Ga
Instr
Fokus
Faktor
Alternatif program
S
Tingkat Co- Management
Aktor Bala
Pen kual
bante
Wawancara kuesioner
dan FGD
Gambar 9 Struk
ambar 10 Diagram Aliran Informasi
Co-Management
ruktif Konsultatif
Kooperatif Pengembangan
ekowisata Pengembangan
penangkaran osialBudaya
Ekonomi
Advok
ai TN Masyarakat
PT PerkebunanPerum Perhutani
ningkatan litas habitat
eng pakan
Kelembagaan Kolaboratif
Tingkat K
ktur Level Hirarki dengan Metode Analisis A 42
Ekologi
Informatif katif
LSM
Pengembangan tanaman obat dan
buah
Kolaborasi
AHP
3.7.1 Analisis Habitat
Analisis habitat berupa analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui keragaman dan dominasi jenis tumbuhan tingkat pohon, belta, dan semai di
setiap tipe vegetasi contoh, dimana Kartawinata et al. 1976;
Pohon
dengan kriteria diameter setinggi dada 1,3 m ≥10 cm, diukur
sepanjang jalur, didata jenis, diameter dan tinggi.
Belta
yaitu tumbuhan yang mempunyai diameter setinggi dada 1,3 m antara 2 cm sampai kurang dari 10 cm. Ukuran petak 10 m x 10 m,
dibuat setiap 100 m 1 hm, didata jenis, diameter dan tingginya.
Semai
yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi ≤ 1,5 m; ukuran
petak 2 m x 2 m, dibuat setiap 100 m 1 hm, didata jenis dan jumlahnya.
Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan maka pada masing-masing jalur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominasi untuk
setiap jenis tumbuhan. Perhitungan indeks nilai penting pohon dan belta
Manajemen Konflik Konservasi Banteng
Stakeholder Sosek
Habitat
Daya dukung dan sebaran banteng
Kelembagaan
Konflik Pemetaan
Pengaruh dan Kepentingan
Persepsi dan keinginan
Deskriftif Kuantitatif dan
Analisis Spasial Deskriftif
Stakeholder Grid
Analisis pengaruh dan
kepentingan Analisis
Persepsi Deskriftif
Analisis AHP
TingkatBentuk co-management
Sintesa
SWOT
Gambar 11 Metode Analisis Data
dilakukan dengan menjumlahkan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif, sedangkan untuk semai dilakukan dengan menjumlahkan
kerapatan relatif dan frekuensi relatif Soerianegara dan Indrawan 1982. Parameter yang dihitung yaitu:
Jumlah Individu Suatu Spesies Kerapatan Spesies K =
Luas Petak Contoh Kerapatan Suatu Spesies
Kerapatan Relatif KR = X 100
Kerapatan Seluruh Spesies Jumlah Petak yang Ditemukan
Frekuensi Spesies F = Jumlah Seluruh Petak Contoh
Luas Bidang Dasar Suatu Spesies Dominasi Spesies D =
Luas Petak Contoh Frekuensi Suatu Spesies
Frekuensi Relatif FR = X 100
Frekuensi Seluruh Spesies Dominasi Suatu Spesies
Dominasi Relatif DR = X 100
Dominasi Seluruh Spesies
Indeks Nilai Penting INP = KR+DR+FR
Analisis vegetasi tegakan hutan dilakukan terhadap contoh vegetasi yaitu tingkat pohon, belta dan semai. Satuan contoh adalah berupa jalur dengan lebar
20 m dan panjang 1000 m, serta jarak antar jalur adalah 200 m atau sesuai dengan kondisi lapangan.
3.7.2
Analisis Daya Dukung Habitat
Daya dukung habitat dihitung berdasarkan produktivitas pakan di padang penggembalaan dalam kawasan TN dan di luar kawasan. Untuk mengetahui daya
dukung habitat dilakukan analisis sebagai berikut:
3.7.2.1 Analisis Tumbuhan Bawah
Untuk mengetahui komposisi dan potensi tumbuhan bawah sumber pakan dilakukan analisis vegetasi pada petak contoh berukuran 1m x 1 m Alikodra
1990. Analisis vegetasi di TNAP dilakukan di padang perumputan Sadengan dan di blok Sumbergedang kawasan Perum Perhutani, sedangkan di TNMB dilakukan
di padang perumputan Pringtali dan areal perkebunan Bandealit. Penetapan petak contoh pertama dilakukan secara purposive sampling pada areal dimana banteng
biasa makan, petak selanjutnya ditetapkan secara sistematik .
3.7.2.2 Produktivitas Rumput
Produktivitas hijauan rumput diukur dengan cara pemotongan dan penimbangan pada plot yang dipagar Susetyo 1980; Alikodra 1990 . Penetapan
plot pertama dilakukan secara purposive sampling dengan ukuran 1m x 1m, plot berikutnya ditentukan secara sistematik, dengan jarak antara plot 25 m. Interval
waktu pemotongan selama 30 hari dan dilakukan 3 kali pemotongan ulangan untuk masing- masing musim kemarau dan musim hujan, pengukuran dilakukan
selama 2 tahun. Selanjutnya hasil produktifitas rumput dikonversi ke luas areal perumputan habitat sumber pakan banteng. Nilai gizi rumput pakan banteng
dianalisis di Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
3.7.2.3 Palatabilitas
Palatabilitas atau tingkat kesukaan banteng terhadap hijauan pakan yang tersedia dihitung dengan rumus Trippensee 1953; Sutrisno 1990 :
P = XY Dimana :
P = Palatabilitas dari suatu jenis hijauan X= Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mencirikan
gigitan banteng Y= Jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut
3.7.2.4 Daya Dukung Habitat
Apabila produktivitas hijauan pakan dan kebutuhan pakan banteng sudah diketahui, pendugaan daya dukung habitat sumber pakan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Susetyo 1980 :
P x A Daya dukung :
C
Keterangan : P = Produktivitas hijauan kghahari
A = Luas permukaan lahan yang ditumbuhi hijauan rumput ha C = Kebutuhan makan banteng kgekorhari
3.7.3 Sebaran Banteng
Untuk mengetahui habitat dan sebaran banteng di luar kawasan taman
nasional dilakukan analisis dan pemetaan pergerakan banteng. Pemetaan sebaran banteng di luar kawasan seperti di daerah penyangga meliputi kawasan
perkebunan atau kawasan perhutani dan lahan masyarakat. Peta dasar sebagai dasar analisis adalah citra satelit tahun 2000 dan tahun 2009, serta peta zonasi
kawasan TNMB dan TNAP. Peta pergerakan banteng dioverlaykan dengan peta- peta tersebut.
3.7.4 Analisis Sosial, Ekonomi dan Persepsi Masyarakat
Pengumpulan data sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman nasional meliputi tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jenis tanaman dan
produktifitasnya, pola tanam, pola pemanfaatan lahan dan luasan lahan yang dicatat melalui kuesioner dan wawancara Lampiran 1.
Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terkait dengan konservasi banteng terhadap kawasan taman nasional dan banteng dilakukan analisis persepsi
terhadap nilai manfaat ekosistem kawasan taman nasional dan banteng bagi masyarakat. Variabel yang diamati meliputi pengetahuan terhadap konservasi
banteng, kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan terhadap banteng dan ekosistemnya. Nilai manfaat dimaksud adalah manfaat ekonomi dan
manfaat ekologi. Manfaat banteng seperti pemanfaatan semennya dalam rangka inseminasi buatan IB dengan sapi bali, sebagai sumber protein dan jasa wisata.