Status Kerentanan Nyam uk Anopheles spp

Spesies yang zoofilik adalah kelompok serangga yang lebih menyukai hidup berdampingan dengan hewan atau ternak. Serangga dapat hidup dengan hewan karena mendapat habitat yang sesuai untuk berkembangbiak bagi bentuk pradewasanya maupun tahap dewasanya. Pada berbagai spesies kegiatan menggigit dan mengisap darah berbeda menurut umur, waktu dan lingkungan. Demikian pula irama, serangan sehari- hari dapat berubah menurut musim dan suhu. Beberapa spesies memasuki rumah untuk mencari maka n endo fagik dan istirahat di dalam rumah endofilik, sedang spesies lain memasuki rumah hanya untuk makan endofagik dan menghabiskan waktu istirahatnya di luar rumah eksofilik; adapula yang mengisap darah di luar rumah eksofagik dan istirahat juga di luar rumah eksofilik Hadi dan Koesharto 2006.

4.2.3 Status Kerentanan Nyam uk Anopheles spp

Situasi upa ya pe ngenda lian vektor malaria di Kabupaten Bulukumba dari tahun-tahun sebelumnya hingga sekarang belum terlaksana dengan optimal. Untuk pengendalian vektor penyakit lain semisal DBD selama ini digunakan insektisida dari golongan organofosfat dan piretroid sintetik. Pengendalian khusus untuk vektor malaria sendiri terakhir dilakuan pada tahun 2006, sedangkan untuk pencegahan adalah dengan membagikan kelambu berisektisida da n melakuka n pengawasan melalui kegiatan mass blood survey MBS. Umumnya masyarakat menggunakan dengan baik kelambu tersebut dan juga dapat menerima dengan baik adanya kegiatan pemeriksaan darah. Upa ya untuk menurunkan penularan malaria harus menjadi pendekatan yang terpadu, termasuk pengendalian nyamuk larva dan dewasa, modifikasi perilaku menggunakan kelamb u berinsektisida, dan penggunaan pengobatan yang cepat dan efektif Caillouet et al. 2008 Pengenda lian vektor secara kimiawi khususnya pengendalian dengan menggunakan insektisida, baik untuk nyamuk dewasa maupun jentiknya akan merangsang terjadinya seleksi pada nyamuk sasaran. Nyamuk atau jentik yang dapat terbunuh rentan oleh insektisida akan mati, sedangkan yang resisten kebal akan tetap hidup. Jumlah yang hidup ini lama kelamaan akan semakin banyak sehingga terjadilah perkembangan kekebalan pada nyamuk atau jentik terhadap dosis tertentu insektisida. Peristiwa terjadinya kekebalan ini merupakan penghambat utama dalam . melakukan pengendalian vektor menggunakan insektisida. Hambatan ini dirasakan sangat mengganggu keberhasilan upaya pengendalian vektor yang dilakukan, sehingga perlu dilakukan suatu uji untuk mengetahui apakah sudah terjadi kekebalan vektor terhadap insektisida dosis tertentu yang digunakan untuk melakukan pengendalian vektor Kusnadi 2005. Fisiologi kerentanan terhadap insektisida telah didefinisikan sebagai kemampuan populasi serangga untuk mentoleransi takaran suatu jenis insektisida yang akan membuktikan kematian bagi mayoritas dari individu dalam suatu populasi normal dari spesies yang sama. Efektivitas penyemprotan residu dalam ruangan IRS dan kelambu berinsektisida ITNs tergantung antara lain pada proporsi vektor beristirahat pada permukaan yang disemprot dan pada kerentanan vektor terhadap insektisida yang digunakan WHO 2003a. Efikasi biologis piretroid bervariasi, tergantung pada bahan aktif masing- masing. Banyak piretroid yang memiliki efek sebagai racun kontak yang sangat kuat. Beberapa diantaranya adalah tetrametrin, yang memiliki sifat melumpuhkan yang sangat kuat. Senyawa-senyawa yang fotostabil, misalnya sipermetrin dan tau- fluvalinat, juga bertindak sebagai racun perut. Oleh karena sifat lipofiliknya kuat, insektisida piretroid tidak bisa menembus jaringa n tanaman sehingga tidak memiliki sifat sistemik maupun translaminar. Semua piretroid adalah racun yang mempengaruhi saraf serangga racun saraf dengan berbagai macam cara kerja pada susunan saraf sentral dan pada umumnya memiliki spektrum pengendalian yang luas broad spectrum dan efektif terhadap banyak spesies serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, Orthoptera dan Thysanoptera. Namun kebanyakan piretroid tidak aktif terhadap tungau mite, acarinae, kecuali beberapa senyawa seperti fenpropatrin, bifentrin. Piretroid sebagian besar tidak selektif, kecuali tau- fluvalinat yang dapat dikatakan aman terhadap kebanyakan serangga berguna Djojosumarto 2008. Cara kerja piretroid adalah sebagai racun axonik, yaitu beracun terhadap serabut saraf. Mereka terikat pada suatu protein dalam saraf yang dikenal sebagai voltage-gated sodium channel. Pada keadaan normal protein ini membuka untuk memberikan rangsangan pada saraf dan menutup untuk menghentikan sinyal saraf. Piretroid terikat pada gerbang ini dan mencegah penutupan secara normal yang menghasilkan rangsangan saraf berkelanjutan. Hal ini yang mengakibatkan tremor dan gerakan inkordinasi pada serangga yang keracunan Wirawan 2006. Piretroid termasuk lambda sihalotrin mengganggu fungsi normal dari sistem saraf pada suatu organisme. Dengan mengganggu sistem saraf serangga, lambda sihalotrin dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian. Suhu mempengaruhi kelumpuhan serangga dan toks isitas lambda siha lotrin. Lambda sihalotrin mempengaruhi berbagai serangga dalam dan luar ruangan ketika mereka makan atau menyentuh bahan kimia ini NPIC 2001. Deltametrin adalah piretroid yang membunuh serangga melalui kontak dandengan cara terkomsumsi. Secara umum modus aksi dari Deltametrin adalah mempengaruhi aktiitas saraf dengan menunda penutupan saluran natrium. Berspektrum luas yang telah dikaitkan pada toksisitas sistem syaraf pada hewan laboratorium dan manusia CEPA 2000. Tingkat kematian 100 ini dapat dipahami karena kegiatan pengendalian vektor khusus untuk malaria seperti dengan IRS atau fogging di Kabupaten Bulukumba terakhir dilakukan pada tahun 2006 dengan menggunakan insektisida berba han aktif Deltametrin dan setelah itu tak pernah ada lagi sesudahnya Dinkes 2011. Hal ini menjadikan vektor malaria tersebut sangat jarang terpapar dengan insektisida yang dapat menurunkan jumlah populasinya sehingga hasil pengujian menunjukkan nilai yang masih sangat rentan dan belum ada resistensi. Resistensi insektisida sendiri dapat terjadi jika pop ulasi serangga telah mengalami tekanan seleksi insektisida untuk waktu yang sangat lama atau pada tingkat yang sangat sering terpapar. Ada beberapa mekanisme resistensi yang dapat terjadi pada serangga, tetapi yang paling banyak dialami dalam bidang pertanian, medis dan hama perkotaaan adalah peningkatan aktivitas enzim detoksifikasi pada serangga Lee et al. 1999. Peningkatan detoksifikasi insektisida menjadi tidak beracun karena bekerjanya enzim-enzim tertentu seperti enzim mikrosomal oks idase terhadap piretroid Untung 2006. Sekalipun dari hasil wawancara dengan petani di persawahan Kelurahan Caile tentang penggunaan insektisida selama masa tanam pada saat penelitian diperoleh informasi tentang jenis insektisida yang digunakan berbahan aktif lambda sihalotrin, namun berdasarkan data yang terhimpun dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, bahan aktif ini tidak selalu beredar selama masa setahun di Kabupaten Bulukumba September 2010-Agustus 2011. Hal ini berarti penggunaan insektisida berbahan aktif Lambda sihalotrin tidak selalu dipakai dalam memberantas serangga hama atau dapat dikatakan bahwa baik hama di persawahan maupun nyamuk Anopheles tidak terus menerus terpapar dengan insektisida jenis ini. Selain dari adanya penekanan selektif yang berhubungan dengan lama efektifitas insektisida residual effect, adanya perubahan perilaku vektor yang semula endofagik menjadi eksofagik akan mempengaruhi terjadinya percepatan resistensi. Seperti diketahui apabila di lingkungan tersedia ternak, nyamuk akan cenderung mencari sumber darah di kandang ternak daripada di dalam rumah yang telah disemprot dengan insektisida. Jika terjadi hal demikian pemunculan resistensi lambat, karena vektor jarang ko ntak dengan insektisida Widiarti et al. 2005a. Hemingway et al. 1986 menyatakan bahwa penekanan selektif terjadinya resistensi dapat berlangsung pada saat nyamuk berada pada stadium jentik maupun dewasa. Hal ini dapat sejalan dengan keadaan lingkungan pada habitat Anopheles spp di Kelurahan Caile, tidak terlalu seringnya pemakaian insektisida berbahan aktif lambda sihalotrin oleh petani untuk membasmi serangga hama pada tanaman padi dan adanya ternak di sekitar habitat mengindikasikan rendahnya keterpaparan nya muk Anopheles spp baik pada stadium larva dan dewasa terhadap insektisida baik yang digunakan untuk pengendalian hama serangga di sektor pertanian maupun pengendalian vektor malaria di sektor kesehatan, hal ini terlihat pada hasil uji kerentanan nyamuk spesies Anopheles barbirostris terhadap insektisida lambda sihalotrin yang mencapai tingkat mortalitas 100 atau masih dalam kategori rentan dan belum terjadi resistensi. Dari dua hasil uji tersebut, berarti insektisida berbahan aktif deltametrin 0.05. dan Lambda sihalotrin 0,05 masih efektif digunakan dalam pengendalian vektor malaria khususnya terhadap dua spesies Anopheles spp yakni An. subpictus dan An. barbirostris yang telah dikonfirmasi sebagai vektor penyakit malaria di Provinsi Sulawesi Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan, dalam penggunaan insektida untuk pengendalian serangga hama padi atau pertanian dan juga untuk pengendalian nyamuk vektor malaria agar selalu dapat dikoordinasikan antara instansi di bidang pertanian dan kesehatan demi memperpanjang efektifitas pengggunaan insektisida guna menjaga status kerentanan nyamuk Anopheles spp pada tingkatan yang dapat menekan serendah mungkin penularan penyakit malaria dan juga untuk mencegah lebih cepatnya terjadi resistensi pada hama atau nyamuk vektor. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu :