Definisi pelabuhan perikanan Klasifikasi pelabuhan perikanan

2.1.3 Makanan dan tingkah laku ikan lemuru

Pada bulan Juli-September dan Desember-Januari, makanan ikan lemuru yang paling utama adalah diatom sedangkan pada bulan lainnya adalah copepod Noble, 1969 diacu oleh Damarjati, 2001. Sedangkan menurut Burhanudin dan Praseno, 1982 diacu oleh Damarjati, 2001 , makanan utama ikan lemuru adalah fitopankton dan zooplankton. Zooplankton menduduki peringkat paling atas dengan presentase 90,52-90,54, sedangkan fitopalnkton menduduki peringkat kedua dengan presentase 4,46-9,48 dan sisanya yaitu Copepoda dan Decapoda. Ikan ini merupakan ikan yang ada pada saat musim tertentu, artinya ikan ini terdapat sangat banyak saat musim tertentu Subani 1971 diacu oleh Muntoha 1998. Pada saat ini adalah musim paceklik lemuru, sehingga produktivitas ikan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mengalami penurunan. Musim ikan lemuru ini biasanya didahului oleh munculnya ikan-ikan seperti layang, slengseng, sembulak dan lain-lain. Ikan lemuru adalah ikan yang mempunyai sifat hidup secara bergerombol. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil yang cenderung terdapat di permukaan laut ketika malam hari dan masuk kedalam kolom perairan saat siang hari untuk mencari makanannya Hosniyanto, 2003. Ikan lemuru cenderung datang ke daerah pantai untuk bertelur, hal ini dikarenakan salinitas yang rendah yang ada di pantai akan meletakkan telur-telur ikan tersebut di atas perairan. Masa pemijahan ikan-ikan lemuru ini terjadi pada bulan juni-juli dimana tempatnya tidak jauh dari pantai-pantai yang terdapat di daerah sekitar selat Bali. Diperkirakan ikan lemuru memijah pada saat akhir musim hujan Whitehead, 1985 diacu oleh Hosniyanto, 2003.

2.2 Pelabuhan Perikanan

2.2.1 Definisi pelabuhan perikanan

Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan yang disekitarnya terdapat batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan system bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang kegiatan perikanan UU RI No. 45 tentang Perikanan. Menurut Murdiyanto B, 2004 diacu dalam Diniah, 2008 bahwa pelabuhan perikanan pada hakekatnya merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi.

2.2.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan

Pada pengklasifikasian pelabuhan perikanan ini ditekankan pada klasifikasi yang terdapat di Indonesia. Pelabuhan perikanan di Indonesia lebih diklasifikasikan secara administratif menjadi empat tipe berdasarkan pada jenis perikanan yang beroperasi. Selain itu pengklasifikasian ini berdasarkan daya tampung kolam pelabuhan, produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan daerah tujuan pemasarannya. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, maka pelabuhan periakanan diklasifikasikan sebagai berikut : 1 Pelabuhan Perikanan Samudra tipe A 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara tipe B 3 Pelabuhan Perikanan Pantai tipe C 4 Pangkalan Pendaratan Ikan tipe D Indonesia mempunyai 5 PPS, 12 PPN, 51 PPP serta 598 PPI yang tersebar di seluruh kepulauan yang terdapat di Indonesia. Pelabuhan-pelabuhan ini mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat yang terdapat di daerah pelabuhan tersebut dibangun. Disamping jenis pelabuhan tersebut, menurut Peraturan Menteri Perikanan dan Ilmu Kelautan Republik Indonesia No.16 tahun 2006 terdapat beberapa kriteria pelabuhan perikanan yang terdapat di Indonesia. Kriteria ini didasarkan pada kapasitas dan kemampuan menangani kapal yang datang dan pergi, serta letak dan posisisnya. Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria pelabuhan perikanan Kelas Pelabuhan Kriteria PPS ƒ Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas ƒ Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT ƒ Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 3 m. ƒ Mampu menampung sekurangnya-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus ƒ Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor ƒ Terdapat industri perikanan PPN ƒ Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ƒ Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT ƒ Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 3 m. ƒ Mampu menampung sekurangnya-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus ƒ Terdapat industri perikanan PPP ƒ Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut territorial. ƒ Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT ƒ Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 2 m. ƒ Mampu menampung sekurangnya-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus PPI ƒ Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan. ƒ Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT ƒ Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 2 m. ƒ Mampu menampung sekurangnya-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus

2.2.3 Fungsi pelabuhan perikanan