Rezim pengelolaan perikanan MEY Rezim pengelolaan perikanan MSY

52 Berdasarkan Tabel 6, upaya penangkapan ikan swanggi pada rezim open access sebanyak 135 trip per tahun. Besarnya upaya penangkapan pada rezim open access dikarenakan sifat dari rezim ini adalah setiap orang boleh melakukan penangkapan di perairan Indonesia termasuk Selat Sunda. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi suatu sumberdaya. Gordon 1954 menyatakan bahwa tangkap lebih secara ekonomi akan terjadi pada pengelolaan sumberdaya perikanan yang tidak terkontrol. Keuntungan yang diperoleh pada rezim open access bernilai nol karena TR=TC, artinya apabila sumberdaya ikan swanggi di Selat Sunda dibiarkan terbuka untuk setiap orang maka persaingan pada kondisi ini menjadi tidak terbatas dan menimbulkan resiko bagi nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan dalam kondisi persaingan yang ketat, upaya penangkapan telah mencapai keseimbangan open access. Kondisi seperti ini juga menyebabkan nelayan untuk mengembangkan upaya penangkapannya untuk mendapatkan hasil tangkapan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya nilai effort pada kondisi open access. Menurut Gordon 1954, pada tingkat TR=TC akan tercipta suatu keseimbangan usaha perikanan swanggi, dimana kekuatan ekonomi yang mempengaruhi nelayan dan kekuatan produktivitas biologi menyangkut sumberdaya stabil keseimbangan bioekonomi.

4.2.8. Rezim pengelolaan perikanan MEY

Berdasarkan Tabel 6, hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa upaya yang dibutuhkan jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi open access yaitu sebesar 67 trip per tahun. Nilai upaya penangkapan tersebut dapat menghasilkan tangkapan sebesar 95,520.68 kg per tahun. Pada kondisi MEY dan MSY, rente ekonomi yang diperoleh merupakan yang tertinggi dibandingkan pengelolaan open access yaitu sebesar Rp 1,015,318,267 per tahun. Pencegahan terhadap terjadinya alokasi yang tidak tepat dari sumberdaya alam karena kelebihan tenaga kerja ataupun modal dapat dicegah pada kondisi MEY. Total penerimaan yang diperoleh pada kondisi MEY lebih besar dari total pengeluaran sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar. Penggunaan effort yang lebih kecil dibandingkan rezim open access dan MEY menunjukkan 53 bahwa rezim MEY terlihat lebih efisien dan ramah terhadap sumberdaya perikanan, sehingga rezim ini berperan penting dalam menentukan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya lestari maupun ekonomi. Kondisi aktual pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sumberdaya ikan swanggi sudah mengalami economic overfishing karena upaya pada kondisi aktual sudah melewati kondisi upaya pada kondisi MEY. Hasil perhitungan upaya penangkapan pada tingkat MEY hampir mendekati MSY, namun keduanya mengalami pembulatan ke atas sehingga bernilai sama. Hal tersebut disebabkan oleh ikan swanggi yang bukan merupakan target utama penangkapan cantrang dan jaring rampus namun memiliki harga yang sama tingginya dengan tangkapan utama yaitu ikan kurisi. Selain itu penggunaan model Algoritma Fox yang bersifat non-linear pada penentuan parameter biologi juga dapat mempengaruhi nilai tersebut.

4.2.9. Rezim pengelolaan perikanan MSY

Apabila dilihat berdasarkan rente ekonomi, nilai rente ekonomi rezim MEY sama dengan rezim MSY, begitu pula dengan hasil tangkapan pada rezim MSY sama bila dibandingkan dengan nilai hasil tangkapan MEY. Hal ini menunjukkan bahwa pada rezim MEY maupun MSY, walaupun dengan upaya penangkapan yang kecil namun tetap menghasilkan hasil tangkapan yang besar dengan rente ekonomi yang lebih besar pula. Dampak eksploitasi pun dapat diminimalkan dengan penerapan upaya yang lebih kecil dan efektif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa untuk kondisi perikanan swanggi di Labua, rezim MSY juga merupakan kondisi pengelolaan yang efisien seperti kondisi pengelolaan MEY. Kondisi aktual pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sumberdaya ikan swanggi sudah mengalami biological overfishing karena upaya pada kondisi aktual sudah melewati MSY. Menurut Widodo Suadi 2006, biological overfishing terjadi ketika tingkat upaya penangkapan melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan hasil tangkapan MSY. Jumlah upaya penangkapan pada kondisi aktual adalah 80 trip per tahun sudah melebihi batas upaya penangkapan MSY senilai 67 trip per tahun. Jumlah tangkapan aktual sebesar 6,806.30 kg per tahun sedikit apabila dibandingkan dengan hasil tangkapan lestari MSY senilai 95,520.68 54 kg per tahun. Murdiyanto 2004 in Taeran 2007 mengatakan bahwa tingkat pemanfaatan yang melebihi nilai MSY akan menyebabkan menurunnya TPSU.

4.2.10. Implikasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan swanggi