Keragaman, dominansi, kepadatan dan aktivitas Nyamuk Anopheles spp

4.2 Pembahas an Umum

4.2.1 Keragaman, dominansi, kepadatan dan aktivitas Nyamuk Anopheles spp

Pada penelitian di Kelurahan Caile menunjukkan jumlah nyamuk Anopheles spp yang paling banyak tertangkap adalah dengan metode umpan hewan ternak 50,23. Hasil ini sesuai juga dengan hasil penelitian Maloha 2005 yang menemuka n bahwa di Desa Pondok Meja Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, dari empat metode penangkapan nyamuk Anopheles, yang paling banyak tertangkap adalah melalui penangkapan dengan umpan hewan 33,54 diikuti dengan metode umpan orang luar rumah 31,43 dan umpan orang dalam rumah 20,68. Menurut Hadi dan Koesharto 2006, ketertarikan nyamuk kepada hewan disebabkan oleh perangsangan bau zat- zat yang dikeluarkan oleh hewan, terutama oleh CO2 dan beberapa asam amino dan lokalisasi yang dekat pada suhu hangat dan kelembaban. Dalam ha l ini Sigit dan Kesumawati 1988 juga menyatakan adanya satu segi yang cukup penting untuk diperhatikan dan bahkan dikembangkan ke arah aplikasinya, bahwa diantara berbagai jenis nyamuk yang mengisap darah ternak, terdapat jenis-jenis yang merupakan vektor penyakit malaria dan filariasis. Hal ini menimbulkan gagasan untuk menjadikan ternak semacam tameng bagi manusia terhadap serangan nyamuk di malam hari dalam rangka upaya profilaksis melawan malaria. Sejumlah spesies yang sama juga ditemukan pada penelitian di daerah lain tetapi memiliki kesamaan kondisi lingkungan dan habitat dengan Kelurahan Caile. Munif et al. 2007 melaporkan di Desa Langkap Jaya Sukabumi ditemukan empat spesies yang sama dari enam spesies Anopheles spp yang tertangkap yaitu An. barbirostris , An. vagus, An. kochi, dan An. tesselatus. Taviv 2005 juga melaporkan di desa Segara Kembang Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan terdapat empat spesies yang sama dari tujuh spesies yang tertangkap, yaitu An. vagus, An. kochi, An. barbirostris , dan An. nigerrimus. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Barod ji et al. 2007 dalam penelitiannya di Desa Harjosari da n Krande gan Pekalongan Jawa Tengah yang menemuka n tiga spesies yang sama di Kelurahan Caile dari enam spesies Anopheles spp yang tertangkap, yakni An. barbirostris, An. kochi da n An. vagus . Sementara itu hasil penelitian yang sama di Kelurahan Ela-Ela ditemukan oleh Mardiana 2001 yang melaporkan bahwa di daerah pantai Banyuwangi Jawa Timur terdapat empat spesies yaitu An. vagus, An. subpictus, An. barbirostris da n An. indefinitus . Mardiana et al. 2002 juga melaporkan pada daerah pantai di Desa Damas Kabupaten Trenggalek, terdapat tiga dari sembilan spesies yang ditemukan dengan persentase An. vagus, An. barbirostris, An. subpictus yang mencakup 72,98 dari keseluruhan spesies yang tertangkap. Seperti halnya di Kelurahan Caile, dari nilai padat populasi di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, spesies An. vagus tertangkap lebih dominan di kandang sapi dan luar rumah Noor 2002. Barodji et al. 2007 melaporkan dominansi An. vagus di Desa Kandangserang dan Desa Krandegan Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah yang istirahat di kandang dan sekitarnya paling tinggi dari metode penangkapan umpan orang dan istirahat di dinding. Sementara itu hal yang sama terjadi di Kelurahan Ela-ela dilaporkan oleh Garjito et al. 2004 dalam penelitiannya di Desa Sidoa n dan Desa Kasimbar di wilayah Pantai timur Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah yang menemukan lima spesies yaitu An. vagus dengan kelimpahan nisbi 45,22, An. barbirostris 25,22, An. indefinitus 10,91 , An. subpictus 10,70 da n An. tesselatus 5,37, sehingga menjadi spesies yang sangat dominan. Data hasil kegiatan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara nilai kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi spesies di Kelurahan Caile da n Ela- Ela. Nyamuk-nyamuk Anopheles spp yang tinggi kelimpahan nisbinya ternyata memiliki frekuensi spesies yang tinggi pula sehingga dengan demikian merupakan spesies yang dominan. Karena menurut Maloha 2005 kelimpahan nisbi merupakan persentase keberadaan dan kemampuan beradaptasi nyamuk Anopheles spp pada suatu waktu dan tempat, sedangkan frekwensi adalah spesies tertangkap dengan indikator sebaran tersebut dalam suatu kelompok dan dapat disajikan suatu indikator terjadi kontak dengan sumber makanan, da n angka dominansi adalah jumlah spesies yang terbanyak untuk dapat hidup ditempat tersebut. Indikator ini berguna untuk mengetahui kapan puncak kepadatan nyamuk Anopheles sp dan memudahkan pengendaliannya. Pada fluktuasi kepadatan menggigit dalam penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, menunjukkan bahwa dari berbagai metode yang digunakan, kepadatan tertinggi pada semua spesies adalah yang tertangkap menggigit pada hewan atau istirahat di ka ndang. Menurut Munif et al. 2010 keberadaan binatang ternak akan mempengaruhi perilaku nyamuk menggigit orang dan sebaliknya. Karena semakin banyak binatang ternak, kemungkinan nyamuk mengisap darah semakin besar dan menggigit orang semakin kecil. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sutatik dan Soehendro 2008 di daerah perbatasan Kabupaten Tulung Agung dan Kabupaten Trenggalek, yang menyatakan bahwa faktor lingkungan biologis pada pemeliharaan ternak dan tata letak kandang dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk. Tingkat kepadatan dan juga jenis spesies di Kelurahan Ela-Ela ini lebih rendah dibanding dengan Kelurahan Caile. Perbedaan ini kemungkinan juga disebabkan adanya satu metode penangkapan yang tidak dilakukan di Kelurahan Ela-Ela, yakni penangkapan nyamuk dengan metode umpan hewan. Hal yang sama di Kelurahan Ela-Ela ini juga dilaporkan oleh Sarwoko et al. 2010 yang menyatakan kepadatan nyamuk yang tertangkap berbeda-beda berdasarkan keberadaan ternak di Desa Buaran Mayong Kabupaten Jepara. Rata-rata kepadatan tertinggi terdapat di rumah yang memiliki ternak 10-20 m. Kepadatan terendah yang didapatkannya yaitu 3,97 ekor per jam terdapat pada rumah yang tidak memiliki ternak. Rosmini et al. 2010 juga melaporkan bahwa di Desa Toposo Kecamatan Labuan Kabupa ten Donggala, kepada tan spesies An. barbirostris paling tinggi dengan nilai menggigit di dalam dan luar rumah sama 0,09orangjam , di dinding 0,13orangjam dan di kandang 0,63 orangjam. An. nigerrimus ditemuka n menggigit di dalam rumah dengan kepadatan 0,06 orangjam, di dinding 0,13 orang jam dan di kandang 0,5 orangjam. Di Desa Labuan kepadatan An. barbirostris menggigit di dalam dan luar rumah sama 0,06 orangjam, di kandang 7,88kandangjam. An. flavirostris hanya ditemuka n di sekitar kandang dengan kepadatan 0,25 kandangjam. Sekalipun di Kelurahan Ela-Ela tidak dilakukan penangkapan dengan umpan hewan karena tidak adanya ternak, tetapi spesies An. subpictus da n An. vagus yang zoofilik tetap memiliki kepadatan rata-rata tertinggi setelah An. barbirostris selama penelitian 7,21 dan 0,78 di bandingkan dengan An. indefinitus dan An. nigerrimus. Menurut Mardiana dan Perwitasari 2010, spesies An. vagus termasuk nyamuk yag bersifat zoofilik, namun apabila di suatu daerah tidak didapatkan hewan peliharaan maka akan menggigit manusia. Munif et al. 2010 menyatakan spesies vektor sangat adaptif dan cepat mencari mangsa pengganti apabila hospes pilihan tidak dijumpai di lingkungan hidupnya, sehingga populasi vektor menjadi tinggi dari waktu ke waktu yang berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungan antara lain kepadatan penduduk. Kecenderungan yang sama dengan hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini juga dinyataka n oleh Alfiah et al. 2008 dari hasil penelitiannya terhadap pemilihan hospes Anopheles spp menyatakan bahwa keberadaan nyamuk Anopheles vektor malaria dan ditemuka n mengisap darah manusia menunjukkan potensi terjadinya penularan malaria di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Adrial 2009 menyatakan salah satu syarat penentuan vektor malaria selain dari kebiasaan nyamuk mengisap darah manusia, juga ditentukan oleh nilai dominansi kepadatan yang tinggi terhadap spesies Anopheles lainnya. Penularan malaria sebanding dengan kepadatan nyamuk parasitic disease. Juga oleh Dharmawan 1993 dalam Alfiah 2008 menyatakan semakin banyak nyamuk mengisap darah manusia semakin besar pula potensi satu spesies berperan sebagai vektor penyakit malaria disuatu daerah. Aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles spp disetiap daerah tidaklah sama. Hal ini dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan, lingkungan dan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp serta perilaku masyarakat terutama saat beraktivitas pada malam hari saat nyamuk ini mulai mencari darah. Hasil ini yang ditemukan di Kelurahan Caile juga sesuai de ngan hasil penelitian Rosmini et al. 2010 yang melaporkan di Desa Tamarenja Kecamatan Sindue Sulawesi Tengah An. barbirostris mulai menggigit orang di dalam rumah pada jam 20.00-24.00 dengan puncak menggigit pada jam 23.00-24.00. Sedangkan diluar rumah, An. barbirostris ditemukan puncak menggigitnya pada jam 24.00-02.00. Di Desa Sikara Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, An. nigerrimus ditemuka n menggigit di dalam rumah pada pukul 21.00-22.00 dan di luar rumah ditemukan menggigit pada pukul 20.00- 21.00. Rahmawati 2009 juga melaporkan di Desa Lifuleo NTT spesies An. subpictus merupakan jenis dominan kedua setelah An. barbirostris. Spesies An. subpictus ditemukan menggigit sepanjang malam dengan puncak kepadatan menggigit dalam rumah pada pukul 20.00-01.00 dan di luar rumah pukul 22.00-23.00. Spesies An. vagus memiliki puncak kepadatan menggigit yang sama di dalam dan diluar rumah pada pukul 22.00-23.00, sedangkan An. indefinitus memiliki puncak kepadatan di dalam rumah pukul 20.00-21.00 dan diluar rumah pada pukul 24.00- 03.00. Sitorus 2005 melaporkan di Desa Tegal Rejo Kabupaten OKU Timur spesies An. tesselatus mencapai puncak aktifitasnya menggigit manusia di dalam rumah pada pukul 20.00-21.00 dan dengan umpan orang di luar rumah pada pukul 23.00-24.00 dan pukul 03.00-04.00. Hasil yang sesuai dengan penelitian di Kelurahan Ela-Ela juga dinyatakan oleh Garjito et al. 2004 yang melaporkan bahwa di Desa Sidoan Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah spesies An. subpictus juga ditemukan menggigit sepanjang malam dari pukul 18.00-06.00 dengan puncak kepadatan dengan umpan orang luar pada pukul 21.00-22.00 dan pukul 02.00-03.00. dan pada umpan orang dalam pada pukul 22.00-24.00 dan pada pukul 01.00-02.00. Suko wati et al. 2004 melaporkan di daerah Tara-Tara Sulawesi Utara An. barbirostris ditemukan aktif menggigit sepanjang malam dengan dua puncak kepadatan menggigit terhadap orang, pada pukul 23.00-01.00 dan pada pukul 02.00-03.00. Di Flores An. barbirostris juga aktif menggigit sepanjang malam dengan puncak kepadatan menggigit pada pukul 03.00- 04.00. Munif et al. 2008 juga melaporkan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi An. vagus mempunyai puncak kepadatan tertinggi menggigit manusia pada pukul 24.00-01.00 dan pukul 03.00-04.00. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Chadijah 2009 yang menyataka n di Kelurahan Petobo Kota Palu hanya menemukan An. indefinitus pada umpan orang dalam pada pukul 24.00-01.00. Demikian pula di Desa Toposo Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, An. nigerrimus ditemukan menggigit orang di dalam rumah pada pukul 22.00-23.00 dan ditemukan lagi pada pukul 24.00-01.00 Rosmini et al. 2010. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles spp ini sebelum dan sesuda h mengisap darah beristirahat terlebih dahulu di dinding. Hal ini dapat terlihat dari kondisi abdo men nyamuk Anopheles yang tertangkap, ada yang kenyang darah, ada yang kosong dan juga ada yang setengah bunting half gravid Lampiran 3, 8, 13, 18, 25, 31, 35 dan 42. Pada wakt u malam ada nyamuk yang masuk ke dalam rumah hanya untuk mengisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesuda h mengisap darah orang akan beristirahat di dinding Hiswani 2004. Hasil penelitian yang sama dilakukan mengenai bionomik nyamuk vektor di desa Mulyasari yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan kebiasaan nyamuk spesies An. aconitus di desa Mulyasari adalah datang ke rumah sore hari langsung menggigit, istirahat di dinding da n menggigit lalu istirahat lagi Anonim 2002. Penangkapan pada pagi hari untuk mengetahui tempat istirahat sebenarnya dari nyamuk Anopheles spp dalam menyelesaikan siklus gonotropiknya. Penangkapan nyamuk pagi hari di Kelurahan Caile hanya menemukan nyamuk yang beristirahat di luar rumah An. vagus, An. barbirostris da n An. subpictus dengan kondisi abdomen ada yang penuh darah dan ada yang kosong Lampiran 5, 10, 15. Hal ini juga diperkuat pada penangkapan yang dilakukan pada pagi hari di Kelurahan Ela- Ela, spesies An. vagus da n An. subpictus yang tertangkap istirahat diluar rumah dalam keadaan abdomen kenyang darah. Sekalipun untuk memastikan kandungan darah yang sebenarnya di dalam abdo men masih harus melalui uji presipitin, tetapi ketiadaan ternak yang menjadi inang utamanya setidaknya dapat memberikan satu analisis bahwa spesies tersebut mengisap darah orang Lampiran 32, 36, 39. Tempat beristirahat spesies An. barbirostris pada siang hari adalah di alam luar dan hanya sedikit yang ditemukan di dalam rumah sedangkan di pantai utara Pulau Jawa An. subpictus pada pagi hari banyak ditemukan beristirahat di dalam rumah Depkes 2006. Hasil yang sama ditemukan Di Desa Salubarana dan Kadaila Kabupaten Mamuju Sulawesi Selatan sekarang dalam wilayah Sulawesi Barat, Nurdin et al. 2003 melaporka n spesies An. barbirostris mendominasi dan memiliki kebiasaan beriistirahat di dalam dan diluar rumah.

4.2.2 Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan, Suhu