Analysis Hierarchy Process AHP

Tabel 1 Lanjutan Tujuan penelitian Variabel yang diukur Sumber data Analisis data Output yang diharapkan Menganalisis aspek sosial, ekonomi masyarakat sekitar kawasan Jenis pekerjaan , tingkat pendapatan, pola pemanfaatan , status lahan, pola pertanian, agroforestri, obat-obatan dan buah, serta persepsi masyarakat terhadap banteng Masyarakat sekitar kawasan TN Analisis Deskriptif Jenis pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan, pemanfaatan lahan, pola pertanian dan pengembangan obat-obatan dan buah, serta tingkat persepsi masyarakat Analisis kelembagaan pengelolaan Banteng - Aturan dan keterlibatan stakeholders dalam pengelolaan banteng. - Kepentingan, peran dan peluang stakeholders dalam pengelolaan banteng UU , PP dan Permenhut yang berhubungan dengan pengelolaan satwaliar banteng, serta stakeholders terkait Analisis Deskriptif Penyesuaian atau perbaikan aturan dan penentuan lembaga atau stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan banteng Merumuskan manajemen kolaboratif konservasi banteng Data potensi habitat pakan banteng, sosial, ekonomi dan persepsi, pengaruh dan kepentingan stakeholders dan data kelembagaan Masyarakat, Balai Taman Nasional, Perkebunan Bandealit, Perum Perhutani,LSM dan pakar manajemen kolaboratif Analisis AHP Saaty 1993, SWOT Rangkuti 2006 dan analisis deskriptif Pengembangan manajemen kolaboratif konservasi banteng

3.4 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data lingkungan habitat, sosial, ekonomi, persepsi masyarakat, pengaruh dan kepentingan stakeholders, kelembagaan dan manajemen pengelolaan banteng dilakukan dengan menggunakan beberapa metode: 1. Pengukuran potensi habitat pakan banteng dilakukan pengukuran produktivitas pakan melalui analisa vegetasi tumbuhan bawah, pertumbuhan rumput Susetyo 1980; Alikodra 1990. 2. Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, persepsi masyarakat dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat yang tanamannya diganggu banteng Bungin 2007; Slamet 2008. Teknik wawancara yang digunakan adalah terstruktur dan wawancara mendalam indepth interview. Wawancara terstruktur dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sebelumnya dan dilakukan dengan panduan. Wawancara mendalam dilakukan pada responden kunci seperti tokoh masyarakat atau tokoh kunci dari setiap kelompok masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan banteng atau yang berpotensi konflik. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang diketahui dan keinginan masyarakat dalam mengelola banteng di luar kawasan. 3. Untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan konflik dilakukan wawancara melalui pengisian kuisioner yang telah disusun secara terstruktur pertanyaan tersusun dan berurutan. Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan pengelolaan taman nasional dan konservasi banteng Redd et al. 2009. 4. Aspek regulasiperaturan dilakukan melalui tinjauan terhadap dukungan peraturan formal Peraturan Pemerintah dan Undang-undang atau kebijakan yang ada tentang pengelolaan taman nasional dan pelestarian banteng Dephut 2007. 4. Persepsi pakar dan para stakeholders dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process AHP guna menentukan dan merumuskan urutan prioritas faktor, aktor dan program kegiatan yang didapatkan dari hasil penelitian di lapang dalam merumuskan manejemen konflik satwaliar banteng dan masyarakat yang akan dibangun Saaty 1993. 5. Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan strategi dalam