Tingkat, bentuk atau tipe pengelolaan kolaboratif co-management yang diacu berdasarkan hirarki yang digambarkan oleh Nikijuluw 2002, dalam
gambar 4 berikut :
Gambar 4 Level hierarki co-management Nikijuluw 2002
Gambar 5 Arah kerja co-management Borrini-Feyerabend 1996 Gambar 5 mengilustrasikan wilayah pengelolaan kolaboratif yang berada
diantara manajemen di bawah kontrol penuh pemerintah dan di bawah kendali penuh masyarakat, sehingga arah kerja co-management mencakup berbagai cara
dengan menerapkan manajemen kerjasama yang adaptif, mulai dari konsultasi aktif, mencari konsensus, negosiasi, sharing otoritas dan tanggung jawab serta
transfer otoritas dan tanggung jawab.
Kontrol Penuh Pemerintah
Kontrol bersama Pemerintah
Kontrol Penuh stakeholders
Tidak ada intervensi konstribusi stakeholders
Konsultasi secara
aktif Mencari
konsensus terbaik
COLLABORATIVE MANAGEMENT Negosiasi
keterlibatan dlm pengamb kpts
kesepakatan Sharing
otorirtas tanggung jwb
secara formal Transfer
otoritas Tanggung
jawab
Tidak ada intervensi konstribusi pemerintah
Harapan stakeholkders meningkat Kontribusi, komitmen akuntabilitas stakeholkders meningkat
Goverment based
User-group based management
Instruksif Konsultatif
Kooperatif
Pendampingan
Informatif
2.6 Pembangunan Berkelanjutan
Pengelolaan kawasan dan nilai sumberdaya alam berperan penting
mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
konsep penting bagi biologi konservasi karena menekankan perbaikan
pembangunan masa kini, serta mengefisienkan penggunaan sumberdaya Indrawan
et al. 2007. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan di masa kini tanpa mengurangi potensi untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan berorientasi pada
tujuan ekonomi, sosial dan ekologi Munasinghe 1993. Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi, pembangunan sosial
yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan lingkungan ekologi berorientasi pada perbaikan
lingkungan. Tujuan pembangunan berkelanjutan sejalan dengan tujuan pembangunan dan pengelolaan taman nasional yaitu pembangunan mengintegrasikan komponen-
komponen sumberdaya, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan secara serasi dan seimbang. Pemanfaatan komponen-komponen sumberdaya secara serasi dan
seimbang dimaksudkan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pada saat sekarang tanpa mengurangi kesempatan dan kebutuhan generasi mendatang
Moffatt and Hanley 2001. Seiring dengan perkembangan penduduk yang diikuti dengan peningkatan
kebutuhan sumberdaya, maka pengelolaan fungsi dan manfaat kawasan konservasi harus mencapai optimalisasi untuk dapat menghasilkan manfaat
ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Manfaat ekonomi bagi masyarakat dapat diwujudkan melalui kegiatan wisata dan budidaya terbatas baik
flora maupun fauna seperti banteng. Kegiatan tersebut tentu saja harus menggunakan indikator keberhasilan tidak saja secara ekonomis tetapi secara
ekologis untuk keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungannya sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma penting bagi pengembangan masyarakat dalam mencari jalan untuk mencapai keseimbangan
sosial, ekonomi dan ekologi dari komunitas Hibbard and Tang 2004. Konsep dasar konservasi dan pengelolaan sumberdaya hutan secara efektif adalah
memberikan kebutuhan yang cukup bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila kebutuhan dasar sudah terpenuhi, bukan
keinginannya. Kebutuhan dasar mencakup pada enam hal, yaitu sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Jika kebutuhan terpenuhi maka
layak seseorang dikatakan sejahtera walaupun berpenghasilan kurang dari US 2 per hari seperti standar PBB.
Taman nasional dianggap bernilai apabila memiliki sifat menyenangkan, berguna, memuaskan, menguntungkan dan menarik bagi penilainya, dalam hal ini
adalah masyarakat yang merasakan manfaatnya dari keberadaan taman nasional. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat sosial dan manfaat ekonomi . Alikodra
1979 menyatakan bahwa tujuan pengelolaan taman nasional dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utama yaitu konservasi, penelitian,
pendidikan dan kepariwisataan. Tujuan tersebut harus dituangkan dalam kebijaksanaan pengelolaan yang memperhatikan kepentingan masyarakat
sekitarnya. World Commission on Environment and Development 1988 menyatakan
bahwa tujuan-tujuan kritis bagi kebijaksanaann lingkungan dan pembangunan yang berasal dari gagasan pembangunan berkelanjutan mencakup :
1. Menggiatkan kembali pertumbuhan ekonomi 2. Mengubah kualitas kehidupan sosial
3. Memenuhi kebutuhan esensial berupa pekerjaan, pangan, energi, air, dan sanitasi. 4. Memastikan dicapainya jumlah penduduk yang berlanjut
5. Menjaga kelestarian dan meningkatkan sumberdaya 6. Mereorientasikan teknologi dan mengelola resiko
7. Menggabungkan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan 8. Penguatan kerjasama internasional
Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu tingkat keselarasan yang tetap, akan tetapi lebih berupa sebuah proses dengan
pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan yang konsisten dengan kebutuhan hari depan dan
kebutuhan masa kini.