum yang berlaku dan untuk mengembangkan kebijakan yang akan diterapkan
dalam menjalankan peran regulasi sistem keuangan. Dalam melakukan tujuan itu, APRA menyeimbangkan antara keselamatan, efisiensi keuangan, persaingan, dan
netralitas kompetitif.
125
Demikian pula struktur Dewan sejenis OJK di Amerika Serikat dan Jepang juga memiliki unsur ex officio dari pihak eksekutif dan Bank Sentralnya masing-
masing. Dewan FSA di Inggris diatur dan ditunjuk oleh Departemen Keuangan, mayoritas anggota Dewan FSA berasal dari Bank of England sebagai unsur ex
officio .
126
Struktur Dewan FSS di Korea Selatan juga memiliki ex officio dari pemerintah Korea Selatan yang lebih menaruh perhatiannya pada aspek solvency dari
124
Situs Resmi APRA: http:www.apra.gov.auSearchPagesResults.aspx?k=ex20officio, diakses tanggal 30 Januari 2013. Diambil dari kumpulan makalah dan artikel di dalam situs resmi
APRA.
125
http:www.apra.gov.auAboutAPRADocumentsCorporate20governance.pdf, diakses tanggal 30 Januari 2013.
126
Situs Resmi FSA dapat dilihat di: http:www.fsa.gov.ukaboutwhoboard, diakses tanggal 30 Januari 2013.
Universitas Sumatera Utara
lembaga keuangan yang ada dan cenderung mikro perspektif. Korea Selatan kemudian mengembangkan tripartite system yang membagi wewenang kebijakan
terkait dengan sistem keuangan kepada tiga institusi pemerintah, yakni kebijakan ekonomi di bawah Ministry of Strategy and Finance, kebijakan pemeliharaan
stabilitas harga di bawah kendali Bank of Korea bank sentral, dan kebijakan perbankan prudential regulation di bawah kendali Financial Services Commisions
FSC.
127
Memperhatikan faktor dari kegagalan-kegagalan lembaga pengawasan jasa keuangan di berbagai negara-negara sebagaimana disebutkan di atas, disimpulkan
bahwa mengawasi perbankan memang bukan perkara mudah sekalipun di negara maju. Otoritas dituntut menjaga sistem perbankan untuk menjadi sehat, sekaligus
melindungi kepentingan masyarakat khususnya nasabah dan konsumen. Masuknya unsur ex officio merupakan kepentingan politik dari pemerintah untuk dapat
mengintervensi kebijakan di sektor jasa keuangan. Intervensi lembaga pengawas jasa keuangan yang terlalu berlebihan untuk
mencampuri manajemen bank, melalui tindakan-tindakan arogansi, dinilai sebagai faktor kondusif kegagalan. Manajemen bank harus tetap bertanggung jawab penuh
atas bank yang dikelolanya dan demikian pula halnya manajemen pengawas tetap bertanggung jawab sesuai dengan yang ditentukan oleh perundang-undangan tanpa
mengurangi keindependensian kedua lembaga BI dan OJK dapat dipertemukan
127
http:www.infobanknews.com201003inggris-dan-korea-selatan-gagal-terapkan-ojk, diakses tanggal 30 Januari 2013. Oleh: infobank.news.com, “Inggris dan Korea Selatan Gagal
Terapkan OJK”.
Universitas Sumatera Utara
melalui koordinasi dalam batas-batas hubungan kelembagaan yang ditentukan dalam undang-undang.
B. Pembentukan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Di Indonesia