Taman Nasional TINJAUAN PUSTAKA
lebih konkrit dan lebih nyata ukuran keberhasilannya bila dikaitkan dengan beberapa tujuan sekunder sebagai berikut :
1 Co-management merupakan suatu cara untuk mewujudkan proses pengambilan keputusan secara desentralisasi sehingga dapat memberikan
hasil yang lebih efektif 2 Co-management adalah mekanisme atau cara untuk mengurangi konflik
masyarakat melalui proses demokrasi partisipatif 3 Co-management mempunyai tugas-tugas dalam hal perumusan kebijakan,
estimasi potensi sumberdaya, penentuan hak-hak pemanfaatan, pengendalian dan penegakan hukum
Co-management adalah suatu kesepakatan dimana tanggung jawab
pengelolaan sumberdaya dibagi antara pemerintah di satu sisi dan stakeholders di sisi lain dengan tujuan untuk menjaga integritas ekologi sumberdaya alam National
Round Table on the Environment and the Economy NRTEE 1999. Prinsip dasar
Co-management yaitu: 1 perberdayaan dan pembangunan kapasitas, 2 pengakuan
terhadap kearifan dan pengelolaan tradisional, 3 perbaikan hak masyarakat lokal, 4 pembangunan berkelanjutan, 5 akuntabel dan transparans, 6 pelestarian
lingkungan sumberdaya, 7 pengembangan mata pencaharian, 8 keadilan dan 9 keterpaduan Knight Tighe 2003.
Tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak menentukan tipe atau bentuk kolaborasi yang dianut. Dalam hal ini, kerjasama merupakan inti dari
co-management. Dari beberapa praktek yang telah dilakukan, secara hirarki co-
management dapat ditentukan sebagai berikut Sen dan Nielsen 1996, diacu
dalam Nikijuluw 2002 : 1. Instruktif. Dalam bentuk ini tidak banyak informasi yang saling ditukarkan
diantara pemerintah dan masyarakat. Hanya sedikit dialog antar kedua pihak namun proses dialog yang terjadi bisa dipandang sebagai suatu
instruksi karena pemerintah lebih dominan peranannya, dimana pemerintah menginformasikan kepada masyarakat rumusan-rumusan
pengelolaan sumberdaya alam yang pemerintah rencanakan untuk dilaksanakan.
2. Konsultatif. Menempatkan masyarakat pada posisi yang hampir sama dengan pemerintah. Masyarakat mendampingi pemerintah dalam co-management.
Oleh karenanya ada mekanisme yang membuat pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat, hanya saja sekalipun masyarakat bisa memberikan
berbagai masukan k epada pemerintah, masukan tersebut digunakan tidaknya tergantung pada pemerintah atau dengan kata lain pemerintahlah yang
berperan dalam merumuskan keputusan pengelolaan sumberdaya alam. 3. Kooperatif. Menempatkan pemerintah dan masyarakat pada posisi yang
sama atau sederajat, dengan demikian semua tahapan manajemen sejak pengumpulan informasi, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi
dan pemantauan co-management menjadi tanggung jawab kedua belah pihak. Pada bentuk ini masyarakat dan pemerintah adalah mitra yang sama
kedudukannya. 4. Advokasi atau pendampingan. Peran masyarakat cenderung lebih besar
dari pemerintah. Masyarakat memberikan masukan pada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan. Masyarakat juga dapat mengajukan usul
rancangan keputusan yang hanya tinggal dilegalisir oleh pemerintah, kemudian pemerintah mengambil keputusan serta menentukan sikap
resminya berdasarkan usulan atau inisiatif masyarakat. Peran pemerintah lebih bersifat mendampingi masyarakat atau memberikan advokasi kepada
masyarakat tentang apa yang mereka kerjakan. 5. Informatif. Pada satu pihak pemerintah perannya makin berkurang dan
pada pihak lain masyarakat memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan empat bentuk kolaborasi lainnya. Pemerintah hanya memberikan
informasi kepada masyarakat tentang apa yang sepatutnya dikerjakan oleh masyarakat. Dalam kontribusinya yang lebih nyata, pemerintah
menetapkan representasinyadelegasinya untuk bekerjasama dengan masyarakat dalam seluruh tahapan pengelolaan sumberdaya, mulai dari
pengumpulan data, perumusan kebijakan, implementasi, pemantauan dan evaluasi.
Tingkat, bentuk atau tipe pengelolaan kolaboratif co-management yang diacu berdasarkan hirarki yang digambarkan oleh Nikijuluw 2002, dalam
gambar 4 berikut :
Gambar 4 Level hierarki co-management Nikijuluw 2002
Gambar 5 Arah kerja co-management Borrini-Feyerabend 1996 Gambar 5 mengilustrasikan wilayah pengelolaan kolaboratif yang berada
diantara manajemen di bawah kontrol penuh pemerintah dan di bawah kendali penuh masyarakat, sehingga arah kerja co-management mencakup berbagai cara
dengan menerapkan manajemen kerjasama yang adaptif, mulai dari konsultasi aktif, mencari konsensus, negosiasi, sharing otoritas dan tanggung jawab serta
transfer otoritas dan tanggung jawab.
Kontrol Penuh Pemerintah
Kontrol bersama Pemerintah
Kontrol Penuh stakeholders
Tidak ada intervensi konstribusi stakeholders
Konsultasi secara
aktif Mencari
konsensus terbaik
COLLABORATIVE MANAGEMENT Negosiasi
keterlibatan dlm pengamb kpts
kesepakatan Sharing
otorirtas tanggung jwb
secara formal Transfer
otoritas Tanggung
jawab
Tidak ada intervensi konstribusi pemerintah
Harapan stakeholkders meningkat Kontribusi, komitmen akuntabilitas stakeholkders meningkat
Goverment based
User-group based management
Instruksif Konsultatif
Kooperatif
Pendampingan
Informatif