8. AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan
mereka. 9. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari penilaian yang berbeda-beda. 10. AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
Analysis Hierarchy Process pada dasarnya didesain untuk menangkap
secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalah tertentu melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala
preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur. Analisis ini biasanya
diterapkan untuk memecahkan masalah yang terukur kuantitatif maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi
yang kompleks atau tidak terkerangka pada situasi dimana data informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang
didasari oleh persepsi, pengalaman, atau intuisi. AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan pada banyak kriteria.
Kelebihan AHP lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya yang tinggi terutama dalam menentukan hierarki. Sifat fleksibilitas membuat model AHP
dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam suatu model. Model tersebut dapat memecahkan masalah yang mempunyai tujuan-
tujuan yang saling berlawanan, kriteria-kriteria yang saling berlawanan dan tujuan serta kriteria yang saling berlawanan dalam sebuah model. Masalah-masalah
seperti konflik, perencanaan, proyeksi, alokasi sumberdaya adalah beberapa dari banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan baik oleh model AHP Purnomo
2005.
2.9 Analisis SWOT
Analisis SWOT Strengths, weaknesses, Opportunities, Threats adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan formulasi strategi
dalam suatu manajemen. Analisis SWOT dalam kontek penelitian ini dilakukan
untuk menentukan strategi dalam mengimplementasikan program kegiatan secara kolaboratif yang terpilih atau yang menjadi prioritas dalam rangka meminimalisir
konflik konservasi banteng . Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang opportunities, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan suatu organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis strategic planner harus menganilisis faktor-faktor strategis
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis
situasi adalah Analisis SWOT Rangkuti 2006. Kinerja ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan
eksternal Opportunities dan threats yang dihadapi oleh organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan Rangkuti 2006.
Gambar 6 Kuadran faktor eksternal dan faktor internal BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN 3. Mendukung
strategi turnaround
1. Mendukung strategi
agresif
4. Mendukung strategi
defensif 2. Mendukung
strategi diversifikasi
Kuadran 1
: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Grouth oriented srategy.
Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain
pihak menghadapi beberapa kelemahankendala internal. Kondisi pada kuadran 3 mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
Kuadran 4
: Kuadran ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.10 Contoh Penyelesaian Konflik dengan Co-management di Luar Negeri
Pengalaman beberapa negara dalam menyelesaikan konflik di kawasan konservasi dengan pendekatan kolaboratif
1. Studi kasus dalam penyesaikan konflik antara manusia dan satwaliar terjadi di ekosistem Taman Nasional Amboseli Kenya bagian Selatan sebagai contoh
masalah yang dihadapi dalam pelestarian populasi mamalia besar di Afrika. Satwaliar Amboseli bermigrasi musiman keluar dari batas taman yang telah
ditetapkan dan masuk ke lahan milik penggembala subsisten, adanya perubahan gaya hidup ke arah lebih menetap menyebabkan mereka tidak mau
menerima kehadiran satwaliar di lahan mereka. Hal ini disebabkan satwaliar tidak memberikan sumbangan apa-apa terhadap perekonomian setempat,
walaupun nilai satwaliar secara nasional di bidang pariwisata cukup berarti. Konflik tersebut diselesaikan dengan cara melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan taman melalui pengembangan kegiatan wisata satwaliar di lahan masyarakat sehingga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Pemilik lahan memperoleh manfaat dari pengelolaan satwaliar, dan dapat menekan tingkat perburuan liar sehingga satwaliar mengalami peningkatan
populasi . Pengalaman Amboseli dapat diterapkan pada banyak tempat lain, penduduk dapat memperoleh keuntungan dengan cara melindungi satwaliar
yang keluar taman nasional. Tantangan yang dihadapi manajemen adalah menjamin kelangsungan hidup satwaliar di luar taman nasional dengan
imbalan keuntungan yang melebihi nilai kerugiannya Primack et al. 1998. 2. Kasus konflik di Cagar Alam Kamerun. Masalah yang mengemuka adalah
luasan lahan yang dapat dikerjakan atau digarap oleh masyarakat tidak men cukupi, sehingga perambahan meningkat. Masyarakat lokal mengklaim
kawasan cagar alam sehingga terjadi konflik. Konflik juga dipicu oleh kurangnya komunikasi dan kolaborasi antara pengelola cagar alam,
pemerintah desa dan masyarakat lokal. Untuk itu pengelola membangun kolaborasi yang dimulai dengan mengadakan workshop dengan tujuan untuk
meningkatkan komunikasi antar stakeholders. Solusi yang diambil dalam penyelesaian konflik adalah penambahan lahan
usaha masyarakat lokal, berupa penetapan buffer zone dalam kawasan cagar alam. Penambahan lahan dalam rangka meningkatkan pendapatan
diperuntukkan bagi pengembangan pertanian dan agroforestry. Aktivitas dalam kawasan buffer zone di monitor dengan indikator keberhasilan menurut
prinsip integritas ekosistem yang efektif dan kehidupan manusia yang layak Jum C and Oyono PR 2005.
3. Kasus pengambilan kayu dan bambu di kawasan Cagar Alam Propinsi Yunan China. Model kolaborasi yang digunakan yaitu Integrated community
management planing ICMP. Model ini dibangun untuk masyarakat sekitar
kawasan yang didukung oleh pemerintah daerah setempat dan departemen terkait. Implementasinya dengan cara menanam buah-buahan di daerah
penyangga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengenalan kompos biogas untuk menekan penggunaan kayu dari kawasan Lai Q 2003.
4. Kasus konflik di The Cerro Azul National Park Honduras. Pengelolaan konflik antara kepentingan perlindungan kawasan taman nasional dan masyarakat
sekitar kawasan yang miskin. Kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat berupa: sumber pangan, sekolah , transportasi, listrik dan sarana prasarana
lain. Solusinya yaitu kawasan penyangga seluas 21.357 ha atau setara 68 dari keseluruhan kawasan taman nasional digunakan sebagai tempat tinggal
masyarakat yang berjumlah dari 19.600 jiwa dan terdiri dari 42 dusun. Aktivitas masyarakat berupa bertani dengan menanam kopi, nenas dan
beternak sapi. Dalam kawasan taman nasional tersebut zona inti hanya 3 atau seluas 890 ha dan zona pemanfaatan 29 setara dengan 9.129 ha
Pleffer M J et al. 2001. 5. Konflik gajah dan masyarakat di Simao, China. Judul penelitian An initial
study on habitat conservation of Asian elephant Elephas maximus, with
focus on human elephant conflict in Simao, China . Metode yang digunakan
yaitu Participatory Rural Appraisal PRA, Rapid Rural Appraisal RRA dan wawancara dengan masyarakat sekitar habitat gajah. Untuk habitat digunakan
metode transek, data yang dikumpulkan yaitu tipe vegetasi, jenis pakan, habitat yang terganggu, status populasi dan frekuensi ditemukannya gajah.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk menjamin keberlangsungan hidup gajah, hal yang penting untuk diketahui yaitu struktur habitat,
keberlangsungan dan ketersediaan pakan, pola pergerakan kelompok dan struktur kelompok. Hal yang lebih penting lainnya yaitu perilaku masyarakat
sekitar terhadap satwa gajah. Kegiatan pertanian masyarakat dilakukan pada kawasan yang jarang didatangi gajah dan jenis tanaman yang ditanam adalah
jenis tanaman semusim, hal tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir konflik antara gajah dan masyarakat. Saat program konservasi dijalankan
secara otomatis kawasan tersebut menjadi kawasan konservasi biodiversitas dan gajah sebagai spesies kuncinya Zhang Li and Wang Ning 2003.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di TNMB dan TNAP Propinsi Jawa Timur, kedua
TN ini merupakan habitat banteng Bos javanicus d ’Alton 1832 dan bantengnya ke luar kawasan. TNMB terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Jember dan
Kabupaten Banyuwangi, sedangkan TNAP terletak di Kabupaten Banyuwangi. Manajemen TNMB dan TNAP menghadapi masalah dalam pengelolaan
banteng, karena TNMB berbatasan langsung dengan PT Perkebunan dan pemukiman masyarakat, di dalam kawasan terdapat enclave berupa perkebunan
Bandealit dan pemukiman. Jenis komoditi perkebunan di TNMB yaitu kopi, coklat, karet, kelapa, sengon, lada dan vanilli. Sedangkan jenis tanaman kebun
masyarakat sebagian besar adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai dan padi. TNAP letaknya berbatasan dengan kebun masyarakat dan
kawasan Perum Perhutani yang merupakan tegakan tanaman hutan dan kegiatan tumpang sari dengan tanaman jagung, kacang kedelai, padi dan semangka.
Tegakan hutan tanaman Perhutani terdiri dari mahoni dan jati. Peta lokasi penelitian TNMB dan TNAP dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7 Lokasi penelitian dan zonasi TNMB