2.3 Status Kerentanan Nyamuk Anopheles spp
Salah satu yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan tidaknya pengendalian vektor adalah kerentanankepekaan vektor terhadap insektisida yang digunakan. Dalam
upaya menunjang pemberantasan penyakit malaria berbasis wilayah, informasi kerentanan vektor terhadap insektisida sangat diperlukan untuk mencapai hasil
memuaskan. Dengan demikian dapat merupakan informasi yang bermanfaat dalam manajemen penggunaan insektisida yang tepat sasaran Widiarti et al. 2003.
Bila insektisida digunakan dalam pengendalian malaria, penting untuk
memantau peruba han tingka t ke rentanan vektor target dari waktu ke wakt u. Uji
kerentanan dilakuka n untuk menentuka n propo rsi da ri pop ulasi vektor yang tahan secara fisiologis terhadap insektisida tertentu
Berkembangnya suatu populasi organisme serangga dari yang semula peka menjadi kurang peka dan akhirnya kebal resisten terhadap pestisida tertentu
merupakan proses seleksi alam. Dalam hal ini individu- individu yang paling kuat dan paling bisa menyesuaikan diri dalam hal ini tahan terhadap insektisida akan tetap
bertahan hidup, sedang individa yang tidak bisa bertahan akan punah. Proses perkembangan itu tidak mudah dijelaskan secara singkat Djojosumarto 2008.
WHO 2003a.
Ketahanan serangga terhadap insektisida bukan fenomena baru. Setelah DDT dan insektisida sintetik organik lainnya digunakan secara luas, laporan mengenai
resistensi hama terhadap insektisida semakin banyak. DDT pertama kali digunakan sekitar tahun 1945, pada tahun 1948 mulai dilaporkan terjadinya resistensi pada
populasi lalat dan nyamuk Untung 2006. Uji kerentanan Anopheles aconitus dari Provinsi Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta pada tahun 2003 terhadap insektisida kelompok piretroid ternyata sudah menunjukkan penurunan kerentanankepekaan, meskipun di beberapa daerah masih
peka terhadap insektisida deltametrin 0,05 100 kematian seperti di Desa Tirip Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dan dari Desa Pendoworedjo
Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo Provinsi DI Yogyakarta. Kepekaan Anopheles aconitus
tehadap permethrin 0,75 dari semua daerah sudah turun dan kematian berkisar antara 86,0- 97,5. Penurunan kerentanan An. aconitus walaupun
masih pada batas toleransi mengindikasikan adanya individu vektor yang resisten. Uji kerentanan An. maculatus di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta pada
tahun 2003 terhadap insektisida kelompok piretroid juga sudah menunjukkan adanya
penurunan kerentanan. Penurunan kerentanan menghasilkan kematian vektor berkisar antara 85-97,5. Walaupun di beberapa tempat masih peka, hal ini memberi
gambaran bahwa adanya variasi kepekaan resisten, toleran yang terjadi di alam Widiarti et al. 2005a.
Pada dasarnya proses terjadinya resistensi serangga terhadap insektisida dipengaruhi oleh sejumlah faktor, pertama adalah faktor genetik; gen pembawa sifat
resisten terhadap pestisida tertentu merupakan sumber pertama terjadinya proses kekebalan. Semakin banyak individu yang membawa gen resisten semakin cepat pula
terjadinya resistensi pada populasi tersebut. Kedua adalah faktor biologi, faktor biologi termasuk perilaku dan sifat biologi lain dari serangga, termasuk jumlah keturunan,
jumlah generasi per tahun, mobilitas, jenis tanaman inang, parthenogenesis dan lain- lain. Dan ketiga adalah faktor operasional, yang terdiri dari jenis pestisida yang
digunakan dan teknik aplikasi pestisida tersebut Djojosumarto 2008. Populasi serangga yang mula- mula rentan dapat berubah menjadi populasi yang
resisten terhadap insektisida karena populasi tersebut mengandung individu yang memiliki gen resisten. Melalui proses seleksi alami, populasi serangga semakin
didominasi oleh populasi yang memiliki gen resisten, sedangkan populasi yang tidak memiliki gen yang dominan akan terbunuh oleh insektisida.
Penyebab resisten yang telah diketahui terlibat dalam mekanisme resistensi suatu serangga terhadap suatu jenis insektisida, meliputi peningkatan detoks ikasi
insektisida karena bekerjanya enzim-enzim tertentu seperti enzim dehidroklorinasi terhadap DDT, enzim mikrosomal oksidase terhadap karbamat, organofos fat,
piretroid, glutation transferase terhadap or ganofos fat, hidrolase dan esterase terhadap or ganofos fat. Juga karena terjadinya penurunan kepekaan tempat sasaran
insektisida pada tubuh serangga seperti asetilkolinerase terhadap or ganofosfat dan karbamat, sistem saraf seperti terhadap DDT. Dan adanya penurunan laju penetrasi
insektisida melalui kulit atau integumentum seperti yang terjadi pada ketahanan terhadap kebanyakan insektisida Untung 2006.
Proses terjadinya penurunan kerentanan nyamuk terhadap insektisida dalam waktu dan frekuensi tertentu terjadi karena penggunaan insektisida baik di rumah
tangga, di lingkungan kesehatan dan juga di bidang pertanian. Insektisida tersebut dapat menimbulkan terjadinya seleksi terhadap populasi nyamuk dewasa yang menjadi
vektor.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seleksi tersebut antara lain adalah, pertama faktor biologi yang terdiri dari unsur biotik yakni pergantian generasi,
perkawinan dan unsur perilaku yaitu migrasi, isolasi, kemampuan menghindar dan kedua faktor genetik yaitu adanya gen-gen yang mengkode enzim yang berperan pada
proses resistensi yang mengakibatkan terjadinya seleksi sehingga muncul strain resisten yang peka dan melahirka n strain baru yang resisten atau menurunkan kerentanan
generasi ba ru nyamuk Anopheles spp terhadap insektisida. Untuk menentukan besar tingkat penurunan kerentanan nyamuk Anopheles spp
dibutuhkan pengujian kerentanan atau pun juga uji secara biokimia untuk menilai tingkat kerentanan tersebut. Hasil penguj ian ini memiliki tiga kriteria yakni rentan,
toleran dan resisten yang berguna untuk membantu penggunaan insektisida secara lebih terencana dalam pengendalian vektor Widiarti et al. 2005b.
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi Penelitian