kawasan. Ketergantungan mereka dapat dikatagorikan sebagai kegiatan legal dan tidak legal. Pemanfaatan kawasan atau sumberdaya yang tidak legal berpotensi
merusak kawasan jika tidak dilakukan pengamanan atau aturan, sedangkan ketergantungan yang legal dapat dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap kelestarian taman nasional. Peran pengelolaan taman nasional ke arah peningkatan sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan
secara langsung masih rendah Alikodra 1987. Kegiatan pengelolaan taman nasional masih menghadapi berbagai masalah
yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang dirasakan dominan dalam pelaksanaan pengelolaan taman
nasional adalah tekanan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil hutan berupa flora dan fauna secara illegal. Kepentingan pemenuhan kebutuhan masyarakat
sekitar di satu pihak dan kepentingan konservasi di pihak lain mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan. Konflik kepentingan akan meningkat menjadi
konflik terbuka jika harapan masyarakat tidak sejalan dengan pengelolaan taman nasional yang diterapkan oleh pemerintah.
Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dan menekan penggunaan kawasan yang bersifat eksploitatif oleh masyarakat perlu dicarikan
jalan keluar dengan cara mengakomodir harapan-harapan masyarakat terhadap manfaat kawasan taman nasional. Menurut Mackinnon et al. 1993, ada 16 cara
utama dimana kawasan yang dilindungi dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan yaitu: 1 menstabilkan fungsi hidrologi, 2 melindungi tanah, 3
stabilitas iklim, 4 pelestarian sumberdaya pulih yang dapat dipanen, 5 perlindungan sumberdaya plasma nutfah, 6 pelestarian untuk perkembangbiakan
ternak, cadangan populasi dan keanekaragaman biologis, 7 pengembangan kepariwisataan, 8 menyediakan fasilitas rekreasi, 9 menciptakan kesempatan
kerja, 10 menyediakan fasilitas bagi penelitian dan pemantauan, 11 menyediakan fasilitas pendidikan, 12 memelihara kualitas lingkungan hidup,13
keuntungan dari perlakuan khusus, 14 pelestarian nilai budaya dan tradisional, 15 keseimbangan alam lingkungan dan 16 nilai warisan dan kebanggaan
regional.
2.4 Konflik dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Pengelolaan sumberdaya hutan termasuk satwaliar umumnya diarahkan atau identik dengan pengelolaan dari aspek ekologi, sedangkan aspek sosial
terutama yang berhubungan dengan masyarakat sekitar hutan kurang mendapat perhatian. Hal tersebut telah berdampak pada sumberdaya hutan dan penurunan
keragaman jenis akibat intervensi masyarakat ke dalam kawasan yang menimbulkan konflik, dengan demikian aspek sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat menjadi bagian penting dalam pengelolaan sumberdaya hutan termasuk pengelolaan konflik. Konflik merupakan suatu perwujudan perbedaan
cara pandang antara berbagai pihak terhadap obyek yang sama Wulan et al. 2004. Konflik adalah suatu situasi yang menunjukkan terjadinya penghilangan hak
seseorang atau kelompok atas suatu benda atau kedudukan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik menurut Malik et al. 2003 :
a Hubungan antar manusia seperti perbedaan persepsi, budaya tingkah laku dan cara berkomunikasi.
b Masalah kepentingan yang dipicu oleh masalah mendasar uang, sumberdaya, fisik, dan waktu, tata cara sikap, dan psikologis persepsi,
kepercayaan, dan keadilan. c Perbedaan data seperti cara mengumpulkan informasi, relevansi data, cara
menterjemahkan informasi dan menyajikan data. d Pemaksaan nilai dan sikap tidak toleran terhadap perbedaan nilai yang dianut
data. Alikodra 2009 menyatakan bahwa banyak alasan yang menjadi sumber
konflik, misalnya konflik antara masyarakat sekitar hutan dengan kegiatan kehutanan, yang disebabkan karena hak-hak ataupun akses mereka terhadap
sumberdaya hutan tidak ditampung dalam kegiatan kehutanan. Padahal status lahan dan kegiatan mereka telah dianut lama secara turun temurun dan tertuang
dalam norma adat mereka. Teori penyebab konflik lainnya yaitu teori kebutuhan manusia berasumsi
bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia berupa fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan,
identitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan
Fisher et al. 2001. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah : membantu pihak- pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan
bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan- pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Agar pihak-pihak yang
mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.
Konflik adalah pertentangan antar banyak kepentingan, nilai, tindakan atau arah, serta sudah merupakan bagian yang menyatu sejak adanya kehidupan. Maka
konflik merupakan sesuatu yang tidak terelakan yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Aspek positif konflik muncul, ketika konflik membantu
mengidentifikasi sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang tidak berjalan secara efektif, mempertajam gagasan atau informasi yang tidak
jelas, dan menjelaskan kesalah fahaman. Konflik juga akan bermanfaat, yaitu ketika mempertanyakan statusquo, maka sebuah pendekatan kreatif muncul.
Sebaliknya konflik dapat bersifat negatif jika diabaikan. Konflik yang tidak terselesaikan merupakan sumber kesalah fahaman, ketidak percayaan serta bias.
Konflik menjadi buruk apabila menyebabkan semakin meluasnya hambatan- hambatan untuk saling bekerjasama antar berbagai pihak Johnson dan Duinker
1993; Mitchell et al. 2000, diacu dalam Alikodra 2009. Perbedaan dan pertentangan kepentingan seringkali terjadi dan muncul
dalam pengalokasian sumberdaya dan pengambilan keputusan. Pertentangan ini seringkali merefleksikan perbedaan pandangan, ideologi, dan harapan. Hal
tersebut merupakan tantangan bagi para pengelola lingkungan atau sumberdaya hutan untuk dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan tersebut serta mencari
jalan tengah yang dapat diterima semua pihak Zen 1979; Mitchell et al. 2000, diacu dalam Alikodra 2009. Hal tersebut telah dilakukan di Australia dengan
membangun suatu kesepakatan antara pemerintah dan stakeholders yang menyarankan aturan-aturan baru dalam pengambilan keputusan untuk jangka
panjang dalam penyelesaian konflik keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam Brown 2002.
Konflik sangat terkait dengan value nilai yang difahami oleh masyarakat terhadap sumberdaya dan lingkungannya. Value mereka apakah dilandasi oleh